Pojok PanturaPojok Pantura

3 Kisah Keberkahan Merayakan Maulid Nabi SAW

 3 Kisah Keberkahan Merayakan Maulid Nabi SAW | Dan tahukah pula, bahwa orang yang hanya bernadzar mengadakan maulid SAW, ia langsung mendapatkan kebaikan maulid nabi SAW itu pula | Pojok Pantura

Merayakan hari istimewa bagi yang kita cintai adalah bukti kecintaan kita kepadanya. Disamping itu, orang yang kita cintai pasti akan mengingat dan membalas dengan kebaikan pengorbanan kita yang merayakan hari yang istimewa itu untuknya. Maka tak heran ada sekian banyak kisah yang menggambarkan betapa kecintaan nabi SAW kepada orang yang akan dan telah merayakan kelahirannya.

Betul bahwa perayaan maulid nabi SAW baru dirayakan umat Islam secara formal dan besar-besaran pada abad ke 6 hijriyah. Tapi tahukah kalian bahwa Abu Lahab dulu orang yang senang dan merayakan maulid Nabi SAW, yang sekarang dia diberi balasan kebaikan di hari senin sesuai hari kelahiran nabi. Dan tahukah pula, bahwa orang yang hanya bernadzar mengadakan maulid SAW, ia langsung mendapatkan kebaikan maulid nabi SAW itu pula. Dalam tulisan ini, terangkum 3 kisah keberkahan merayakan maulid nabi SAW sebagai berikut:

Preman Gemar Maulid Nabi SAW

Pada masa dinasti Abbasiyah yang kala itu dipimpin oleh Harun ar-rasyid, ada seorang pemuda yang tinggal di kota Basrah. Seorang pemuda yang kurang baik dan terkesan bergelimang kemaksiatan. Sehingga semua warga kota Bashrah memandang rendah pada pemuda itu. Akan tetapi ada sisi kebaikan dalam hidupnya yang ia istiqamahi sepanjang hidupnya.

Dalam hidupnya pemuda itu berlaku berlebihan. Namun dia tidak pernah melupakan bulan kelahiran Rasulullah. Setiap bulan Rabi’ul awwal, dia selalu membersihkan bajunya, memakai wewangian, menghiasi dirinya dan mengikuti resepsi perayaan maulid nabi SAW. Ia lakukan begitu seterusnya setiap tahun seperti itu.

Pada akhirnya, saat pemuda tersebut meninggal dunia, penduduk kota Bashrah mendengar suara yang menggemparkan kota tanpa mengetahui asal-muasal suara tersebut.

"Wahai penduduk Bashrah datanglah dan berikan kesaksian terhadap jenazahnya kekasih Allah sesungguhnya dia orang yang mulia di sisi-nya".

Setelah jenazah pemuda yang ternyata merupakan wali Allah dirawat dan dikebumikan. Pada malam hari, penduduk Bashrah bermimpi melihat pemuda tersebut berada dalam surga dengan mengenakan pakaian yang indah dan mewah. Kemudian mereka bertanya, “dengan amal apa engkau memperoleh keutamaan ini? “. Kemudian pemuda yang merupakan kasih Allah itu menjawab, “dengan memuliakan hari kelahiran nabi Muhammad SAW”.

Nadzar Merayakan Maulid Nabi SAW

Pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan hidup seorang pemuda yang sangat tampan. Dia menetap di ibukota dinasti Umayyah, yakni Syam. Dan dia mempunyai kegemaran naik kuda. Suatu ketika sang pemuda sedang menaiki kuda kesayangannya, tetapi tiba-tiba kuda tersebut berlari kencang ke jalan-jalan kota Syam.

Dengan sekuat tenaga sang pemuda menarik tali untuk mengendalikan kuda tersebut. Namun dia tetap tidak mampu mengendalikan kuda itu. Lalu kuda tersebut menerjang pintu rumah sang khalifah dan naas tak terelakan lagi, anak khalifah yang sedang berada di situ menjadi korban.

Betapa marah dan gusarnya khalifah mendengar kabar kematian anaknya akibat diterjang kuda. Khalifah lalu memerintahkan untuk menangkap dan membawa sang pemuda kehadapannya. Dengan wajah yang pucat tubuh gemetar saat sang pemuda dibawa menghadap Khalifah.

Saat hampir sampai di istana kerajaan, di dalam hati sang pemuda berkata "apabila Allah membebaskan aku dari kejadian ini maka aku akan mengadakan resepsi (perayaan) yang besar dan di dalam perayaan itu aku akan membaca sirah Rasulullah SAW".

Ketika sang pemuda sampai di kerajaan, khalifah yang semula dibalut kemarahan, tiba-tiba tertawa lalu bertanya kepada pemuda tersebut, "Apa kamu menguasai ilmu sihir...?" . Sang pemuda menjawab, “demi Allah tidak wahai Amirul mukminin". Mendengar jawaban itu, khalifah Abdul Malik bin Marwan lalu berkata, “baik kalau begitu kamu saya maafkan. Tetapi jawablah dengan jujur apa yang telah kau lakukan dan apa yang telah kau ucapkan sebelum kesini”.

Kemudian sang pemuda menjawab, “wahai khalifah, sebelum sampai ke istana ini, dalam hati saya berjanji apabila Allah melepaskan aku dari kejadian ini, maka aku akan mengadakan perayaan yang besar dan di dalam perayaan itu, aku akan membaca sirah Rasulullah SAW”. Lalu khalifah berkata “kalau begitu kamu saya maafkan dan saya bebaskan dari tuntutan terbunuhnya anakku dan untuk merayakan maulid nabi SAW seperti yang kamu nadzarkan, kamu saya beri uang 1000 dinar ".

Abu Lahab Orang Pertama Yang Merayakan Maulid Nabi SAW

Salah satu orang yang pertama kali Bahagia atas kelahiran nabi SAW adalah tidak lain dari Abu Lahab, pamannya nabi SAW. Yang nantinya Abu Lahab menjadi salah satu musuh utama Islam. Setelah Abu Lahab meninggal, ada seorang yang pernah bermimpi bertemu dengan Abu Lahab. Lantas orang tersebut menanyakan kabar dan keadaannya. Abu Lahab lalu menjawab bahwa ia, “Di dalam neraka”. Abu Lahab meneruskan, “akan tetapi siksaanku diringankan setiap malam senin. Di saat itu, aku bisa menyesap air yang keluar dari sela-sela ujung jariku. Hal ini disebabkan aku dulu memerdekakan budakku yang bernama Tsaubiyah, ketika dia memberiku berita bahagia kelahiran Nabi Muhammad, dan ia menyusuinya”.

Ibn Jazari berkomentar dalam kitabnya ‘Urfu Ta’rîf bil maulid al-syarîf, “Kalau Abu Lahab yang kafir, dan al-Qur’an turun mencelanya saja diringankan siksanya di neraka karena bahagia ketika malam kelahiran nabi SAW, maka bagaimana keadaan umat muslim yang senantiasa bertauhid, berbahagia akan kelahiran nabi, dan melaksanakan apa yang ia mampu untuk menunjukkan kecintaannya kepada nabi SAW. Maka demi usiaku, balasannya dari Allah adalah atas karuniaNya, dimasukkan kedalam surga”.