PENINGKATAN
KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK
MELALUI
BERMAIN ESTAFET BENDERA PADA KELOMPOK A
DI TK MEKARSARI 1 KEBONSARI DEMAK
Oleh : ITA
SURYANI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat 14 yang
menyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam pendidikan lebih lanjut (Hamid, 2003 : 14). Masa
perkembangan anak usia dini adalah masa yang paling tepat untuk mengembangkan
semua kemampuan atau potensi yang dimiliki anak. Salah satu potensi yang perlu
dikembangkan adalah keterampilan fisik motoriknya termasuk keterampilan motorik
halus. Jika potensi ini tidak dikembangkan sejak dini, maka masa emas
pengembangan potensi akan terlewat, meskipun dapat dikembangkan pada
tahun-tahun berikutnya, namun hasil yang akan dicapai tidak seoptimal apabila
dikembangkan pada masa emasnya. Pengembangan
ketrampilan motorik kasar anak dapat juga dilakukan melalui permainan ataupun
bermain, kita ajak melakukan gerakan seluruh tubuh dengan menggunakan bermacam
koordinasi kelompok otot-otot tertentu dan juga anak dapat belajar untuk berlari
dan belajar kecepatan serta mengembangkan kecerdasan visual spasial, koordinasi
keseimbangan, ketangkasan, kelenturan,
kekuatan, kecepatan, dan
ketahanan merupakan kegiatan motorik kasar(Gordon & Browne, 2006 : 280 ).
Melakukan kegiatan bermain yang
berkaitan dengan pengembangan motorik kasar anak, perlu adanya keterampilan anak yaitu gerakan
pengamatan. Maksudnya bagaimana anak melakukan gerakan dalam mengamati suatu
benda. Disini benda yang diamati dalam kegiatan estafet adalah balok. Gerakan-gerakan yang
dilakukan bisa berhasil ditentukan kecepatan pengamatan anak sendiri dan
lingkungan di sekitarnya. Perkembangan pengamatan anak tergantung juga pada
gerakan pengamatan yang dilakukan.Kemampuan anak akan mengasah keterampilan
motorik kasar anak sebagai suatu bakat yang secara potensial dimiliki setiap
orang, dapat diidentifikasikan dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat.
Diantaranya pada kelompok bermain
atau taman kanak- kanak sebagai salah satu tempat di
selenggarakannya Pendidikan Anak Usia Dini.
Pengembangan keterampilan motorik kasar
diperlukan juga keterampilan mengingat dan mengalami. Anak mengingat gerakan
motorik yang dilakukan agar dapat melakukan perbaikan dan penghalusan gerak
(Gordon & Browne, 2006
: 281 ). Pengalaman yang diperoleh anak dan keterampilan mengingat yang
dimilikinya merupakan hal penting bagi anak dalam memperoleh keterampilan
motorik tertentu. Selain itu anak juga harus memiliki keterampilan dasar
terlebih dahulu sebelum anak mampu
memadukannya dengan kegiatan motorik secara kompleks, agar menguasai suatu
keterampilan untuk berlatih.
Bermain
merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik
sebelum bersekolah. Bermain merupakan cara alamiah anak untuk mengenal lingkungannya, orang
lain dan dirinya sendiri. (Depag, 2002 : 10). Dalam melakukan kegiatan bermain yang berkaitan dengan pengembangan
motorik kasar anak, perlu adanya keterampialn anak yaitu gerakan ketelitian, kecekatan, keterampilan dan
kejelian mata untuk memenangkan permaianan. Maksudnya bagaimana anak melakukan gerakan dalam melatih
konsentrasi dan juga mengajarkan kehati-hatian.Melalui pendekatan kegiatan bermain estafet benderadiharapkan
anak mampu mengembangkan kemampuan motorik kasarnya. Dalam kegiatan bermain
yang dapat direspon anak secara positif akan dapat menyenangkan perasaan anak
dan memberi kepuasan pada diri anak yang bersifat lunak dan fleksibel bagi
pengembangan imajinasi anak. Kegiatan bermain dapat membantu tumbuh dan
berkembangnya ke-mampuan motorik anak dengan
kondisi yang menyenangkan, sehingga dalam situasi bermain sekaligus anak dapat
melakukan kegiatan bermain sambil belajar. Berdasar latar belakang tersebut,
maka dirasa perlu pengkajian terapan kegiatan bermain sambil belajar dalam
pengembangan kemampuan motorik anak usia
prasekolah (TK)
Kondisi seperti
tersebut di atas menuntut juga peran para pendidik (guru) dalam mendampingi
peserta didiknya, terutama mereka berada dalam setuasi proses pembelajaran di
sekolah. Secara progresif keadaan seperti dewasa ini menuntut upaya peningkatan
kualitas proses dan hasil penyelenggaraan pendidikan di sekolah, termasuk dalam
lingkup pendidikan anak usia dini (tingkat Taman Kanak-kanak). Peningkatan
mutu atau kualitas pendidikan harus dilaksanakan secara terpadu, sistematis,
sistemik, akademik, bertahap dan juga berkesinambungan. Dalam kondisi seperti tersebut peranan dan
kemampuan guru sangat mempengaruhi perkembangan dan keberhasilan anak (peserta
didik) dalam mencapai perkembangan optimal pribadinya. Oleh karena itu seorang
guru juga ditutntut untuk dapat mengerti, memahami dan menghayati berbagai
prinsip kependidikan dan proses pembelajaran Berta tahap-tahap perkembangan
anak (peserta didiknya). Hal tersebut diharapkan bagi seorang guru agar dapat
melaksanakan kegiatan dalam proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak didiknya (peserta didiknya). Pelaksanaan
proses pembelajaran pada tingkat pendidikan pra sekolah (Taman Kanak-kanak)
yang selama ini cenderung lebih bersifat " akademik" perlu
dikembangkan ke arah pembelajaran sesuai dengan perkembangan dunia anak-anak
dewasa ini.
