Pojok PanturaPojok Pantura

Upaya Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Penggunaan Celemek Cerita Pada Anak Kelompok A di TK Negeri Pembina Kecamatan Ketanggungan

Mas Popa
 Upaya Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Penggunaan Celemek Cerita Pada Anak Kelompok A di TK Negeri Pembina Kecamatan Ketanggungan |  | Pojok Pantura

LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Upaya Meningkatkan Kemandirian Anak
Melalui Penggunaan Celemek Cerita
Pada Anak Kelompok A di TK Negeri Pembina
Kecamatan Ketanggungan

Logo TK Taman Kanak Kanak

Oleh :
YUNI HIDAYAH, S.Pd

TK NEGERI PEMBINA KEC. KETANGGUNGAN
KABUPATEN BREBES
2020

Upaya Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Penggunaan Celemek Cerita Pada Anak Kelompok A di TK Negeri Pembina Kecamatan Ketanggungan
Upaya Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Penggunaan Celemek Cerita Pada Anak Kelompok A di TK Negeri Pembina Kecamatan Ketanggungan
Upaya Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Penggunaan Celemek Cerita Pada Anak Kelompok A di TK Negeri Pembina Kecamatan Ketanggungan

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Hipotesis ... 4
E. Lingkup Penelitian ... 5
F. Definisi Oprasional ... 5
G. Kegunaan Penelitiaan ... 6

BAB II KAJIAN TEOROTIS TENTANG METODE PENGAJARAN CELEMEK CERITA DAN KEMANDIRIAN ANAK ... 7
A. Konsepsi Metode Pengajaran ... 7
B. Konsepsi Metode Pengajaran “ Celemek Cerita” ... 8
C. Konsepsi Kemandirian ... 9

BAB III METODE PENELITIAN ... 10
A. Pendekatan Penelitian ... 10
B. Model Penelitian ... 11
C. Rancangan Penelitian ... 12
D. Data dan Sumber Data Penelitian ... 14
E. Teknik Analisis Data ... 14
F. Alokasi Penelitian ... 15

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 20
A. Siklus I ... 20
B. Siklus II ... 21

BAB V PEMBAHASAN ... 22
A. Gambaran Metode Pembelajaran Bercerita Dengan Alat Peraga Celemek Cerita ... 22
B. Gambaran Kemandirian anak TK Kelompok A ... 24
C. Gambaran Metode Pembelajaran Bercerita dengan Alat Peraga “Celemek Cerita” dalam Meningkatkan Kemandirian Anak ... 24

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 26
A. Kesimpulan ... 26
B. Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) merupakan pendidikan yang menyenangkan dengan prinsip “ belajar sambil bermain, bermain sambil belajar “. Berangkat dari sinilah pembelajaran yang ada di TK harus dicermati, sehingga apa yang diharapkan, yakni agar anak-anak lebih mandiri dalam segala hal sesuai dengan kapasitas anak bisa tercapai. Metode pembelajaran yang tepat dan cermat akan mengarahkan anak-anak pada hasil yang optimal.

Macam-macam metode pembelajaran di antaranya adalah metode bercerita, permainan bahasa, sandiwara boneka, bercakap-cakap, dramatisasi, bermain peran, karya wisata, wisata, demonstrasi, metode pemikiran dan perasaan terbuka, dan pemanasan atau apersepsi.

Tiap-tiap metode tentu mempunyai tujuan secara khusus sekalipun kadang-kadang antara metode yang satu dengan metode yang lain mempunyai tujuan yang sama. Hal itu dapat dilihat dalam Celemek “Pedoman Guru Bidang Pengembangan Berbahasa di Taman Kanakkanak” yang dijelaskan :

Mempunyai metode bercerita mempunyai tujuan melatih daya tangkap, melatih daya pikir, melatih daya konsentrasi, membantu perkembangan fantasi, menciptakan suasana yang menyenangkan, dan akrab dikelas.

Metode permainan bahasa mempunyai tujuan anak mengerti apa yang dikatakan kepadanya, anak pandai memusatkan perhatian pada apa yang didengarnya, anak pandai menarik kesimpulan dan apa yang sudah didengarnya, dan anak suka mendengarkan pembicaraan orang lain.

Metode sandiwara boneka mempunyai tujuan melatih daya tangkap, meltih daya pikir, melatih daya konsentrasi, melatih membuiat kesimpulam, membantu perkembangan intelegensi, membantu perkembangan fantasi, dan pemciptakan suasana senang dikelas.

