PENINGKATAN MOTORIK KASAR ANAK DENGAN BERGELANTUNGAN DI TK JANNETA DESA GEBANGANOM KECAMATAN ROWOSARI
Oleh: KAMILATUL HIKAYAH,S.Pd (PS85950680910)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
TK Janneta Gebanganom
Kecamatan Rowosari adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian tindakan
kelas, tentang peningkatan motorik kasar anak dengan bergelantungan dengan
media alat permainan bola dunia. Dikarenakan peningkatan motorik kasar anak
masih rendah hanya sekitar 35 % dari 20 anak yang terdiri 12 anak laki – laki
dan 8 anak perempuan, Khususnya kelompok B1.
Hal ini diketahui pada tingkat motorik anak saat ini masih banyak anak yang
malas untuk melakukan kegiatan – kegiatan dalam upaya peningkatan kemampuan
motoriknya. Untuk itu peneliti memaksimalkan alat permainan bola dunia untuk
kegiatan bergelantungan. Ternyata masih banyak anak yang belum berani dan belum
menguasai keseimbanggannya, bahkan ada yang belum bisa karena belum tau cara bergelantungan
pada media bola dunia.
Mengapa
peneliti memilih metode bergelantungan untuk peningkatan motorik kasar? karena
dengan metode bergelantungan aktifitas motorik kasar sangatlah kompleks antara
lain : berjalan, memanjat, meluncur, mengayun dan melompat. Motorik kasar
adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot – otot besar atau sebagian besar
atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi kematangan anak itu sendiri
contohnya kemampuan duduk, berjalan, berlari, meloncat, mengayun, melempar,
menendang, menangkap, bergelantung dan sebagainya.
Gerakan
motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan sebagian besar bagian tubuh
anak, gerakan motorik kasar melibatkan aktifitas otot – otot besar seperti otot
tangan, otot kaki dan seluruh tubuh anak. Sujiono (2007:13) untuk mengembangkan
motorik kasar yaitu dengan cara memberi anak waktu yang cukup untuk merasakan
berbagai sensasi yang diperoleh dari aktifitas bermainnya. Dengan memanjat,
melompat, melempar, menangkap, menendang, naik turun tangga dan sejenisnya.
Anak akan memasuki proses mengalami dan merasakan serta melatih keterampilan
motorik kasarnya, Saeful Zaman (2009:22)
Keterampilan
koordinasi motorik atau otot kasar meliputi kegiatan seluruh tubuh atau
sebagian tubuh. Disamping itu keterampilan koordinasi motorik kasar juga
mencakup ketahanan, kecepatan, kelenturan, ketangkasaan, keseimbangan dan
kekuatan, Jamaris (2006:13)
Peningkatan
motorik kasar melalui metode bergelantungan dengan media bola dunia, agar dapat
terlaksana dengan baik maka anak dituntut memiliki perhatian atau ketertarikan
dan daya tahan tubuh yang baik pula seperti disiplin, kerja sama, kecepatan
bereaksi, jujur, berkonsentrasi sesuai dengan kemampuan anak. Melihat masalah
tersebut di atas peneliti mengambil judul Peningkatan Motorik Kasar Anak Dengan
Bergelantungan di TK Janneta Gebanganom Kecamatan Rowosari.
2.
Perumusan Masalah
Dari
latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.
Bagaimana
cara bermain bergelantungan?
2.
Apakah
dengan bermain bergelantungan dapat meningkatkan motorik kasar pada anak?
3.
Mengapa
bermain bergelantungan perlu diajarkan di TK Janneta Gebanganom?
3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.
Mengetahui
peningkatan motorik kasar pada anak dengan bermain bergelantungan.
2.
Mengetahui
pengembangan peningkatan motorik kasar melalui bermain bergelantungan pada
anak.
3.
Untuk
melatih gerakan motorik kasar, meningkatkankemampuan mengelola, mengontrol
gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan ketrampilan tubuh.
4.
Manfaat Penelitian
Manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
Bagi Anak.
1.
Dengan
diberikan motifasi dan kesempatan bermain maka anak akan berani bermain
bergelantungan di alat permainan bola dunia.
2.
Dengan
koordinasi gerakan tubuh dan menjaga keseimbangan saat bergelantungan dapat
meningkatkan motorik kasar pada anak.
3.
Dengan
meningkatkan motorik kasar pada anak, maka anak akan lebih aktif dan menyenangi
kegiatan fisik.
Bagi
Guru.
1.