Upaya
pengembangan tersebut diantaranya dapat memberikan kesempatan kepada anak-anak
(peserta didik) untuk aktif dan kreatif. Pengembangan kemampuan motorik melalui pembelajaran bermain diharapkan juga dapat dimanfaatkan
sebagai sarana dan strategi pembelajaran yang bersifat membina pengembangan
kreativitas dan kemampuan motorik anak secara
positif. Proses pendidikan dewasa ini jugs diharapkan dapat mengembangankan
potensi peserta didik dalam arti yang menyeluruh. Seperti
dalam konsideran Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) disebutkan bahwa; “Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa, sehat jasmani dan rokhani, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri".
Unsur
kreativitas dengan kegiatan bermain bagi anak mempunyai makna yang dominan. Kegiatan
tersebut dapat dikembangkan yang berorientasi pada pembentukan keterampilan
peserta didik yang memiliki berbagai fungsi bagi pertumbuhan dan perkembangan
kedewasaan peserta didik. Gerakan-gerakan
yang dilakukan bisa berhasil ditentukan kecepatan pengamatan anak sendiri dan
lingkungan di sekitarnya. Perkembangan pengamatan anak tergantung juga pada
gerakan pengamatan yang dilakukan.
Kemampuan anak
akan mengasah keterampilan motorik kasar anak sebagai suatu bakat yang secara
potensial dimiliki setiap orang, dapat diidentifikasikan dan dipupuk melalui
pendidikan yang tepat. Diantaranya pada kelompok bermain sebagai salah satu
tempat di selenggarakannya Pendidikan Anak Usia Dini. Pengalaman
yang diperoleh anak dan keterampilan mengingat yang dimilikinya merupakan hal
penting bagi anak dalam memperoleh keterampilan motorik tertentu. Selain itu
anak juga harus memiliki keterampilan dasar terlebih dahulu sebelum ia mampu
memadukannya dengan kegiatan motorik secara kompleks, agar menguasai suatu
keterampilan untuk berlatih.
Bermain adalah
kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan juga merupakan suatu kebutuhan yang
sudah ada pada diri anak. Dengan bermain anak dapat belajar berbagai macam
keterampilan dengan senang hati tanpa adanya rasa terpaksa dan dipaksa untuk
mempelajarinya. Bermain mempunyai banyak manfaat dalam mengembangkan
keterampilan anak, sehingga anak lebih siap menghadapi lingkungannya dan siap
untuk mengikuti pendidikan pada tahapan pendidikan berikutnya (Tedja Saputra,
2007 : 10 ). Dengan memahami karakteristik anak usia dini tentu menuntut guru
untuk menyusun rencana pembelajaran
sesuai dan perlu memanfaatkan
sumber belajar secara optimal.
Pemanfaatan
sumber belajar yang bervariatif memberi kesempatan pada anak untuk mendapatkan
pengetahuan, dan memperkaya anak dengan menggunakan berbagai pilihansumber
belajar yang dapat menambah pengetahuan anak.Aktivitas bermain pada anak usia
dini sebenarnya berguna untuk pengembangan kemampuan kecerdasan intelektualnya
dalam menjelajahi dunia yang belum dikenal sampai pada yang diketahuinya, dan
dari yang belum mampu diperbuat sampai anak mampu untuk melakukannnya.
Permainan yang diberikan pada setiap kegiatan haruslah permainan yang
menyenangkan dan menggembirakan.
Di TK MEKARSARI
1Dempet Demak berdasarkan pengamatan
sehari-hari pada anak didik dalam hal pengembangan kemampuan motorik kasar anak
belum terlalu optimal, hal tersebut terlihat pada saat menyelesaikan tugas yang
diberikan guru untuk melakukan kegiatan bermain estafet. Dari 22 anak hanya ada 4 anak atau sekitar
18,18% yang mampu melakukan kegiatan estafet dengan baik. Masih banyak anak belum memiliki keberanian untuk bereksplorasi , masih takut,
dan anak suka menangis ataupun menolak untuk melakukan kegiatan tersebut.
Kondisi di TK MEKARSARI 1Dempet
Kabupaten Demak menunjukkan bahwa masih
ada sebagian anak yang tingkat kemampuan motoriknya kurang, hal ini karena
kreativitas anak belum muncul. Oleh sebab itu guru perlu melakukan action (tindakan) dengan memberikan
kegiatan yang merangsang kemunculan kemampuan motorik anak, salah satunya adalah melalui permainan atau bermainestafet. Namun apakah perkembangan kemampuan motorik kasar anak tersebut bisa meningkat dan berkembang melalui bermain estafet bendera? Hal inilah yang mendorong peneliti tertarik mengadakan penelitian
dengan judul : “Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Kegiatan Bermain estafet
pada kelompok B di TK MEKARSARI 1Dempet
Demak.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana peningkatan kemampuan
motorik kasar anak melalui metode bermain estafet bendera anak kelompok B di TK MEKARSARI 1 kebonsari Demak?”
C. Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan kemampuan
motorik kasar anak melalui bermain estafet bendera di TK MEKARSARI 1 Dempet
Demak.
D. Manfaat
Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
1.
Manfaat teoritis
Anak didik
mempelajari hal baru dan konsep yang berbeda sesuai dengan jenis kegiatannya.
