Pojok PanturaPojok Pantura

Ki Hajar Dewantara Dan Pendidikan Islam: Relevansi Konsep Pendidik

 Ki Hajar Dewantara Dan Pendidikan Islam: Relevansi Konsep Pendidik | Syarat utama pendidik adalah mampu sebagai sosok tauladan, ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani | Pojok Pantura

Pojok Pantura | PojokPantura.Com - Menurut Ki Hajar Dewantara (1961:47) Syarat utama pendidik adalah mampu sebagai sosok tauladan. Konsep pendidik yang sekaligus pemimpin seperti yang diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara di atas, yakni ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani yang semaksimal mungkin harus dipenuhi komponen pendidik. Jika konsep ini dipenuhi, maka dalam diri pendidik tersebut akan memancarkan “aura” yang menyebabkan wibawa pada dirinya.

Di samping itu pendidik sebagai sosok yang digugu lan ditiru (diikuti dan ditiru) akan menjadi bukti kebenarannya. Tidak kalah pentingnya dalam usaha memperoleh keberhasilan ini adalah sikap pendidik yang ikhlas.

Faktor pendidik, yaitu guru mempunyai kedudukan yang mulia dan sangat penting. Guru juga memiliki syarat dan sifat yang harus dipenuhi antara lain: guru itu orang tua kedua di depan murid, guru sebagai pewaris nabi, guru sebagai penunjuk jalan dan figur pembimbing keagamaan, guru sebagai sentral figur atau teladan bagi murid, guru sebagai motivator dan guru sebagai seorang yang memahami tingkat perkembangan intelektual murid.

Janan Asfiudin (2009:105) menjelaskan dalam konteks pendidikan Islam, pendidik diistilahkan dengan sebutan murobbi ,mu’allim, mu’addib yang ketiga term tersebut mempunyai penggunaan tersendiri menurut peristilahan yang dipakai dalam pendidikan dalam konteks Islam. Disamping itu, istilah pendidik kadangkala disebut melalui gelarnya seperti syaikh dan ustadz.

Pendidik juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah dan mampu menjadi makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri. Menurut Al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, menyucikan serta membawakan hati manusia untuk bertaqarrub kepada Allah SWT, hal tersebut karena pendidikan adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah serta Allah akan memberikan kebaikan kepada seorang pendidik ataupun orang lain yang mengajarkan sesuatu kebaikan pada siswa atau orang lain. Begitu juga ketika seseorang mengajarkan keburukan kepada orang lain maka Allah juga akan memberikan keburukan sesuai ajarannya. Hal ini dikuatkan oleh hadist Nabi SAW yang berbunyi:

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ، لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا. وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اْلإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

Artinya: Dari Abi Hurairah R.A Sesungguhnya Nabi SAW bersabda “Barangsiapa yang mengajak kepada suatu petunjuk, maka dia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala-pahala mereka. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia memperoleh dosa semisal dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikit pun dari dosa-dosa mereka”. (HR.Muslim)

Janan Asfiudin (2009:108) juga menjelaskan seorang pendidik dituntut mampu memainkan peranan dan fungsinya dalam menjalankan tugas keguruannya, sehingga dapat menempatkan kepentingan sebagai individu, anggota masyarakat, warga negara dan pendidik sendiri. Antara satu peran dan peran lainnya harus ditempatkan secara proporsional. Kadangkala seorang pendidik menganggap bahwa tugas sesungguhnya adalah memberikan dan memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) saja, namun selain itu pendidik juga bertanggung jawab atas pengelolaan (manager of learning), pengarah (director of learning), fasilitator dan perencana (the planner of future society).

Komponen pendidik sangatlah penting dalam pendidikan untuk membentuk manusia merdeka yang menjadi tujuan Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Dalam prosesnya, pendidikan sebagai panutan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan potensinya serta memelihara peserta didik dari pengaruh-pengaruh negative yang memungkinkan untuk masuk pada peserta didik. Upaya-upaya pemeliharaan itu bisa berupa penguatan ajaran-ajaran Islam tentang Iman dan Taqwa kepada Allah.

Baca Juga: Juni Bulan Bung Karno: Sang Penepat Janji dan Pemulia Tamu

Keteladanan dan arahan yang baik dari pendidik kepada peserta didik menjadi penting dalam proses pembelajaran. Tugas itulah yang seharusnya tidak dikesampingkan oleh pendidik. Tetapi pada faktanya sekarang, kebanyakan pendidik hanya mementingkan untuk memberikan pengetahuan dalam pengajarannya saja. Memang inilah masalah system Pendidikan di Indonesia yang hanya mementingkan penilaian mata pelajaran untuk menentukan indicator peserta didik dinyatakan pintar atau tidak dan lulus atau tidaknya. Pendidik di Indonesia juga tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Karena mereka juga diberi beban yang cukup banyak dalam tugasnya sebagai pendidik untuk membuat perangkat pembelajaran yang bersifat formalitas.

Jika pendidik dalam kesehariannya dimanapun memberikan keteladanan dan bimbingan kepada peserta didiknya, niscaya peserta didik secara alamiah akan patuh dan mau mendengarkan semua yang diajarkan oleh pendidik termasuk materi pelajarannya. Dimungkinkan juga peserta didik akan antusias terhadap minat belajarnya yang membuat suasana belajar mengajar menjadi menyenangkan dan dapat meningkatkan sikap afektif, kognitif dan psikomotorik peserta didik. Pendidik pula akan mendapatkan ganjaran kebaikan dari apa yang diteladankan kepada peserta didik.