Memperoleh
pengetahuan bagaimana cara meningkatkan keberanian pada anak yang belum berani
bermain bergelantungan pada alat permainan bola dunia.
2.
Memperoleh
pengalaman baru pada perkembangan motorik kasar pada anak di TK Janneta
Gebanganom Kecamatan Rowosari.
3.
Memperoleh
pengetahuan sebagai bahan sumbangan pemikiran untuk peningkatan dibidang
motorik kasar, khususnya dalam bermain bergelantungan.
Bagi
Sekolah.
1.
Dengan
penelitian tersebut, bagi sekolah memperoleh masukan untuk upaya mengembangkan
kualitas model pembelajaran pada bidang motorik kasar khususnya bermain
bergelantungan.
2.
Dengan
pelaksanaan model dan metode pembelajaran yang berkualitas, maka sekolah akan
diminati oleh masyarakat, karena telah memberikan layanan pendidikan yang baik.
BAB IV
PENELITIAN, HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Setting Penelitian
1.
Sejarah Berdirinya TK Janneta Gebanganom
Pendidikan
anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan, perkembangan fisik (koordinasi
motorik halus dan kasar) dan kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan
emosi, kecerdasan spiritual). Selama ini kegiatan posyandu di Desa Gebanganom dalam
pemberian layanan kepada balita baru memfokuskan pada upaya perbaikan gizi dan
layanan kesehatan dasar untuk kelangsungan hidup. Pada hal pilar utama dalam
pelaksanaan PAUD yang perlu dilakukan secara terpadu dan komprehensif adalah
gizi, kesehatan dan pendidikan. Dan banyaknya anak – anak usia balita di Desa
Gebannganom sebenarnya masih membutuhkan asuhan pendidikan yang merupakan hak
yang seharusnya mereka dapatkan.
Untuk
itulah sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab bersama masyarakat Desa
Gebanganom, khususnya pengurus NU Ranting Gebanganom serta adanya kesadaran di
dalam memahami betapa pentingnya pendidikan anak usia dini sehingga terbentuknya
suatu wadah pendidikan anak usia dini yang di motori oleh pengurus NU Desa
Gebanganom yaitu TK Janneta yang terintegrasi dengan Posyandu. Inilah TK Janneta berdiri dan awalnya kegiatan layanan
pendidikan usia dini berada disalah satu rumah warga. Seiring dengan
berjalannya waktu akhirnya dibangunlah pusat gedung PAUD Janneta Gebanganom
PAUD
Janneta memberikan layanan pendidikan,
demi
ketertiban dalam pemberian layanan maka di pilah – pilah sesuai dengan kelompok
usia untuk memudahkan pemberian layanan. Adalah sebagai berikut :
2
– 3 tahun PAUD (5 hari dalam seminggu)
3
– 4 tahun Kelompok bermain (5 hari dalam seminggu)
4
– 5 tahun Taman kanak – kanak kelompok
A
5
- 6 tahun Taman kanak –
kanak kelompok B
2.
Struktur Organisasi Ketua Penyelenggara Siti
Musfujiatu,S.Pd Kepala Rixa Umami, S.Pd Pendidik A1 1.
Siti Muntanah 2.
Siti Aminah Pendidik A2 1.
Kodriyah 2.
Fadhilah Pendidik B2 1.
Ririn Maskanah 2.
Musthofiyah Pendidik B1 Penanggung Jawab Muslimat NU
Sumber
data TK Janneta
B.
Hasil Penelitian
1.
Prasiklus
Tahapan
ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai bagaimana mengembangkan
motorik kasar dengan bergelantungan di PAUD Janneta Gebanganom
Berdasarkan
hasil tersebut, diidentifikasi adanya masalah yang muncul yaitu motorik kasar
anak masih kurang, ini di buktikan dengan hasil penelitian awal dari 20 anak
dengan bergelantungan sesuai petunjuk dan pelaksanaan guru, anak yang berani
memanjat bola dunia hanya 8 anak yang mendapatkan kategori baik, 5 anak
mendapat kategori cukup dan 7 anak mendapat kategori kurang, yang seimbang saat
bergelantungan dari 20 anak, 7 anak mendapatkan kategori baik, 7 anak
mendapatkan kategori cukup, 6 anak mendapatkan kategori kurang. Yang mampu
bermain bergelantungan dari 20 anak, 7 anak mendapat kategori baik, 5 anak
mendapat kategori cukup dan 8 anak mendapat kategori kurang, sedang yang mampu
bermain bergelantungan tanpa bantuan dari 20 anak, 6 anak mendapat kategori
baik, 7 anak mendapat kategori cukup, 7 anak mendapat kategori kurang. Hal ini
disebabkan dalam pembelajaran anak jarang dilakukan dengan menggunakan media,
jarang diberi stimulasi dengan bergelantungan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel dan grafis di bawah ini.