Tiap kegiatan dilaksanakan dengan caranya masing-masing akan memberinya sesuatu
yang baru untuk dipelajari.
a.
Mendapatkan teori baru untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar
anak melalui bermainestafet bendera.
b.
Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya agar dapat lebih
mengembangkan pembelajaran yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan anak.
2.
Manfaat praktis
a.
Bagi anak didik yaitu dapat meningkatkan kemampuan motorik kasarnya
dalam mengkoordinasikan anggota tubuhnya.
b.
Bagi guru yaitu menambah pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan
penelitian dan mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam meningkatkan mutu
dan efektifitas pembelajarannya.
c.
Bagi sekolah yaitu mampu memberikan masukan mengenai model
pembelajaran pada anak didik di TK dengan memilih kegiatan bermain yang tidak
sulit bagi anak didik, mencocokan jenis permainan dan mainan sesuai
kemampuannya.
|
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Objek Penelitian
1.
Profil TK MEKARSARI 1 Dempet
Demak
TK MEKARSARI 1 terletak di Desa
Kebonsari Rt 06 Rw 01 Dempet Kecamatan Dempet Kabupaten Demak berdiri tahun 2004
dengan Nomor ijin oprasional 421.12 /835 / 2018 dan NPSN 20340869. TK MEKARSARI 1 Dempet Demak
berada dalam naungan kantor kementerian Agama Kabupaten Demak.
Taman kanak kanak ini merupakan taman bermain yang menyelenggarakan
kegiatan belajar mengajar dipagi hari mulai jam 07.00 sampai dengan 10.00 WIB,
dengan jumlah pengajar 4 orang termasuk diantaranya Kepala Sekolah. Selain
kegiatan Belajar mengajar TK MEKARSARI 1ini juga menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar diluar kelas. (Arsip TK MEKARSARI 1 Dempet Kecamatan Demak
Kabupaten Demak tahun 2021).
2.
Visi dan Misi
a. Visi
Membangun pondasi pada
anak didik yang memiliki akhlakul karimah serta mengembangkan kecerdasan
sosial, emosional, dan moral secara terpadu melalui pendidikan bernuansa
islami.
b. Misi
1) Membentuk anak Indonesia
yang berkualitas, cerdas, sehat, ceria, terampil dan berahlakul karimah serta
memiliki kesiapan secara optimal didalam jenjang yang lebih tinggi.
2) Meningkatkan pendidikan ketrampilan dan
kreatifitas pada usia dini dalam rangka mewujudkan generasi muslim yang sehat
dan ceria
3) Mewujudkan lingkungan
pendidikan yang bersih, tertib, aman dan menyenangkan
3.
Struktur Organisasi
Struktur Organisasi TK MEKARSARI 1 Dempet Demak dapat dilihat sebagai
berikut:
Bagan 4.1
Struktur Organisasi TK
MEKARSARI 1Dempet Demak
4.
Jumlah Anak Didik
Tabel 4.1
Jumlah anak didik TK MEKARSARI 1Dempet Demak
No |
Kelompok |
Jumlah anak didik |
Total |
|
Laki-laki |
Perempuan |
|||
|
Kel. BI |
10 |
12 |
22 |
|
Kel.B2 |
12 |
15 |
27 |
|
Jumlah |
22 |
27 |
49 |
( Arsip TK MEKARSARI 1 Dempet Demak 2021)
5.
Sarana Prasarana
Adapun
sarana dan prasarana yang dimiliki oleh TK MEKARSARI 1 Dempet
Demak antara lain:
a.
Ruang kelas ada 3 ruang
b.
Ruang guru ada 1 ruang
c.
Memiliki 30 meja anak dan 90 kursi belajar
d.
Mainan luar dan dalam kelas
e.
WC / kamar mandi
f.
Dapur 1
g.
Ruang UKS 1
(Arsip TK MEKARSARI 1Dempet Demak 2021).
6.
Data Guru
Pendidik dan tenaga kependidikan di TK
MEKARSARI 1Dempet Kecamatan Demak Kabupaten Demak berjumlah 4 orang. Daftar pendidikdan
tenaga kependidikan dapat dilihat pada tabel dibawah :
Tabel 4.2
Daftar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
No |
Nama |
Pendidikan |
Jabatan |
Status |
1 |
DARYATI |
SLTA |
Kepala |
Swasta |
2 |
ITA SURYANI |
S1 PAUD |
Guru |
Swasta |
3 |
SARI RIZQI ANANDA |
S1 PAUD |
Guru |
Swasta |
(Arsip TK MEKARSARI 1 Dempet Demak 2021).
B. Hasil Penelitian
1.
Pra Siklus
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini guru seperti biasanya
yaitu guru hanya mempersiapkan pembelajaran seperti hari-hari biasanya. Guru
belum merencanakan kegiatan pembelajaran melalui kegiatan
bermain estafet dengan menggunakan bendera.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pada tahap ini, pelaksanaan pembelajaran masih
menggunakan contoh dari gerakan guru. Siswa hanya melihat
dan meniru gerakan yang dilakukan oleh guru, dan sesekali guru menyuruh salah
satu siswa agar siswa mau melakukan kegiatan yang diajarkan oleh guru.
c. Observasi
Tahapan ini guru hanya mengamati siswa dalam
mengikuti kegiatan motorik kasar dan tanpa menggunakan
pedoman observasi dan penilaian. Guru hanya memberi nilai bagus dari siswa yang
aktif dan
mampu menirukan gerakan yang dilakukan guru dalam proses
pembelajaran.
