Pojok Pantura | PojokPantura.Com, Pemalang - Bulan Agustus, yang berarti masih dalam nuansa Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke 75 tahun ini, ternyata ada satu informasi kesejarahan terkuak di kabupaten Pemalang. Salah seorang pegiat sejarah dan media social Pemalang, Agus Setiyanto menemukan makam Kedua Orang Tua WR. Soepratman.
Lewat chanel Youtube didik politik ini, Agus Setiyanto mewawancarai Tarmini seorang petugas kebersihan pemakaman. Ia juga dipercaya untuk mengurusi makam orang tua WR. Soepratman yang diketahui berada di komplek pemakaman Ancak Suci kelurahan Mulyoharjo. Lebih tepatnya pemakaman di jalan Pemuda, depan kantor Disdukcapil kabupaten Pemalang.
Dalam video yang diunggah pada tanggal 25 Agustus 2020 kemarin, Agus mengungkapkan puji syukur telah mengetahui dan membagikan informasi keberadaan makam kedua orang tua WR. Soepratman.
“Informasi ini (makam kedua orang tua WR. Soepratman berada disini) kami cari-cari lewat internet dan tanya-tanya orang. Alhamdulillah ketemu makam ini”. Kata Agus.
Kita kenal bahwa Wage Rudolf Soepratman adalah pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya dan sekaligus ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tahun 1971.
Saat dikonfirmasi oleh Agus mengenai asal usul kedua orang tua WR. Soepratman, Tarmini menjelaskan kedua orang tua WR. Soepratman asli Purbalingga yang kemudian pindah ke Pemalang. Mereka dan anak-anaknya termasuk WR. Soepratman juga pernah tinggal di Pemalang.
“Dulu aslinya kedua orang tua WR. Soepratman itu Purbalingga. Setelah itu mereka kepengin pindah ke Pemalang. Dulu rumahnya di jalan jenderal Sudirman, yang sekarang tepatnya di sebrang kantor Pegadaian Pemalang”, Jelas Tamini.
“WR. Soepratman dulu juga pernah di Pemalang beberapa tahun. Lalu pindah ke Surabaya dan mendapatkan istri orang sana.” tambah Tarmini.
Tarmini juga mengungkapkan awal mula dia membersihkan makam orang tua WR. Soepratman yakni diperintah oleh adiknya WR. Soepratman.
“Adiknya pak WR. Soepratman nyuruh saya untuk dibikinkan kijing supaya tidak hilang makam kedua orang tuanya. Dia kesini terakhir 6 tahun lalu” ungkapnya.
Terlihat makam kedua orang tua WR. Soepratman ini berdampingan, yang disatukan dalam satu kijing dan nisan. Tertulis di atas nisan, Orang Tua WR. Soepratman Pencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Pahlawan Nasional. SENEN SASTRO SOEHARDJO Wafat 1951 dan SITI SENEN Wafat 1912.
Perlu diketahui, WR. Soepratman lahir di Purworejo, 19 Maret 1903 dan wafat tanggal 1938 di Surabaya. Beliau anak ketujuh dari Sembilan bersaudara. Bapaknya seorang KNIL (Angkatan darat Belanda yang beranggotakan penduduk jajahan) berpangkat terakhir Sersan. Waktu itu, akibat kebencian terhadap penjajahan Belanda, WR. Soepratman menulis buku berjudul Perawan Desa yang kemudian disita dan dilarang beredar.
Kecintaan dan kepintaran seni musik WR. Soepratman berawal dari sering lihat permainan musik salah satu kakak ipar beliau yang bernama Willem van Eldik. Kakak iparnya itu pandai bermusik khususnya biola. Akhirnya beliau belajar bermusik dan menggubah lagu dari kakak iparnya. Kakak iparnya juga yang membiayai sekolah WR. Soepratman waktu di Makassar.
Lagu Indonesia Raya karangan WR. Soepratman ini diciptakan pada tahun 1924. Dan pertama kali diperdengarkan ke khalayak umum pada saat Kongres Pemuda ke-II pada tahun 1928 di Jakarta. Kala itu semua hadirin terpukai dengan lagu itu dan dengan cepat lagu Indonesia Raya terkenal di kalangan pergerakan nasional.
Sayangnya, akibat beliau sering menyiarkan lagu Indonesia Raya dan lagu-lagu yang bernuansa perjuangan lainnya di depan umum, yang terakhir pada 7 Agustus 1938 di Surabaya, lalu beliau ditahan dipenjara Kalisosok Surabaya. Dan pada akhirnya, beliau pun meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit yang dideritanya. Praktis, Beliau belum sempat mendengarkan lagu ciptaannya berkumandang di seluruh pelosok Indonesia saat masa kemerdekaan.
Baca Juga: Lagi, Bupati Pemalang Raih Gelar Doktor Dua Kali Dengan IPK 3,79
“Ini informasi yang penting buat kita semua. Siapa tahu setelah video ini muncul, kemudian banyak pihak yang ngerti bahwa disini ada makam orang tua kandung WR. Soepratman, mungkin bisa ziarah atau wisata edukasi sejarah buat anak-anak”, kata Agus.
“Terimakasih buat pak Tarmani yang telah merawat makam ini dengan baik”, pungkasnya.