Tabel 4.3
Hasil
Pembelajaran Pra Siklus
No |
Indikator |
Pra
Siklus |
||
Baik (%) |
Cukup (%) |
Kurang (%) |
||
1 |
Keberanian
anak memanjat bola dunia |
8 40 |
5 30 |
7 35 |
2 |
Keseimbangan
anak saat bergelantungan |
7 35 |
7 35 |
6 25 |
3 |
Kemampuan anak
didalam bermain bergelantungan |
7 30 |
5 20 |
8 40 |
4 |
Kemampuan anak
bermain bergelantungan tanpa bantuan |
6 35 |
7 35 |
7 35 |
5 |
Rata – rata
pra siklus |
35,0 |
30,0 |
35,0 |
Sumber Data TK Janneta Gebanganom
Gambar 4.2
Grafik
Kegiatan Pembelajaran Pra Siklus
Sumber Data TK Janneta Gebanganom
Gambar 4.3
Grafik
Pra Siklus
Sumber Daata TK JANNETA Gebanganom
2.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
Pada
siklus I peneliti memberikan kegiatan bermain bergelantungan dengan media alat
permainan bola dunia. Peneliti menjelaskan cara bergelantungan di alat
permainan bola dunia. Peneliti juga mendemonstrasikan kepada anak – anak serta
menyarankan agar bergantian dalam bermain mengingat alat peraga yang dimiliki cuma
1 buah. Selanjutnya peneliti menyusun langkah – langkah kegiatan yang akan dilakukan
selama proses pembelajaran pada Siklus I yang meliputi tahap perencanaan,
tindakan, pengamatan atau observasi dan repleksi yang di uraikan sebagai
berikut :
1.
Perencanaan
Siklus
I pertemuan 1 dilakukan pada hari Rabu
tanggal 28 April 2021.
Pada siklus I pertemuan 1 dimulai dengan tahapan perencanaan yang diawali
dengan pengenalan permainan bergelantungan dengan media bola dunia, yang
dilakukan oleh guru sebagai kolaborator, ada beberapa hal yang direncanakan
pada siklus I pertemuan 1, yaitu peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
harian (RPPH)
dengan indikator sesuai dengan lembar observasi baik anak maupun guru. Agar
lebih fokus, guru mendemonstrasikan cara bermain bergelantungan di alat
permainan bola dunia. Dengan mengajak anak keluar kelas sambil menyanyi dan
menari untuk mengelilingi bola dunia dan bermain bergelantungan.
Siklus
1 pertemuan 2 dilakukan pada hari Kamis
tanggal 29 April 2021.
Pada siklus I pertemuan 2 dimulai dengan tahapan perencanaan yang diawali
dengan mendemonstrasikan bermain bergelantungan dengan masuk ke dalam serta
memanjat tangga dan menggelantungkan badannya kebawah dengan kedua tangan keatas kemudian melompat turun. Adapun
beberapa hal yang direncanakan pada siklus 1 pertemuan 2 adalah (1) peneliti
membuat rencana pelaksannan
pembelajaran harian (RPPH) dengan indikator sesuai dengan lembar
observasi anak maupun guru. (2) menyiapkan media pembelajaran dengan mengajak
anak keluar kelasdan memberikan materi pembelajaran. (3) peneliti menyiapkan
lembar penelitian dan lembar observasi guru.
Siklus
1 pertemuan 3 dilakukan pada hari Jum’at
tanggal 30 April 2021.
Pada siklus I pertemuan 3 dimulai dengan tahapan perencanaan yang diawali
dengan permainan bergelantungan di alat permainan bola dunia yang dilakukan
oleh guru sebagai kolaborator. Beberapa hal yang direncanakan pada siklus 1
pertemuan 3 antara lain peneliti membuat rencana pelaksaan pembelajaran harian (RPPH) dengan indikator
sesuai engan lembar observasi anak yaitu cara bermain bergelantungan di alat
permainan bola dunia. Guru menyampaikan materi dan mendemonstrasikan.