d. Refleksi
Kondisi
awal siswa adalah kondisi awal dimana siswa belum mendapatkan kegiatan bermain bermain estafet dengan menggunakan bandera. Diketahui bahwa kemampuan motorik kasar anak
pada kondisi awal observasi sangat rendah hanya 4 anak dari 22 anak atau sebesar
18,18% yang berkategori baik. Dari hasil penilaian tentang kemampuan motorik kasar anak pada pra siklus dapat dijelaskan pada tabel
berikut:
Tabel
4.3
Hasil
Kemampuan Motorik Kasar Anak Pra Siklus
No |
Kategori |
Jumlah |
Persentase |
1 |
Baik |
4 |
18,18% |
2 |
Cukup |
6 |
27,27 |
3 |
Kurang |
12 |
54,55% |
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kemampuan motorik kasar anak
sebelum menggunakan atau menerapkan metode bermain estafet dengan menggunakan
bendera masih sangat rendah dan belum maksimal dan hanya sebesar 18,18% dari
jumlah siswa yang kemampuan motorik kasarnya termasuk dalam kategori baik. Maka dapat digambarkan ke dalam grafik
sebagaimana berikut:
Grafik 4.1
Kemampuan Motorik Kasar
Anak Pra Siklus
Dari
grafik 4.1 terlihat bahwa pencapai kemampuan motorik kasar anak kategori baik hanya sebesar 4 anak dari
22 anak atau sebesar 18,18% pada pra siklus. Oleh karena itu perlu dilakukan
perbaikan di siklus pertama.
2.
Siklus I
Siklus
I dilaksanakan pada tanggal 21 dan 26
Novembe 2021 oleh dua
orang guru sebagai observer. Adapun prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :
a.
Perencanaan
Kegiatan
yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini sebagai berikut :
1)
Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan
materi meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.
2)
Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan
untuk
kegiatan pembelajaran.
3)
Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru,
lembar aktivitas anak, pedoman wawancara dan catatan lapangan.
4)
Menyusun perangkat pembelajaran untuk Peningkatan
kemampuan motorik kasar anak melalui kegiatan bermain estafet menggunakan
bendera selama
seharian.
5)
Menyiapakan lembar tugas siswa.
6)
Menyiapkan alat – alat yang digunakan untuk
bermain sambil belajar.
b.
Pelaksanaan Tindakan (Pertemuan pertama)
Kegiatan
yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 21 November 2021 dalam tahap ini adalah melaksanakan tindakan
sesuai dengan RKH yang telah direncanakan.Kegiatan meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1)
Kegiatan Awal
Guru mengawali kegiatan dengan memberi motivasi
dan apersepsi pada anak.
2)
Kegiatan Inti
a)
Guru mengatur tempat duduk anak sesuai dengan
materi yang akan disajikan.
b)
Guru menyajikan materi pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.
c)
Guru mendemonstrasikan cara membuat bendera
dengan menggunakan kertas warna.
d)
Siswa mengamati tentang demonstrasi yang
dilakukan oleh guru.
e)
Guru membimbing anak di dalam kegiatan bersama
untuk membuat bendera menggunakan kertas warna.
f)
Guru memberikan penilaian pada anak.
c.
Pelaksanaan Tindakan (Pertemuan Kedua )
Pada
tindakan siklus I pertemuan kedua yang dilaksanakan pada hari Sabtu 26 November 2021, guru memulai kegiatan awal seperti pada pertemuan
pertama. Kemudian menerangkan dan mendemontrasikan tentang kegiatan bermain
estafet menggunakan bendera, setelah itu guru mengajak anak untuk bermain
estafet menggunakan bendera. proses
pembelajaran bermain estafet dengan menggunakan bendera lebih menekankan pada
kemampuan motorik kasar anak.
d.
Observasi
Observasi
dilakukan pada setiap pelaksanaan tindakan dalam kegiatan tatap muka. Adapun yang diobservasi adalah :
1)
Mengamati Kinerja guru dalam memberikan
pembelajaran (dilakukan oleh observer).
Aktivitas guru dalam pembelajaran diperoleh
dari hasil penilaian dari observer
melalui lembar penilaian kinerja guru.
2)
Mengamati Aktivitas siswa saat pembelajaran
(dilakukan oleh observer). Pengamatan aktivitas siswa dilakukan oleh observer
dengan menggunakan lembar penilaian aktivitas siswa.
3)
Memantau kemampuan siswa dalam melaksanakan
kegiatan bermain estafet menggunakan bendera untuk meningkatkan motorik kasar anak, guru sebagai
peneliti yang mengamati secara langsung.
e.
Refleksi
Refleksi
yang dilaksanakan meliputi :
1)
Kinerja guru
Kemampuan
guru dalam mengajar pada siklus I ini telah menunjukkan peningkatan
dibandingkan dengan kondisi pra survey ketika belum diadakan penelitian
tindakan kelas ini. Hal ini dapat terlihat dari antusias siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hasil observasi kinerja guru pada siklus
I memperoleh nilai sebesar 67%.
Pada
siklus 1 kinerja guru yang sudah mencapai katagori baik yaitu pada indikator
menjelaskan kegiatan bermain estafet menggunakan bendera, menggunakan metode,
mengajak dan mendemonstrasikan kegiatan bermain estafet menggunakan bendera. Selain aspek tersebut, aspek yang lainnya
seperti: kemampuan memotivasi, membimbing, menumbuhkan partisipasi dan
kemampuan membuat kesimpulan juga termasuk kategori baik.