Metode bercakap-cakap mempunyai tujuan mengembangkan kecakapan dan keberanian, menyampaikan pendapat kerpada oranglain, memberi kesempatan untuk berekspresi secara lisan, memperbaiki lafal dan ucapan, dan mengembangakan intelegensi.

Metode dramatisasi mempunyai tujuan memberi kesempatan yang sebaik-baiknya kepada anak untuk mengekspresikan diri dan memenuhi kebutuhan meniru.

Metode mngucapkan syair mempunyai tujuan memupuk persamaan irama dan perasaan estetis, memperkaya perbendaharaan kata, dan melatih daya ingatan.

Metode bermain peran mempunyai tujuan melatih daya tangkap, melatih daya konsentrasi, melatih membuat kesimpulan, membantu perkembangan intelegensi, membantu perkembangan fantasi, dan menciptakan suasana senang.

Metode karya wisata mempunyai tujuan mengenal lingkungan secara langsung membantu perkembangan fantasi, dan menambah perbendaharaan bahasa.

Begitu juga dengan metode-metode yang lain, misalkan metode demonstrasi, metode pemikiran dan perasaan terbuka, maupun metode pemanasan atau apersepsi masing-masing tentu mempunyai tujuan khusus.

Metode-metode tersebut adalah sebuah variasi atau pilihan dalam setiap melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh setiap pengajar, sehingga tidak akan terjadi lagi penggunaan metode yang telah ditentukan melenceng atau tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini misalkan metode cerita dibantu dengan alat peraga yang menarik dan unik untuk akan merangsang siswa untguk betul-betul memperhatikan setiap apa yang akan disampaikan oleh pengajar atau guru.

Untuk menjadikan agar anak mandiri, agar anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan oranglain adalah suatu harapan bagi semua pihak baik dari pihak sekolah maupun pihak orangtua atau walimurid, karena kemandirian adalah suatu hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap anak. Agar tidak selalu bergantung pada oranglain. Kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri, tanpa bantuan oranglain (Tim.1966:555). Oleh karena itu metode bercerita dengan menggunakan alat peraga Celemek cerita adalah sebuah pilihan yang tepat.

B. Rumusan Masalah

  1. Bagaimanakah matode pembelajaran bercerita dengan menggunakan alat peraga Celemek cerita di TK Negeri Pembina Kec. Ketanggungan?
  2. Sejauh manakah kemandirian anak kelompok A di TK Negeri Pembina Kec. Ketanggungan?
  3. Sejauh manakah metode pembelajaran bercerita dengan menggunakan alat peraga Celemek cerita anak kelompok A di TKNegeri Pembina Kec. Ketanggungan dalam meningkatkan kemandirian anak?

C. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui pembelajaran bercerita dengan alat peraga Celemek cerita di TK Negeri Pembina Kec. Ketanggungan
  2. Untuk mengetahui kemandirian anak TK Kelompok A di TK Negeri Pembina Kec. Ketanggungan
  3. Untuk mengetahui sejauh mana metode bercerita dengan alat peraga Celemek cerita dalam meningkatkan kemandirian anak TK Kelompok A di TK Negeri Pembina Kec. Ketanggungan

D. Hipotesis

Berdasarkan atas rumusan masalah sebagai mana di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Menggunakan metode pembelajaran bercerita dengan alat peraga Celemek cerita dapat meningkatlkan kemandirian anak TK Kelompok A di TK Negeri Pembina Kec. Ketanggungan.

E. Lingkup Penelitian

Agar dalam pembahasan ini tidak terlalu meluas, maka pembahasan hanya difokuskan pada penggunaaan metode pembelajaran bercerita dengan menggunakan alat peraga Celemek cerita kaitannya dengan kemandirian anak TK Kelompok A. Peneliti ini dilakukan di TK Negeri Pembina Kec. Ketanggungan.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan arti, maka dalam penelitian ini diperlukan pendefinisian hal-hal sebagai berikut :

  1. Pengunaan Celemek cerita yang diajarkan di TK Kelompok A TK Negeri Pembina Kec. Ketanggungan adalah pengembangan atau variasi dari metode bercerita di bidang pengembangan kemampuan berbahasa di Taman Kanak-kanak yang menggunakan alat peraga tidak langsung, yakni benda tiruan, gambar guntingan-guntingan yang ditempelkan pada Celemek yang terbuat dari kain flanel.
  2. Yang dimaksud dengan kemandirian dalam penelitian ini adalah siswa dapat melakukan sesuatu yakni dapat memakai sepatu dan baju tanpa bantuan orang lain atau guru (pada saat disekolah).