2. Pelaksanaan
Sesuai
dengan perencanaan tindakan, maka pelaksanaan yang dilakukan pada siklus I
pertemuan 1 pada hari Rabu
tanggal 28 April 2021
adalah sebagai berikut :
Apersepsi
yaitu menyiapkan anak mendekat dan berkumpul di alat permainan bola dunia dan
memberikan materi pembelajaran dan
mendemostrasikan serta menyarankan agar bermain bergelantungan dengan cara
berbaris.
Kegiatan
inti peneliti melaksanakan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran
yang tertulis dalam RPPH.
Kegiatan ini adalah guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kegiatan
harian yang disusun bersama antara peneliti dan kolaborator. Guru mengajak anak
keluar kelas dan berbaris mengelilingi bola dunia kemudian guru memberikan
materi dan mendemonstrasikan.
Kegiatan
penutup, guru dan anak melaksanakan evaluasi dalam rangka untuk peningkatan
motorik kasar anak dengan bermain bergelantungan di alat permainan bola dunia.
Guru dan anak menarik kesimpulan dari kegiatan belajar, guru memberikan
perbaikan dan bimbingan pada anak yang belum berani atau masih takut bermain
bergelantungan, guru memberikan kesempatan anak untuk bermain bergelantungan
dan membantu serta memotovasi anak agar mau mencoba bermain bergelantungan.
3.
Observasi
Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan oleh obsever adalah :
a. Respon anak
Observasi
dilakukan untuk mengetahui peningkatan motorik kasar anak selama mengikuti
kegiatan bermain bergelantungan pada alat permainan bola dunia. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
(1)
Pada pertemuan pertama anak – anak masih
merasa takut dan tidak berani memanjat dan menggelantung pada alat permainan
bola dunia sehingga proses perkembangan motorik kasar anak sangat rendah.
(2)
Pada pertemuan kedua anak – anak sedikit
memahami proses pembelajaran kegiatan bermain bergelantungan pada alat
permainan bola dunia karena anak sudah mulai tertarik dalam kegiatan tersebut.
(3)
Pada pertemuan ketiga anak – anak mulai
antusias dalam mengikuti pembelajaran kegiatan bermain bergelantungan karena
anak sudah mulai mengerti dan senang dengan kegiatan memanjat dengan alat
peraga bola dunia yang berwarna menarik.
Berdasarkan
hasil pengamatan kondisi awal pada tiap indikator diketahui bahwa keberanian
anak memanjat bola dunia dari 20 anak terdapat 6 anak mendapat kategori baik, 6
anak mendapat kategori cukup dan 8 anak mendapat kategori kurang. Yang seimbang
saat bergelantungan dari 20 anak terdapat 4 anak mendapat kategori baik, 5 anak
mendapat kategori cukup dan 11 anak mendapat kategori kurang. Yang mampu
bermain bergelantungan dari 20 anak terdapat 4 anak mendapat kategori baik, 5
anak mendapat kategori cukup dan 11 anak mendapat kategori kurang. Sedangkan
yang mampu bermain bergelantungan tanpa bantuan dari 20 anak terdapat 4 anak
mendapat kategori baik, 5 anak mendapat kategori cukup dan 11 anak mendapat
kategori kurang
Tabel 4.4
Hasil
Pembelajaran Siklus I
No |
Indikator |
Pertemuan |
Siklus
I |
||
Baik (%) |
Cukup (%) |
Kurang (%) |
|||
1. |
Keberanian anak memanjat bola dunia |
I |
30 |
30 |
40 |
II |
40 |
35 |
25 |
||
|
|
III |
50 |
30 |
20 |
Rata
– rata Indikator 1 |
40% |
31,6% |
28,33% |
||
2. |
Keseimbangan anak saat bergelantungan |
I |
20 |
25 |
55 |
II |
40 |
30 |
30 |
||
|
|
III |
40 |
40 |
20 |
Rata
– rata Indikator 2 |
33,3% |
31,6% |
35% |
||
3. |
Kemampuan anak didalam bermain
bergelantungan |
I |
20 |
25 |
55 |
II |
40 |
35 |
25 |
||
|
|
III |
40 |
35 |
25 |
Rata
– rata Indikator 3 |
33,3% |
31,6% |
35% |
||
4. |
Kemampuan anak bermain bergelantungan
tanpa bantuan |
I |
20 |
25 |
55 |
II |
40 |
30 |
30 |
||
|
|
III |
40 |
35 |
25 |
Rata
– rata Indikator 4 |
53,3% |
30% |
36,6% |
||
Rata
– rata Siklus I |
34,6% |
31,2% |
33,1% |
Sumber Data TK Janneta Gebanganom
Keterangan :
B = Baik (Skor 3)
C = Cukup (Skor 2)
K = Kurang (Skor 1)
b.