Melihat skor kinerja guru yang diperoleh pada siklus 1 yang hanya
sebesar 67%, maka guru
perlu melakukan perbaikan. Dan perbaikan tersebut dapat dilakukan pada siklus
II.
2)
Aktivitas Belajar Siswa
Hasil
observasi aktivitas belajar siswa pada siklus 1 cukup baik yaitu sebesar
68,75%. Perhatian siswa terhadap guru, keaktifan siswa bertanya, keaktifan
siswa menjawab pertanyaan, keaktifan siswa mengemukakan jawaban, keaktifan
siswa berpartisipasi dalam melakukan kegiatan bermain estafet menggunakan
bendera untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak, keaktifan siswa
menyelesaikan tugas bermain estafet
menggunakan bendera dari guru. Skor rata-rata 2,7 dengan kriteria cukup. Dengan
demikian perbaikan akan dilakukan dan diperbaiki pada siklus II.
3)
Kemampuan anak dalam bermain estafet menggunakan
bendera siklus I.
Kondisi
pada pertemuan pertama siklus I siswa baru mendapatkan kegiatan bermain estafet
menggunakan bendera. Diketahui bahwa kemampuan motorik kasar anak
pada kondisi siklus I Pertemuan pertama ini dari hasil
observasi menunjukkan 8 anak atau sebesar 36,36%
termasuk kategori baik. Kondisi ini dimaklumi karena baru pertama kali
melakukan kegiatan bermain estafet dengan menggunakan bendera. Sedangkan untuk
pertemuan kedua pada siklus I ini mengalami peningkatan kemampuan motorik kasar
menjadi 11 anak dari 22 anak atau sebesar 50%
yang berkategori baik. Dari hasil
penilaian dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel
4.4
Hasil
Kemampuan Motorik Kasar Anak Siklus I (Pertemuan I &II)
Kategori |
Pertemuan I |
Pertemuan II |
||
|
Jumlah |
Prosentase |
Jumlah |
Prosentase |
Baik |
8 |
36,36% |
11 |
50% |
Cukup |
8 |
36,36% |
7 |
31,82% |
Sedang |
6 |
27,27% |
4 |
18,18% |
Dari tabel diatas maka dapat digambarkan kedalam
grafik sebagai berikut :
Grafik 4.2
Kemampuan Motorik Kasar Anak
Siklus I
Dari
grafik 4.2 terlihat bahwa pencapai kemampuan motorik kasar anak kategori baik
sebesar 11 anak dari 22 anak atau sebesar 50% pada siklus I. Pencapaian ini
belum mencapai yang diinginkan yaitu sebesar 85%, oleh karena itu perlu
dilakukan perbaikan di siklus II.
3.
Siklus II
Siklus
II dilaksanakan pada tanggal 29 November
dan 03 Desember 2021, oleh dua orang guru sebagai observer, adapun
prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :
a.
Perencanaan
1)
Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan
materi meningkatkan kemampuan morik kasar anak dengan bermain estafet menggunakan
bendera untuk perbaikan siklus sebelumnya.
2)
Memadukan hasil siklus 1 agar hasil siklus II
lebih efektif.
3)
Menyiapkan media permainan dalam bermain estafet
dengan menggunakan bendera.
4)
Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan
penelitian.
b.
Pelaksanaan Tindakan (Pertemuan Pertama)
Pelaksanan
pembelajaran pada siklus II sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I. Pembelajaran pada siklus II ini masi menggunakan
metode bermain estafet dengan menggunakan media bendera, tetapi dalam siklus II
pelaksanaan tindakan lebih dikembangkan dan di sempurnakan untuk memperbaiki
hasil dari siklus I. Sehingga pencapaian di siklus II diharapkan lebih baik dan
lebih meningkat dibandingkan siklus I.
Pelaksanan pertemuan pertama diawali dengan kegiatan sebagai berikut :
1.
Kegiatan Awal
Guru mengawali kegiatan dengan memberi motivasi
dan apersepsi pada anak.
2.
Kegiatan Inti
a)
Guru mengatur tempat duduk anak sesuai dengan
materi yang akan disajikan.
b)
Guru menyajikan materi pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.
c)
Guru mendemonstrasikan cara bermain estafet dengan
menggunakan bendera.
d)
Siswa mengamati tentang demonstrasi yang
dilakukan oleh guru.
e)
Guru membimbing anak di dalam kegiatan bermain estafet dengan
menggunakan bendera.
f)
Guru memberikan arahan pada anak yang
mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan bermain estafet dengan media
bendera.
c. Pelaksanaan Tindakan
(Pertemuan Kedua )
Pada tindakan siklus II
pertemuan kedua ini guru mengawali dengan kegiatan awal dengan apersepsi dan
member motivasi kepada anak. Setelah itu dilanjutkan dengan beberapa kegiatan
sebagai beriku:
1)
Guru meningkatkan kembali kegiatan bermain estafet menggunakan
bendera untuk
meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.
2)
Guru memotifasi anak agar lebih intensif.
3)
Guru menjelaskan pada siswa cara bermain estafet menggunakan
bendera.
4)
Guru mendemontrasikan cara bermain estafet menggunakan
bendera dan siswa memperhatikan.
5)
Guru memerintah anak untuk melaksanakan tugas
bermain estafet menggunakan
bendera
6)
Guru memberikan penilaian
d.
Observasi
1)
Kinerja Guru
Kemampuan
guru dalam mengajar pada siklus II ini telah menunjukkan peningkatan yang
signifikan dibandingkan dengan kondisi pra survey maupun siklus I. Hal ini
dapat terlihat dari antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
berlangsung dan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan bermain estafet
menggunakan bendera . Hasil observasi kinerja guru pada siklus II memperoleh nilai sebesar 94.5%.