G. Kegunaan Penelitian

  1. Secara teoritis kegunaan penelitian ini dapat memperbanyak atau memperkaya tentang variasi metode pembelajaran bercerita dengan penggunaan alat peraga tidak langsung di bidang pengembangan kemampuan berbahasa di taman kanakkanak.
  2. Bisa dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengajar dalam rangka untuk memberikan variasi pengajaran agar tidak menjenuhkan

BAB II
KAJIAN TEORITIS TENTANG METODE PENGAJARAN CELEMEK CERITA DAN KEMADIRIAN ANAK

A. Konsespsi Metode Pengajaran

“Metode adalah merupakan cara utama yang bersifat umum dan luas yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. (Surahman, 1978:121).

Sedangkan Pengajaran adalah “1. Proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan; 2. Perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar.” (Tim. 1996:13)

Dengan demikian Metode Pengajaran adalah berarti suatu acara utama yang bersifat umum dan luas dalam melakukan proses, perbuatan, cara mengajar, atau mengajarkan untuk mencapai suatu tujuan.

Metode pengajaran di TK amatlah banyak. Sebagaimana yang telah dituangkan oleh peneliti pada bagian latar belakang. Adapun metode-metode yang dimaksud adalah :

  1. Metode pemberian tugas, yaitu metode yang memberikan kesempatan pada anak untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan oleh guru sehingga anak dapat mengalami secara nyata dan melaksanakan secara tuntas. Tugas dapat diberikan secara berkelompok ataupun individual.
  2. Metode proyek, yaitu metode yang memberikan kesempatan pada anak untuk menggunakan alam sekitar dan atau kegiatan sehari-hari anak sebagai bahan pembahasan melalui berbagai kegiatan.
  3. Metode karya wisata, yaitu kunjungan secara langsung ke objek-objek yang sesuai dengan bahan kegiatan yang sedang dibahas dilingkungan kehidupan anak.
  4. Metode bermain peran yaitu permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda sekitar sehingga dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan.
  5. Metode demonstrasi yaitu cara mempertujukkan atau memeragakan suatu objek atau proses dari suatu kejadian atau peristiwa.
  6. Metode bercerita (ceramah) yaitu cara bertutur dan menyampaikan cerita atau memebrikan penerangan secara lisan.
  7. Metode sosiodrama yaitu suatu cara memerankan beberapa peran dalam suatu cerita tertentu yang menuntut integrasi di antara para pemerannya.
  8. Metode bercakap-cakap yaitu suatu cara bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab anatar anak dengan anak, atau anak dengan guru.

B. Konsepsi Metode Pengajaran “Celemek Cerita”

“Bercerita dengan alat peraga” dalam pelaksanaannya kegiatan ini dipergunakan alat peraga dengan maksud untuk memebrikan kepada anak suatu tanggapan yang tepat mengenai hal-hal yang didengar dalam cerita. Dengan demikian dapat dihindarkan bahwa tanggapan fantasi anak terlalu menyimpang dari apa sebenarnya yang duimaksud oleh guru.

Alat peraga yang dipergunakan, yaitu :

  1. Alat peraga langsung (binatang atau benda yang sebenarnya)
  2. Alat peraga tak langsung, yakni benda tiruan, gambar terlepas atau dalam Celemek dan guntingan-guntingan yang ditempelkan pada papan flanel (Saleh, 1988:9)

Dari kutipan diatas dapat dianalogikan bahwa pengajaran dengan Celemek cerita adalah bentuk-bentuk bercerita yang merupakan dari metode pengajaran dengan alat peraga tak langsung, yakni seorang guru memakai Celemek cerita yang terbuat dari kain flanel dengan ditempeli gambar-gambar sesuai dengan cerita yang bisa dipasang lepas sesuai dengan kebutuhan.