Kinerja
Guru
Setelah
diadakan observasi pada silkus I diperoleh hasil bahwa kinerja guru masih
kurang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari :
(1) Pada pertemuan pertama masih banyak aspek yang
dikuasai guru dalam menyampaikan materi. Sehingga anak kurang mengerti cara
bermain bergelantungan dan masih banyak anak yang takut dan tidak berani
bermain bergelantungan.
(2) Pada pertemuan kedua anak sudah mulai tertarik
karena persiapan guru dalam pembukaan
pembelajaran sangat interaktif sehingga mampu memahami cara bermain
bergelantungan sehingga anak berebut ingin bermain lebih dahulu akhirnya dengan
kreatifitas guru dalam menarik perhatian anak maka anak mampu dan sabar bermain
bergelantungan.
(3) Pada
pertemuan ketiga kemampuan guru dalam mengulas atau review kegiatan yang telah
dilaksanakn lebih jelas danrinci serta sikap guru terhadap anak yang interaktif
dan sportif dengan demikian maka anak termotivasi dengan ingin selalu mencoba
untuk bermain bergelantungan.
Dari
hasil kinerja guru ada peningkatan dari pertemuan pertama sebanyak 47,1% guru
dalam memberikan materi kategori kurang,
35,3% kategori cukup 5,9% kategori baik. Pada pertemuan kedua guru dalam
menyampaikan materi pelajaran 47,1% kategori kurang, 11,7% kategori cukup,
23,5% kategori baik. Dalam pertemuan ketiga kemampuan guru dalam mengulas
kegiatan pembelajaran ada peningkatan karena kreativitas guru yang sportif dan
interaktif maka 35,5% kategori kurang, 5,9% kategori cukup, 17,7% kategori kurang.
Tabel 4.5
Hasil Indikator
Kinerja Guru Siklus I
No |
Aspek
yang dinilai |
Skor |
1. |
Guru
melakukan apresiasi |
3 |
2. |
Guru
memberikan motivasi |
2 |
3. |
Guru
menjelaskan tujuan yang akan dicapai |
1 |
4. |
Guru
menyiapkan peralatan yang diperlukan |
3 |
5. |
Guru menjelaskan pembelajaran
yang akan disampaikan dalam mengembangkan motorik kasar anak |
3 |
6. |
Guru mengamati kegiatan anak
ketika anak bermain bergelantungan |
2 |
7. |
Guru melakukan pengembangan
materi pembelajaran |
2 |
8. |
Guru intervensi terhadap
kegiatan anak |
1 |
9. |
Guru mengulas kegiatan sehari |
2 |
10. |
Guru melakukan tanya jawab |
2 |
Jumlah keseluruhan |
21 |
|
Prosentase (20 : 30 x 100%) |
70 % |
c. Hasil Observasi Guru
Berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan observer pada siklus I, kinerja guru dalam
pembelajaran kurang baik, ini dapat dilihat dari aspek yang diamati bahwa guru
masih kurang dalam menyiapkan anak untuk menerima materi pembelajaran
diarenakan kondisi anak yang masih takut dan kurangnya motivasi guru dalam
bermain bergelantungan.
4.
Tahap
Refleksi dan Analisis
Berdasarkan
hasil observasi tersebut, peneliti dan guru melakukan analisis terhadap proses
pembelajaran bermain bergelantungan. Analisis ini dilakukan oleh guru kelas dan
peneliti dengan cara berdiskusi dan mengevaluasi proses pembelajaran telah
dicapai serta melihat kekurangan – kekurangan yang ada.
Adapun hasil analisis
menunjukkan bahwa :
a. Sudah ada peningkatan motorik kasar anak
jika dibandingkan sebelum melakukan tindaan, akan tetapi hasil tersebut belum
maksimal dan memuaskan. Itu berarti bahwa peneliti dan guru perlu memperbaiki
proses pembelajaran.
b. Kemampuan peningkatan motorik kasar anak
dengan bergelantungan belum merata, ada anak yang masih takut dan belum berani
bermain bergelantungan.
c. Untuk guru masih perlu ditingkatkan
karena belum mencapai maksimal dalam proses mengajarnya.
Dari
hasil analisis tersebut peneliti dan guru masih bahwa hasil penelitian ini
masih perlu diperbaiki. Pada siklus II diharapkan guru dapat menjelaskan cara
bermain bergelantungan pada alat permainan bola dunia untuk mengembangkan
motorik kasar anak.