2)
Aktivitas Belajar Siswa
Hasil
observasi aktivitas belajar siswa pada siklus II baik
sekali yaitu sebesar 95,25%. Perhatian siswa terhadap guru, keaktifan siswa
bertanya, keaktifan siswa menjawab pertanyaan, keaktifan siswa mengemukakan
jawaban, keaktifan siswa berpartisipasi dalam melakukan kegiatan bermain estafet
menggunakn bendera untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak, keaktifan
siswa menyelesaikan tugas bermain estafet menggunakn bendera dari guru. Skor
rata-rata 3,8 dengan kriteria baik sekali. Dengan demikian perbaikan tidak perlu dilakukan.
Pada siklus
II ini menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan pada semua aspek dan diperoleh rata-rata 3,8 berarti dalam katagori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa anak sudah
aktif dalam mengikuti pembelajaran pengembangan kemampuan motorik kasar anak.
3)
Kemampuan anak dalam bermain Estafet menggunakan bendera
Siklus II
Kondisi
pada siklus II siswa paham dalam permainan kegiatan estafet menggunakn bendera. Diketahui bahwa kemampuan motorik kasar anak
pada kondisi pertemuan pertama siklus II dari observasi mencapai 68,15% atau
sebanyak 15 anak kategori baik dan meningkat pada pertemuan kedua siklus menjadi
17 anak dari 22 anak atau sebesar 77,27% yang berkategori baik. Kondisi ini dikarenakan anak sudah paham mengenai kegiatan bermain estafet menggunakan bendera. Dari hasil penilaian tentang kemampuan motorik
kasar anak pada siklus II dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel
4.5
Hasil Kemampuan Motorik
Kasar Anak Siklus II (Pertemuan I &II)
Kategori |
Pertemuan I |
Pertemuan II |
||
|
Jumlah |
Prosentase |
Jumlah |
Prosentase |
Baik |
15 |
68,18% |
17 |
77,27% |
Cukup |
4 |
18,18% |
3 |
13,63% |
Sedang |
7 |
13,63% |
2 |
9,09% |
Dari tabel di atas maka dapat
digambarkan ke dalam grafik sebagaimana berikut:
Grafik 4.3
Kemampuan Motorik
Kasar Anak Siklus II
4.
Siklus III
Siklus
III dilaksanakan pada tanggal 05 Desember 2021, oleh dua orang guru sebagai observer, adapun
prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :
a. Perencanaan
1)
Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan
materi meningkatkan kemampuan morik kasar anak dengan bermain estafet menggunakan
bendera untuk perbaikan siklus sebelumnya.
2)
Memadukan hasil siklus 1 agar hasil siklus II
lebih efektif.
3)
Menyiapkan media permainan dalam bermain estafet
dengan menggunakan bendera.
4)
Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan
penelitian.
b.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanan
pembelajaran pada siklus III sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II. Pembelajaran pada siklus III ini juga
menggunakan metode bermain estafet dengan menggunakan media bendera , tetapi
dalam siklus III pelaksanaan tindakan lebih dikembangkan dan di sempurnakan
untuk memperbaiki hasil dari siklus II. Sehingga pencapaian di siklus III diharapkan lebih baik dan lebih meningkat
dibandingkan siklus II.
Pelaksanan pertemuan pertama diawali dengan kegiatan sebagai berikut :
1.
Kegiatan Awal
Guru mengawali kegiatan dengan memberi motivasi
dan apersepsi pada anak.
2. Kegiatan
Inti
a) Guru
mengatur tempat duduk anak sesuai dengan materi yang akan disajikan.
b) Guru
menyajikan materi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.
c) Guru
mendemonstrasikan cara bermain estafet dengan menggunakan bendera.
d) Siswa
mengamati tentang demonstrasi yang dilakukan oleh guru.
e) Guru
membimbing anak di dalam kegiatan bermain estafet dengan menggunakan bendera.
f) Guru memberikan perintah pada
anak untuk melakukan kegiatan bermain estafet dengan media bendera.
g) Guru memberikan
penilaian.
c.
Observasi
4)
Kinerja Guru
Kemampuan
guru dalam mengajar pada siklus III ini telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan
kondisi pra survey maupun siklus I dan II. Hal ini dapat terlihat dari antusias siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar berlangsung dan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
bermain estafet menggunakan bendera . Hasil observasi kinerja guru pada siklus II memperoleh nilai sebesar 94.5%.
5)
Aktivitas Belajar Siswa
Hasil
observasi aktivitas belajar siswa pada siklus III baik
sekali yaitu sebesar 95,25%. Perhatian siswa terhadap guru, keaktifan siswa
bertanya, keaktifan siswa menjawab pertanyaan, keaktifan siswa mengemukakan
jawaban, keaktifan siswa berpartisipasi dalam melakukan kegiatan bermain estafet
menggunakn bendera untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak, keaktifan
siswa menyelesaikan tugas bermain estafet menggunakn bendera dari guru. Skor
rata-rata 3,8 dengan kriteria baik sekali. Dengan demikian perbaikan tidak perlu dilakukan.
Pada siklus
III ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada semua aspek dan diperoleh rata-rata 3,8 berarti dalam katagori tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa anak sudah aktif dalam mengikuti pembelajaran pengembangan
kemampuan motorik kasar anak.
