PojokPantura.Com, Surat Thaha Ayat 25-28 - Dalam sejarah nabi dan rasul, Allah mengutus nabi Musa AS untuk berhadapan dengan seorang raja yang terkenal zalim, yakni raja Fir’aun. Tugas kerasulan yang diemban oleh nabi Musa AS tergolong berat. Karena beliau diutus untuk melawan raja Fir’aun yang mendaku dirinya sebagai tuhan.
Diutusnya nabi Musa AS oleh Allah melawan raja Fir’aun dari Mesir itu berdasarkan firman Allah Ta’ala,اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى
Pergilah kepada Fir’aun; Sesungguhnya ia telah melampaui batas
(Surat Thaha Ayat 24)
Tak ada yang berani pada raja Fir’aun zaman itu. Karena dengan kekuasaannya ia akan mengerahkan pasukan perang dan tukang sihirnya untuk membunuh orang yang tidak taat pada dirinya. Dengan kezaliman dan pendakuan tersebut sebenarnya raja Fir’aun agak beruntung tidak dibinasakan secara langsung saat itu juga oleh Allah SWT.
Allah yang maha penyayang lebih memilih cara-cara lemah lembut terlebih dahulu agar raja Fir’aun tobat dari perilakunya. Makanya Allah mengutus seorang yang memiliki sifat lemah lembut juga untuk melawan raja Fir’aun, yakni nabi Musa AS.
Mengetahui musuhnya begitu kuat dalam segi apapun, membuat nabi Musa AS merasa kesulitan menghadapinya. Nabi Musa AS pun seringkali mengalami cobaan pembunuhan. Maka berbagai strategi beliau lakukan. Salah satunya yakni dengan beradu sihir dengan para penyihir kerajaan raja Fir’aun. Kemenangan sihir nabi Musa AS melawan banyak penyihir kerajaan pun tak membuat raja Fir’aun mau bertobat dan beriman kepada Allah.
Surat Thaha Ayat 25-28
قَالَ رَبِّ ٱشْرَحْ لِى صَدْرِى
وَيَسِّرْ لِىٓ أَمْرِى
وَٱحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِى
يَفْقَهُوا۟ قَوْلِى
Qola, ‘Robbis rohlii shodrii,
wa yassirlii amrii,
wahlul ‘uqdatam mil lisaani
yafqohu qoulii’
Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,
dan mudahkanlah untukku urusanku,
dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,
supaya mereka mengerti perkataanku,
QS Thaha Ayat 25-28
Tafsir Surat Thaha Ayat 25-28
Di masa kerasulannya yang dihabiskan untuk melawan raja Fir’aun ini, nabi Musa AS selalu berdoa kepada Allah untuk meminta kemudahan dan pelindungan. Karen sesungguhnya tak ada dzat yang maha kuasa selain Allah SWT. Salah satu doa yang sering beliau panjatkan beliau yang kemudian diabadikan oleh Allah di dalam surat Thoha ayat 25-28. Firman Allah Ta’ala,
Syaikh As Sa’di dalam kitab tafsirnya yang berjudul Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan dan lebih dikenal sebagai Tafsir As-Sa'di menjelaskan bahwa kalimat “Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku” Maksudnya yakni lapangkanlah, janganlah ucapan dan perbuatanku ini menyakiti dan janganlah hatiku ini terkotori dengan yang demikian (sifat dan perilaku fir’aun), dan jangan pula hatiku ini dipersempit. Karena ketika hati sudah sempit, maka orang yang mempunyai hati itu susah memberikan hidayah (petunjuk ilmu) pada orang yang dinasehati.
Syaikh as-Sa’adi lalu mengutip kalam Allah SWT kepada Nabi-Nya Muhammad, yang terdapat dalam surat Ali Imron ayat 159 yang berbunyi:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seumpama kamu bersikap keras lagi berhati kasar, pastilah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu
Ulama yang bernama lengkap Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di ini lalu menjelaskan kalimat “dan mudahkanlah untukku urusanku” memiliki tafsir yakni mudahkanlah segala urusan dan tiap-tiap jalan yang dilalui untuk menggapai ridho-Mu, mudahkanlah juga segala kesusahan yang ada di depanku. Di antara dimudahkan suatu urusan ialah seseorang yang meminta dikasih berbagai kemudahan dari berbagai pintu. Ia dimudahkan untuk berkata dengan setiap orang dengan tepat, dan ia mendakwahi seseorang melalui cara yang membuat orang lain gampang menerima.
Kemudian maksud dari kalimat “dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” ini As-Sa’di menjelaskan bahwa dulu Nabi Musa AS mepunyai kekurangan yang menjadi kelemahannya, yaitu rasa kaku dalam lisannya. Hal ini membuat orang lain sulit memahami yang beliau ucapkan, demikianlah dikatakan oleh para pakar tafsir.
Kalimat doa di atas kita tahu kemudian dikabulkan oleh Allah dalam bentuk dua hal. Pertama yakni Allah melepaskan kekakuan lidahnya nabi Musa AS sehingga orang-orang bisa memahami apa yang diucapkan oleh nabi Musa AS. Kedua yakni diutusnya nabi Harun AS yang fasih untuk menemani nabi Musa AS dalam berdakwah. Hal ini sesuai firman Allah surat Al Qashshash ayat 34,
وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَانًا
Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku
Manfaat Doa Nabi Musa AS Untuk Kita
Doa dalam Surat Thaha Ayat 25-28 di atas selalu dimohonkan oleh nabi Musa kepada Allah dalam setiap waktu. Namun Allah mengabulkan doa beliau puluhan tahun (banyak riwayat yang mengatakan 40 tahun) kemudian. Yakni dengan mati tenggelamnya raja Fir’aun di laut di saat ia dan pasukannya mengejar nabi Musa AS dan para pengikutnya.
Walaupun doa tersebut telah ratusan tahun ada, ternyata sampai sekarang pun banyak yang mengamalkannya. Yang sering mengamalkan doa nabi Musa AS ini adalah orang-orang yang akan berbicara di depan orang lain, baik sebagai presentator maupun pendakwah. Dimaksudkan agar hati orang yang memanjatkan selalu lapang dan tidak sempit sehingga mudah menyampaikan materi atau nasehat dakwah pada orang lain dan mudah memahamkan orang lain.
Baca Juga: Perhatian Allah Terhadap Kasih Sayang Di Antara Makhluknya
Selain itu doa dalam Surat Thaha Ayat 25-28 ini juga memiliki makna agar segala kekakuan lisan dan kegugupan kita dihilangkan dan mental kita bisa dikuatkan di hadapan orang banyak atas pertolongan Allah. KepadaNya-lah sesungguhnya kita harus memohon. Ketika ada kesulitan, kesedihan dan kesempitan, adukanlah pada Allah. Allah sungguh Maha Mendengar. Allah Maha Mendengar doa-doa hamba-Nya. Tiap-tiap doa yang kita panjatkan tentu bermanfaat.