C. Konsepsi Kemandirian

Kemandirian adalah “Hal atau keadaan dapat berdiri sendiri, tanpa bergantung pada oranglain.” (Tim, 1996:555)

Dalam Celemek “Membuat Anak Mandiri, Bermotivasi Tinggi dan Percaya Diri “ dijelakan anak disebut mandiri apabila :

  1. Mampu memberikan keputusan sendiri
  2. Memilik alternatif dalam mengambil keputusan
  3. Tahu akan potensi yang dimiliki diri sendiri
  4. Mampu mengerjakan tugas kesehariannya sendiri
  5. Tidak bergantung pada orang lain (Rahman,2005:3)

Banyak sekali anak usia TK Kelompok A utamanya yang segala sesuatu masih sangat tergantung kepada orang lain. Semua aktivitas masih harus dibantu oranglain. Di rumah masih harus dibantu oleh kakak, adik, ayah, nenek, atau pembantu. Misalkan anak ingin memakai sepatu, anak masih harus dibantu mencari sepatu dimana berada, kemudian memakaikan sepatu. Begitu juga pada saaat anak ingin memakai baju masih harus dibantu dengan segala hal sampai baju tersebut betul-betul terpakai. Anak yang masih demikian, yakni masih sangat tergantung kepada orang lain, tidak mau berusaha atau tidak mau melakukan setiap suatu kegiatan untuk kepentingan diri sendiri adalah anak yang belum mandiri.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan sifat penelitian adalah pendekatan kualitatif karena dalam penelitian ini lebih mengutamakan deskreptif untuk memecahkan konsep-konsep di dalamnya, bukan menggunakan numeric statistik.

“pendidikan kualitatif mengandalkan pengamatan, berperan serta (partisipan observation), dan wawancara pendalaman (indepth interview) sebagai instrumen. “ (Bogdan,1982:13)

“Penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya.” (Moleong, 1993:5)

Dalam kesempatan lain juga dijelaskan, “Penelitian sendiri atau dengan bantuan orang lain akan berperan sebagai alat pengumpul data utama. Peneliti disebut instrumen kreatif, artinya ia sendiri yang harus rajin dan giat untuk menggali beberapa informasi dan sekaligus peneliti juga sebagai pengumpul, penganalisis, dan pembuat laporan penelitian. (Moleong.1994:17)

B. Model Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Rangkaian tindakan akan melalui tahapan-tahapan, yakni tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, analisis dan refleksi. Dari hasil analisis dan refleksi setiap akhir kegiatan dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

Adapun metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode bercerita dengan penggunaan alat peraga Celemek cerita untuk menarik perhatian siswa pada saat pembelajaran.

C. Rancangan Penelitian

Siklus IPerencanaan
Identifikasi masalah
dan penetapan
alternatif masalah
- Menentukan tema
- Membuat rencana kegiatan harian
- Mempersiapkan alat peraga/sumber belajar
- Menyiapkan instrumen observasi
Tindakan- Melaksanakan pengajaran dengan
   menggunakan alat peraga Celemek cerita
   yang bergambar anak pandai memakai sepatu
   dan anak pandai memakai baju.
   Secara bergantian sesuai dengan kebutuhan
- Mengelompokkan anak dari
   20 anak menjadi 2 kelompok
- Mempraktikan memakai baju
- Mempraktikan memakai sepatu
Pengamatan-  Melakukan observasi dengan menggunakan
    format data observasi tindakan kelas
    dengan kriteria penilaian
1. BB = Belum Berkembang
2. MB = Mulai Berkembang
3. BSH= Berkembang Sesuai Harapan
4. BSB = Berkembang Sangat Baik
Refleksi- Objek penelitian sebanyak 20 anak dalam
   pelaksanaan kegiatan pembelajaran
   konsentrasi anak tidak bisa maksimal
- Pelaksanaan kegiatan kelompok praktik
   memakai sepatu dan baju belum
   berhasil secara maksimal
Siklus IIPerencanaan- Menentukan tema
- Membuat rencana kegiatan harian
- Mempersiapkan alat peraga Celemek
   cerita, bergambar anak pandai memakai
   sepatu dan anak pandai memakai baju
- Menyiapkan instrumen observasi
Tindakan- Melaksanakan pengajaran dengan menggunakan
   alat peraga, Celemek cerita, gambar-gambar
   sesuai dengan yang diharapkan, dan sepatu
   sejumlah objek penelitian 14 anak.
- Mengelompokkan anak menjadi tiga kelompok
   dengan tiap kelompok lima anak
- Mempraktikan memakai baju,
   dan mempraktikan memakai sepatu.
Refleksi- Objek penelitian sebanyak 20
   anak (satu kelas)
- Melaksanakan kegiatan kelompok
   praktik memakai sepatu dan memakai baju
Perencanaan- Menentukan tema
- Membuat rencana kegiatan harian
- Mempersiapkan alat peraga Celemek cerita
   yang bergambar sepatu dan baju
- Anak dipersiapkan masuk kamar mandi
Tindakan- Melaksanakan pengajaran dengan menggunakan
   alat peraga Celemek cerita yang bergambar
   sesuai dengan harapan
- Mengelompokkan anak menjadi tiga kelompok
- Anak mempraktikan memakai sepatu
   dan mempraktikan memakai baju
Pengamatan- Objek penelitian 20 anak satu kelas
- Pengumpulan data observasi
- Rekapitulasi nilai
- Menentukan keberhasilan penelitian
- Praktik memakai sepatu sendiri
   dan memakai baju sendiri.