6)
Kemampuan anak dalam bermain Estafet menggunakan bendera
Siklus III
Kondisi
pada siklus III siswa benar- benar paham dalam permainan kegiatan estafet menggunakn
bendera. Diketahui bahwa kemampuan motorik kasar anak
pada kondisi siklus III dari observasi sudah meningkat menjadi 20 anak dari 22
anak atau sebesar 90,91% yang berkategori baik. Kondisi dikarenakan anak sudah
paham sekali mengenai kegiatan
bermain estafet menggunakan
bendera. Dari hasil
penilaian tentang kemampuan motorik kasar anak pada siklus III dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Kemampuan Motorik Kasar Anak Siklus III
No |
Kategori |
Jumlah |
Persentase |
1 |
Baik |
20 |
90,91% |
2 |
Cukup |
2 |
9,09% |
3 |
Kurang |
0 |
0% |
Dari tabel di atas dapat digambarkan ke dalam
grafik sebagaimana berikut:
Grafik 4.4
Kemampuan Motorik Kasar Anak Siklus III
Dari grafik 4.4 terlihat bahwa pencapai kemampuan motorik kasar anak kategori baik
sebesar 20 anak dari 22 anak atau sebesar 90,91% pada siklus III. Pencapaian sudah melebihi target yang
diinginkan yaitu sebesar 85%, sehingga tidak diperlukan perbaikan pembelajaran
berikutnya.
B.
Pembahasan
1.
Pra Siklus
Berdasarkan pada hasil observasi yang telah
dilakukan oleh peneliti, metode awal sebelum dilaksanakan penelitian adalah
dengan pemberian
contoh dan penunjukkan yang berfokus pada gerakan dilakukan guru kepada siswa.
Siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Siswa hanya
melihat, sehingga mengetahui tanpa bisa melakukan. Dilihat dari besarnya
persentase, siswa yang sudah baik kemampuan motorik kasar
baru 4
orang atau 18,18%
dapat dilihat pada table 4.3. Hal ini
masih sangat jauh dari ketuntasan yang diharapkan yaitu sebesar 85%.
Dilihat dari pra siklus, kinerja guru belum dapat
diukur, dikarenakan belum adanya indicator yang dapat mengukur kemampuan guru
dalam pembelajaran. Keaktifan siswa pada pra siklus masih rendah. Hal ini
dimungkinkan dalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode contoh dan
penunjukkan, dimana dalam metode ini hanya berfokus pada guru, dan siswa
menjadi pasif, sehingga mengakibatkan interaksi pembelajaran antara guru dan
siswa kurang bagus. Hal inilah menyebabkan siswa kurang begitu antusias dalam mengikuti
pembelajaran.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka perlu diadakan
tindakan yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran yang
diadakan agar kemampuan motorik kasar anak meningkat. Untuk
meningkatkan kemampuan motorik kasar anak, metode yang dapat
digunakan adalah kegiatan bermain estafet menggunakan bendera . Dengan kegiatan
bintang beralih ini siswa dilibatkan langsung dalam pembelajaran.
2.
Siklus I
Berdasarkan refleksi dari pra siklus, maka peneliti
mengambil langkah perbaikan pembelajaran dengan menggunakan kegiatan bermain
estafet menggunakan bendera. Sebelum dilakukan
tindakan pembelajaran, peneliti melakukan perencanaan terlebih dahulu.
Perencanaan ini digunakan agar dalam proses pembelajaran dapat berjalan
sebagaimana yang diharapkan. Dalam perencanaan ini dikemukan rencana penggunaan
media, metode dan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Perencanaan merupakan
langkah awal dalam setiap kegiatan. Baik buruknya hasil kegiatan sangat
ditentukan perencanaan, oleh karena itu perencanaan sangat penting dilakukan.
Proses
pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan, meskipun belum
semua anak terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan anak
belum berani untuk melakukan kegiatan bermain estafet menggunakn bendera. Dari
hasil pengamatan telah terjadi antusias dan keaktifan anak secara mental maupun
motorik. Ada interaksi antar anak secara individu maupun kelompok, serta dengan
guru. Masing-masing anak ada peningkatan kemampuan motorik kasar, sehingga mampu
meningkatkan keberanian siswa dalam berpartisipasi pada proses pembelajaran.
Terjalin kerjasama antara anak dengan teman-temanya serta dengan guru.
Hasil antara
kondisi awal dengan siklus I menyebabkan adanya perubahan walau belum bisa
optimal, hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar. Dari hasil penilaian observasi akhir siklus I ternyata
lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi
awal atau sebelum dilakukan tindakan yaitu siswa yang baik dalam kemampuan
motorik kasar sebesar 18.18% dapat
dilihat pada tabel 4.3 kondisi pra siklus menjadi 50% dapat dilihat pada tabel
4.4 pada siklus I.
3.
Siklus II
Berdasarkan
refleksi dari siklus I, maka peneliti mengambil langkah perbaikan pembelajaran
dengan menggunakan metode bermain estafet dengan menggunakan bendera juga. Proses pembelajaran pada siklus
II sudah menunjukkan semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Hal ini dikarenakan siswa semakin tertarik dengan kegiatan estafet menggunakan
bendera yang digunakan
oleh guru. Anak-anak mulai senang melakukan interaksi dengan teman-temannya. Dari
hasil pengamatan telah terjadi peningkatan anak secara mental maupun motorik,
karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan kegiatan estafet
menggunakan bendera menjadikan siswa lebih antusias dan senang dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Ada interaksi antar siswa secara individu maupun
kelompok serta dengan guru terjalin dengan baik. Masing-masing siswa ada
peningkatan kemamuan motorik, sehingga anak terlatih untuk melakukan gerakan yang
dapat meningkatkan motorik kasar mereka.
