Pojok PanturaPojok Pantura

Aroma Wangi Semerbak Tubuh Rasulullah SAW

 Aroma Wangi Semerbak Tubuh Rasulullah SAW | Bau wangi keringat Rasulullah juga salah satu dari keutamaan atau mukjizat dari Allah SWT | Pojok Pantura

Pojok Pantura | PojokPantura.Com - Setiap manusia pasti berkeringat. Karena manusia mempunyai system pembakaran metabolisme dalam tubuh yang menyebabkan keluarnya keringat dari tubuh. Umumnya orang yang berkeringat setelah beraktifitas pasti memiliki aroma yang tidak sedap. Orang-orang disekelilingnya pun kemungkinan besar akan menghindar jika mereka merasakan bau yang tidak sedap sebab bau keringat.

Diakui oleh para sahabatnya, Rasulullah seringkali menggunakan wangi-wangian ketika hendak keluar rumah. Selain itu, Rasulullah pun menggunakan celak untuk alis matanya. Kedua hal tersebut wujud Rasulullah mencintai kebersihan dan keindahan. Jadi sunnah memakai wangi-wangian tidak hanya ketika di hari Jum’at atau momen ketika hari raya saja. Tapi beliau lakukan setiap hari.

Sebenarnya tanpa wangi-wangian pun Rasulullah masib tetap wangi. Karena Rasulullah adalah orang yang selalu menjaga kebersihan badan dan lingkungannya. Bau wangi keringat Rasulullah juga salah satu dari keutamaan atau mukjizat dari Allah SWT.

Imam Ath-Thabarani dan Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dari Wail RA bahwa ia mengatakan, "Aku berjabat tangan dengan Rasulullah SAW atau kulitku bersentuhan dengan kulit beliau, aku pun kemudian dapat mengenalinya di tanganku, dan aromanya benar-benar lebih wangi dari kasturi".

Diriwayatkan oleh Abu Nuaim dan Imam Al-Baihaqi bahwa “telapak tangan Rasulullah SAW lebih halus dari sutera, seakan-akan telapak tangan beliau adalah telapak tangan tukang minyak wangi. Baik mengenakan minyak wangi maupun tidak mengenakan minyak wangi. Di mana orang berjabat tangan dengan beliau hingga sehari penuh ia masih dapat mencium aroma wanginya. Beliau meletakkan tangan beliau di kepala anak kecil dan anak kecil ini pun dapat dikenali di antara anak-anak lainnya lantaran aroma wangi tangan beliau".

Ketika Rasulullah SAW melewati jalan di Madinah, maka mereka mencium aroma minyak wangi, dan mereka berkata; Rasulullah SAW melalui jalan ini." Diriwayatkan oleh Abu Ya'la dan Al-Bazzar dengan Isnad shahih.

Pada diri Rasulullah SAW terdapat tanda bahwa tidaklah beliau melewati sebuah jalan, lalu ada seseorang yang mengikuti beliau melainkan ia dapat mengenali bahwa Rasulullah SAW melewatinya. Karena aroma wangi keringat dan minyak wangi beliau. Dan tidaklah beliau melewati batu melainkan batu itu sujud kepada beliau." Diriwayatkan oleh Ad-Darimi, Al-Baihaqi, dan Abu Nuaim.

Dalam Al-Musnad dari Wail bin Hujr, "Bahwa Nabi SAW diberi seember air lantas meminum sebagiannya. Kemudian beliau mengeluarkan lagi dari mulut beliau ke ember, kemudian ke dalam sumur, lantas keluarlah darinya aroma semerbak seperti kasturi".

Ternyata, tak cuma keringat dan badannya Rasulullah SAW yang harum, ludah dan dahaknya pun menurut berbagai sumber riwayat, berbau harum pula. Hingga apapun yang disentuh Rasulullah SAW pasti beraroma harum semerbak seperti bau harumnya tubuh beliau.

Banyak yang meyakini, tak akan pernah lagi ditemui orang yang keringatnya harum semerbak seperti Rasulullah. Minyak wangi dimanapun pasti juga akan kalah aroma wanginya disbanding wanginya Rasulullah. Pun dengan durasi aroma wangi Rasulullah yang bisa tahan berhari-hari. Sedangkan minyak wangi yang beredar sekarang paling-paling hanya bisa bertahan 1-2 hari saja.

Demikianlah keistimewaan yang ada pada diri Rasulullah yang diberikan Allah SWT yang dapat menjadi salah satu bukti kebenaran hujjah beliau, melalui keharum Rasulullah pun diakui oleh musuh-musuh beliau.

Untuk menutup tulisan ini, ada shalawat khusus yang dibaca ketika kita mencium wewangian. Dinukil dari kitab an-Nujum az-Zahirah karya Alfaqih al-Habib Zen bin Sumaith dari Mufti madzhab Syafi'i di kota Makkah al-Habib Hasan bin Muhammad Vad'aq.

اللَّهمَّ صَلِّ وسلِّم عَلىٰ سيِّدِناَ محمَّدٍ الطَيِّبِ المُطَيَّب الحبِيْبِ
المُصْطَفى المُقَرَّبِ وعلى الهِ وصحبِهِ صَلاةً تُنِيْلناَ بِهاَ كُلَّ مَقْصَدٍ ومَطْلَب

Artikel ini ditulis oleh:

Muhammad Alfiyan Dzulfikar
Alumni Ponpes Lirboyo Al-Mahrusiyah dan Mahasiswa Pascasarjana UNUSIA Jakarta.