D. Data dan Sumber Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa catatan-catatan, rencana atau persiapan mengajar, laporan dan dokumen-dokumen lain yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa Kelompok A TK Negeri Pembina Kec. Ketanggungan.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penganalisisan data ini peneliti menggunakan model deskripsi. Deskripsi bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa atau kejadian yang ada sebagaimana pernyataan, “Deskripsi digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada sesuai dengan apa adanya.” (Sudjana,1987:53). Deskripsi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data secara objektif, apa adanya yang terdapat dalam TK Negeri Pembina Kec. Ketanggungan baik dari segi persiapan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, proses selama pembelajaran, maupun evaluasi pembelajaran

F. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil peneliti adalah TK Negeri Pembina Kec. Ketanggungan Jalan KH. Muhtadi No. 27 Karangmalang kec. Ketanggungan Kab. Brebes. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada hasil observasi bahwa lokasi tersebut sangat strategis dan mudah dijangkau karena terletak ditengah kota. Selain itu sekolah ini tergolong sekolah yang dianggap bermutu dan difavoritkan oleh masyarakat, sehingga animo masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya sangat-sangatlah tinggi. Hal tersebut dapat dibuktikan pada setiap penerimaan siswa baru banyak seklai yang datang dari luar kecamatan ketanggungan harus siap bersaing antara satu dengan yang lain dan siap untuk tidak diterima karena kapasitas yang tersedia sangat terbatas. Sekalipun dalam kegiatan sehari-harinya dalam kegiatan pembelajaran masih banyak dijumpai siswa yang belum bisa mandiri untuk melakukan kegiatan yang berkenaan dengan dirinya sendiri. Misalkan anak masih harus dibantu memakai sepatu, yang seharusnya sudah tidak perlu dibantu lagi, begitu juga dengan kegiatan yang lain misalkan memakai baju, anak masih mencari bergantung dengan orang lain. Oleh karena itu perlu adanya variasi pembelajaran yang lebih menarik, lebih hidup, dan tidak menjenuhkan.

BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Berdasarkan hasil observasi dan hasil diskusi guru atau pengajar kelompok A di TK Negeri Pembina Kec. Ketanggungan ternyata pada umumnya masih banyak yang terfokus pada petunjuk-petunjuk atau teknik-teknik yang telah ada pada Celemek-Celemek pedoman ke TK an. Hal tersebut sebetulnya sudah bagus. Akan tetapi untuk mengurangi kejenuhan anak dalam tiap pembelajaran guru harus kaya dengan metode pembelajaran dan kaya dalam mengoptimalkan penggunaan alat peraga, sehingga hasil pembelajaran yang diharapkan, yakni agar anak bisa lebih mandiri bisa tercapai sesuai harapan.

Agar permasalahan keterpakuan penggunaan alat peraga sangat bergantung pada Celemek-Celemek yang ada akhirnya menimbulkan kejenuhan segera dapat teratasi, salah satunya adalah perlunya adanya pengayaan metode bercerita dengan penggunaan alat peraga Celemek cerita.

Dalam penelitian ini terbagi atas dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II yang masing-masing siklus terbagi atas bagian-bagian, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan reflaksi dan masinmg-masing bagian terbagi atas beberapa bagian lagi.

A. Siklus I

1. Perencanaan

Dalam penelitian ini peneliti selain sebagai subjek penelitian juga sebagai objek penelitian, yang dibantu oleh rekan sejawat. Dengan demikian objek penelitian selain peneliti sendiri juga terdapat rekan sejawat. Oleh karena itu pemahaman konseptualsampai dengan persiapan-persiapan administrasi pengajaran harus tertata dengan baik. Adapun yang perlu dipahami dan disiapkan adalah penentuan tema yang harus diajarkan, kemudian pembuatan program mingguan, dilanjutkan dengan satuan kegiatan harian, setelah itu persiapan alat peraga atau sumber belajar yang dalam bagian alat peraga ini harus diperjelas tentang alat peraga yang digunakan, yakni “Celemek cerita”, sedangkan selanjutnya adalah persiapan instrumen obeservasi.

2. Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran ini dilakukan sebanyak empat kali pertemuan. Dalam pembelajaran ini selalu menggunakan alat peraga Celemek cerita dengan ganbar anak pandai memakai sepatu dan anak pandai memakai baju.

Pertemuan 1

Guru bercerita tentang anak yang memakai sepatu dan baju.

Pertemuan II

Mengelompokkan 20 anak menjadi tiga kelompok, masing-masing kelompok ada 7 anak.

Pertemuan III

Pemberian contoh pemakaian sepatu dan pemakaian baju dari masing-masing kelompok dua anak

Pertemuan IV

Guru memandu kepada anak secara bersama-sama untuk memakai sepatu dan baju yang benar.

3. Pengamatan

Pertemuan I

Melaksanakan observasi dengan menggunakan format data observasi tindakan kelas dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

  1. BB=Belum Berkembang
  2. MB=Mulai Berkembang
  3. BSH=Berkembang Sesuai Harapan
  4. BSB=Berkembang Sangat Baik

Hasil dilapangan setelah guru bercerita tentang anak memakai sepatu dan memakai baju dengan menggunakan alat peraga Celemek cerita bergambar anak mempraktikan memakai sepatu dan memakai baju dengan dipandu oleh 2 guru dengan jumlah murid 20 anak. Hasilnya anak masih belum mampu

Pertemuan II

Setelah guru bercerita di depan anak dengan menggunakan Celemek cerita yang ditempeli gambar anak pandai memakai sepatu dan gambar anak pandai memakai baju, anak disuruh mempraktikan memakai sepatu dan memakai baju dengan dipandu oleh dua guru dari 20 murid yang dikelompokkan menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok lima anak, hasilnya anak mampu, tetapi masih dengan bantuan.

Pertemuan III

Setelah guru bercerita tentang anak memakai sepatu dan baju dengan menggunakan alat peraga Celemek cerita bergambar anak mempraktikkan memakai sepatu dan memakai baju dengan dipandu oleh guru dengan pengelompokkan dari 20 murid menjadi 5 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas 4 anak dan ada yang, hasilnya mampu, tetapi masih dengan bantuan guru.

Pertemuan IV

Setelah guru bercerita tentang anak memakai sepatu dan baju dengan menggunakan alat peraga Celemek cerita bergambar anak pandai memakai sepatu dan gambar anak pandai memakai baju, selanjutnya anak disuruh mempraktikkan memakai sepatu dan memakai baju dengan dipandu oleh dua guru dengan pengelompokkan dari 20 murid menjadi enam kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas 3 anak dan ada yang 2 anak, hasilnya anak mampu melakukan tanpa bantuan guru.

4. Refleksi

Pertemuan I

Objek penelitian sebanyak 20 anak dalam pelaksanaan pembelajaran konsentrasi anak tidak bisa maksimal, sehingga pelaksanaan kegiatan prsktik memakai baju dan memakai sepatu belum berhasil.

Pertemuan II

Pelaksanaan kegiatan praktik anak memakai baju dan memakai sepatu dapat dikatakan anak masih belum mampu meskipun sudah dikelompokkan tiga kelompok dari dua puluh anak.

Pertemuan III

Pelaksanaan kegiatan praktik anak memakai baju dan memakai sepatu sudah mulai mampu, meskipun masih dengan bantuan guru. Adapun pembagian kelompoknya adalah 20 murid dikelompokkan menjadi empat kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas 5 nak.

Pertemuan IV

Dalam pelaksanaan kegiatan praktik anak memakai sepatu dan memakai baju ternyata anak mampu tanpa bantuan guru dari 20 anak. Sedangkan pembgian kelompoknya adalah dibagi menjadi lima kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri atas 4 anak.

B. Siklus II

Siklus kedua ini sistematika yang peneliti gunakan sama, tidak jauh berbeda dengan siklus pertama. Pada siklus ini juga terdapat empat tahapan yaitu tahap persiapan, tahap tindakan, tahap pengamatan dan tahap refleksi. Pada tiap-tiap tahap terbagi atas beberapa pertemuan. Adapun perbedaan yang paling signifikan dari siklus II bila dibandingkan dengan siklus I adalah pada penekanan kualitas hasil, pada siklus I kemandirian anak masih tergplong longgar, yakni yang penting anak mau memakai sepatu atau baju dan waktu yang digunakan tidak mutlak sebagai tolok ukur, sedangakn pada siklus II kualitas kemandiriandan keterampilan adalah sebagai titik tekan yang utama.