Hasil
antara siklus I dengan siklus II ada perubahan secara signifikan, hal ini
ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar
dengan meningkatnya kemampuan motorik kasar anak yang berkategori baik dari sebesar 50% pada siklus I dapat dilihat pada table 4.4 menjadi 77,27% pada siklus II dapat dilihat pada table 4.5.
4.
Siklus III
Berdasarkan refleksi dari siklus II, maka peneliti mengambil langkah perbaikan
pembelajaran dengan menggunakan metode bermain estafet dengan menggunakan bendera juga. Proses pembelajaran pada siklus
III sudah menunjukkan semua siswa terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa semakin tertarik dengan kegiatan estafet menggunakan
bendera yang digunakan
oleh guru. Anak-anak mulai senang melakukan interaksi dengan teman-temannya. Dari
hasil pengamatan telah terjadi peningkatan anak secara mental maupun motorik,
karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan kegiatan estafet
menggunakan bendera menjadikan siswa lebih antusias dan senang dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Ada interaksi antar siswa secara individu maupun
kelompok serta dengan guru terjalin dengan baik. Masing-masing siswa ada
peningkatan kemamuan motorik, sehingga anak terlatih untuk melakukan gerakan yang
dapat meningkatkan motorik kasar mereka.
Hasil antara siklus I, II dengan siklus III ada perubahan secara signifikan, hal ini ditandai dengan peningkatan
jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan meningkatnya kemampuan
motorik kasar anak yang
berkategori baik dari sebesar 50% pada siklus
I dapat dilihat pada table 4.4
menjadi 77,27% pada siklus II dapat dilihat pada table 4.5 dan semakin meningkat pada siklus III mencapai 90,91% dan dapat dilihat
pada tabel 4.6. Dari hasil penilaian akhir yang berupa hasil observasi siklus
III ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat
ketuntasan belajar siswa pada siklus II.
Dengan melihat perbandingan hasil pra siklus, siklus
I dan siklus II dan III ada
peningkatan yang cukup signifikan, baik dilihat dari keaktifan anak dalam proses pembelajaran, kinerja guru
dalam proses pembelajaran dan kemampuan motorik kasar anak. Dari sejumlah 22 siswa masih ada 2 siswa yang belum mencapai ketuntasan. Dilihat dari nilai ketuntasan
terdapat peningkatan. Sedangkan
ketuntasan ada peningkatan sebesar 13,63 % dibandingkan pada siklus III.
Secara umum dari hasil pengamatan yang dilakukan
dalam penelitian tindakan kelas mulai dari observasi pra siklus, hingga siklus III,
dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan bermain estafet dengan menggunakan
bendera dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak di TK MEKARSARI 1Dempet
Kecamatan Demak Kabupaten Demak.
Tabel 4.7
Perbandingan Kemampuan
Motorik Kasar Anak Antar Siklus
No |
Katagori |
Pra
siklus |
Siklus I |
Siklus II |
Siklus
III |
1 |
Baik |
18,18% |
50,00% |
77,27% |
90,91% |
2 |
Cukup |
27,27% |
31,82% |
13,63% |
9,09% |
3 |
Kurang |
54,55% |
18,18% |
9,09% |
0,00% |
Grafik 4.4
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan hasil penelitian, kesimpulan sebagai berikut :
Pada kondisi awal atau pra siklus kemampuan
motorik anak sebelum menggunakan kegiatan bermain estafet dengan menggunakan bendera
hanya sebesar 18,18% , meningkat menjadi 50% pada siklus I dan semakin
meningkat pada siklus II mencapai prosentase sebesar 77,27% dan semakin
meningkat menjadi 90,91% pada siklus III. Ini berarti kemampuan motorik kasar anak menunjukkan adanya peningkatan dan sesuai dengan yang diharapkan
pada kriteria sangat baik mencapai lebih dari 85% yaitu mencapai 90,91%.
Kinerja guru pada siklus I mencapai prosentase sebesar 67,5%, semakin
meningkat pada siklus II mencapai 94,5% dan di siklus III hasilnya juga
mencapai prosentase sebesar 94,5%, yang
termasuk dalam kriteria baik sekali. Begitu juga dengan aktivitas belajar anak
juga mengalami peningkatan yang signifikan dari 68,75% pada siklus I menjadi
95,5% pada siklus II dan siklus III.
B. Saran
Berdasarkan
kesimpulan yang diperoleh diatas maka saran yang bisa di berikan berkaitan
dengan kesimpulan atau hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1.
Bagi guru
a.
Anak didik untuk dilibatkan secara langsung dalam
berbagai macam kegiatan pembelajaran, terutama dengan metode bermain, karena
hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan dan keaktifan serta kreatifitas siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
b.
Penggunaan berbagai alat bantu /media
pembelajaran mampu membangkitkan serta memotivasi anak tertarik pada materi
pembelajaran , juga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
berkreativitas dalam menggunakan metode
yang salah akan menjadi penghalang bagi kesuksesan penyampaian materi pelajaran.
2.
Bagi Orang Tua
Orang tua
perlu memberikan motivasi serta stimulus terhadap perkembangan anak , karena
pada dasarnya keberhasilan pendidikan bukan semata tanggung jawab guru dan
sekolah saja namun perlu adanya dukungan dari orang tua selaku pendamping guru
saat anak berada di rumah.
3.
Bagi Peneliti
Untuk lebih meningkatkan kinerja guru dalam
mendidik serta menambah bahan referensi dan menambah metode- metode dalam
pembelajaran untuk anak usia dini.