BAB V
PEMBAHASAN

Agar memperoleh gambaran yang jelas tentang pengunaan Celemek cerita dalam rangka untuk meningkatkan kemandirian anak TK Negeri Pembina Kec. Ketanggungan, peneliti akan memaparkan gambaran tentang metode pembelajaran bercerita dengan alat peraga Celemek cerita, gambaran kemandirian anak TK Kelompok A, dan gambaran pembelajaran bercerita dalam rangka untuk meningkatkan kemandirian anak.

A. Gambaran Metode Pembelajaran Bercerita dengan Alat Oeraga “Celemek Cerita”

Guru mengajar dengan memakai Celemek cerita yang ditempeli gambar anak yang pandai memakai sepatu dan gambar anak yang pandai memakai baju. Penempelan gambar tersebut dilakukan secara bergantian, mula-mula gambar yang ditempelkan adalah gambar anak yang pandai memakai sepatu dan yang selanjutnya adalah gambar anak yang pandai memakai baju. Pada awal masuk ini guru hnya ingin menarik perhatian anak-anak agar kegiatan pembelajaran segera terkoordinasikan. Untuk menguji apakah anak-anak secara mayoritas atau minoritas sudah bisa memekai sepatu dan baju tanpa bantuan orang lain, maka guru tanpa banyak komentar tentang bagaimana cara memakai sepatu dan baju. Akan tetapi guru secara langsung memerintahkan kepada anak agar anak melepas sepatu yang dikenakan kemudian memakainya kembali. Selain itu guru juga memerintahkan agar anak memakai baju yang telah disiapkan dari rumah. Hasilnya dapat diketahui dari 20 anak yang bisa memakai sepatu hanya 3 anak saja dan yang bisa memakai baju hanya 2 anak. Cara tersebut tampaknya kurang berhasil, maka selanjutnya cara yang digunakan oleh guru agar siswabisa memakai sepatu dan baju tanpa bantuan orang lain. Adalah dengan cara mempraktikan. Yaitu memanggil dua anak kedepan sebagai peragaan untuk mempraktikkan cara memakai sepatu dan cara memakai baju secara bergantian dengan bantuan seorang guru. Setelah itu seluruh anak dengan cara dikelompokkan mempraktikkan cara memakai sepatu dan cara memakai baju. Dari 20 anak yang disuruh untuk memakai sepatu dan memakai baju, 10 anak yang bisa memakai sepatu dan 8 anak yang bisa memakai baju. Cara mempraktikkan memakai sepatu dan memakai baju ini diulang-ulang sampai dengan empat kali dan hasil akhir menunujukkan dari 20 anak yang bisa memakai sepatu 20 anak dan anak yang bisa memakai baju 20 anak.

`Penggunaan Celemek cerita dipakai oleh guru sejak sebelum masuk kedalam kelas, sehingga masuk ke kelas guru sudah dalam keadaan memakai Celemek cerita dengan maksud sebagaimana yang telah disampaikan bagian awal agar menarik perhatian anak dan kegiatan belajar mengajar secara terkondidikan.

Aktivitas dan reaksi siswa dalam penggunaan peraga Celemek cerita ini bermacam-macam. Ada yang melihat saja dari kejauhan sambil memperhatikan gerik-gerik gurunya, ada yang ingin melihat dari dekat sambil memeperhatikan gambar secara seksama sambil berkomentar macam-macam, “ O, gambar orang dan ini gambar sepatu,” “ ini gambar siapa bu?”.

B. Gambaran Kemandirian Anak TK Kelompok A

Berdasarkan pengamatan anak Kelompok A TK Negeri Pembina Kec. Ketanggungan pada saat kegiatan belajar dapat dilihat dari 20 anak yang bisa memakai sepatu dan memakai baju tanpa bantuan dari guru adalah tiga anak memakai sepatu dan 2 anak memakai baju. Hal tersebut terjadi pada pertemuan pertama. Sedangkan pada pertemuan berikutnya anak yang sudah bisa memakai sepatu ada 8 anak dan sudah bisa memakai baju ada 10 anak. Pada pertemuan ketiga anak yang sudah bisa memakai sepatu ada 15 anak dan anak yang bisa memakai baju ada 18 anak. Sedangkan untuk pertemuan keempat anak yang bisa memakai sepatu ada 20 anak dan yang bisa memakai baju ada 20 anak.

C. Gambaran Metode Pembelajaran Bercerita dengan Alat Peraga “Celemek Cerita” dalam Meningkatkan Kemandirian Anak

Penggunaan metode bercerita dengan alat peraga celemek cerita dalam meningkatkan kemandirian anak dapat dilihat pada BAB V bagian A dan bagian B pada awalnya 20 anak memakai sepatu dan baju masih harus dibantu oleh guru karena anak yang bisa memakai sepatu hanya 3 anak dan yang bisa memakai baju hanya 2 anak. Akan tetapi setelah menggunakan metode bercerita dengan dibantu alat peraga celemek cerita 100 % bisa mandiri. Artinya dari 20 anak yang bisa memakai sepatu 20 anak, begitu juga yang bisa memakai baju 20 anak.

Perkembangan keberhasilan metode bercerita dengan penggunaan alat peraga celemek cerita dari 20 anak TK Negeri Pembina Kec. Ketanggungan yang diteliti dapat dilihat pada tabel berikut :

No.PertemuanHasil yang dicapai
Siswa
yang bisa
memakai
sepatu
Presentasi
Keberhasilan
Siswa
yang bisa
memakai
baju
Presentasi
keberhasilan
1Pertemuan I315%210%
2Pertemuan II840%1050%
3Pertemuan III1575%1890%
4Pertemuan IV20100%20100%

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

  1. Metode pembelajaran bercerita dengan alat peraga celemek cerita yang dilakukan di TK Negeri Pembina Kec. Ketanggungan dalam rangka untuk meningkatkan kemandirian anak adalah suatu pilihan yang tepat dan cermat.
  2. Kemandirian anak kelompok A di TK Negeri Pembina Kec. Ketanggungan masih perlu ditingkatkan, karena tingkat kemandirian mereka untuk melakukan sesuatu sehari-hari untuk kepentingan diri sendiri masih sangat rendah. Hal itu dapat dilihat seperti pada saat memakai sepatu masih Hrus dibantu oleh guru, begitu juga memakai baju anak masih harus dibantu oleh guru.
  3. Metode pembelajaran bercerita dengan alat peraga celemek cerita dapat meningkatkan kemandirian anak, hal ini dapat dilihat dari paparan data perkembangan dari siklus I ke siklus berikutnya yang terdapat perkembangan secara signifikan. Dapat dilihat dengan jelas dari kemandirian anak yang semula hanya mencapai 15 % untuk anak yang memakai sepatu dan 10 % untuk anak yang memakai baju. Dengan penggunaan metode tepat dan cermat akhirnya baik memakai sepatu maupun baju berubah menjadi 100%.

B. Saran

  1. Agar pembelajaran menjadi menarik seorang pengajar harus pandai-pandai memilih metode yang tepat dan cermat dalam setiap melaksanakan kegiatan belajar mengajar, jangan hanya terpaku pada metode dan penggunaan alat peraga yang ada dalam buku, maka pada giliran selanjutnya adalah siswa merasa bosan dan jenuh karena metode yang digunakan oleh guru monoton.
  2. Semoga TK Negeri Pembina Kec. Ketanggungan minimal bisa mempertahankan metode-metode yang cermat dan tepat dalam setiap melaksanakan kegiatan pembelajarannya dan lebih baik lagi bila selalu berusaha dan belajar untuk meningkatkan demi kebaikan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Moleong, Lekxy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja.

Rachman, Arief. 2005. Membentuk Anak Mandiri, Bermotivasi tinggi, dan Percaya Diri. Jakarta : Nikita.

Sujana, Nana. 1997. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah (Makalah-Skripsi-Tesis-Disertasi) Jakarta: Sinar Baru Algensindo.

Surhamad, Winarno. 1994. Dasar dan Teknik Reasearh. Bandung: Tarsita

Saleh, Chasman. 1998. Pedoman Guru Bidang Pengembangan Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tim. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Tim. 1996. Pedoman Guru Bidang Pengembangan Berbahasa di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tim. 1997. Metode Khusus Pengembangan Keterampilan di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tim. 1997. Mendidik Kasus Pengembangan Daya Pikir di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Penggunaan Celemek Cerita
Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Penggunaan Celemek Cerita
Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Penggunaan Celemek Cerita
Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Penggunaan Celemek Cerita
Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Penggunaan Celemek Cerita