Hasil
observasi penilaian guru menunjukkan pada pertemuan pertama ada peningkatan
dari prasiklus 11,7% menjadi 11,7% dan pada pertemuan kedua meningkat 17,7%
menjadi 17,7% dalam pertemuan ketiga mencapai 41,1%. Rata – rata dari ketiga
pertemuan tersebut yaitu 25%.
Karena
hasil belum mencapai indikator keberhasilan yang di inginkan yaitu 70% maka
perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Gambar 4.4
Grafik
Kegiatan Pembelajaran Siklus I
Sumber Data TK Janneta Gebanganom
3.
Deskripsi Siklus II
Pada
siklus II perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan oleh peneliti sebanyak 3
kali pertemuan yaitu rabu, kamis, jum’at yaitu tanggal 19, 20, 21 Mei 2021 dengan
perencanaan sebagai berikut :
1.
Perencanaan
Tindakan
Ada beberapa hal yang
direncanakan dalam siklus II yaitu :
a. Peneliti menyiapkan terlebih dahulu
media yang ada dihalaman sekolah bola dunia.
b. Peneliti mengkondisikan dimana peneliti,
kolaborator dan guru kelas sebagai pendamping observator.
c. Peneliti membuka pembelajaran dengan
salam, do’a dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
d. Peneliti mengkomunikasikan aturan yang
harus dipatuhi selama kegiatan bermain bergelantungan pada bola dunia.
e. Peneliti memulai kegiatan bermain
bergelantungan, dalam kegiatan ini dibantu oleh guru kelas dan kepala sekolah
untuk mengamati aktifitas anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran terutama
untuk peningkatan motorik kasar anak dengan bergelantungan pada alat permainan bola dunia dengan tuntas
yaitu dri memanjat bola dunia, mengelantung dengan keseimbangan dan kemampuan
tanpa bantuan yang diakhiri dengan
meloncat. Kegiatan ini dicatat untuk pedoman observasi.
2.
Pelaksanaan
Tindakan
Sesuai
dengan perencanaan tindakan, maka pelaksanaan pada siklus II pertemuan 1 pada
hari Rabu tanggal 19 Mei 2021 pada proses pembelajaran mengacu pada skenario
pembelajaran yang telah dibuat sesuai dengan RPPH.
Apersepsi
yaitu anak untuk berkumpul dan mengelilingi alat permainan bola dunia dan
memberikan materi pembelajaran dan menyarankan anak agar tertib dan urut maka anak berbaris dan
antrian dimulai dari arah kanan satu persatu secara bergantian.
Kegiatan
inti yaitu peneliti melaksanakan tindakan yang mengacu pada skenario
pembelajaran yang tertulis dalam RPPH.
Pada kegiatan ini guru melaksanakan pembelajaran bersama peneliti dan teman
sejawat, guru memberi salam kepada anak – anak “HALO” anak – anak serentak
menjawab “HEI” kemudian guru mengucapkan salam “Assalamualaium warah matullahi
bawarokatuh” anak – anak menjawab” Waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh”
guru dan anak – anak menyanyikan lagu Indonesia Raya setelah menyanyikan anak –
anak mulai mengikuti pembelajaran dengan tertib sesuai dengan
aturan yang telah disepakati bersama. Guru mempersilahkan anak bermain
bergelantungan sebelumnya anak berbaris agar antrian bisa tertib.
Kegiatan
penutup, guru bertanya kepada anak – anak “Bagaimana anak – anak senang tidak
bermain bergelantungan?” anak – anak menjawab “Senang bu guru”, takut tidak kalau
memanjat dan mengelantung? Anak menjawab “Tidak bu guru”, kemudian guru
memberikan pujian “Alhamdulilah anak TK
Janneta Gebanganom semua sehat, cerdas dan sholeh
sholekah Amin”.
3.
Observasi
Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan oleh obsever adalah :
a. Respon anak
Observasi
dilakukan untuk mengetahui peningkatan motorik kasar anak selama mengikuti
kegiatan bermain bergelantungan pada alat permainan bola dunia. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
(1)
Pada pertemuan pertama anak sudah lancar
bermain bergelantungan dengan kemampuan dan keseimbangan yang dimulai dari memanjat
tangga bola dunia kemudian menggelantung dan diakhiri dengan meloncat.
(2)
Pada pertemuan kedua anak sangat antusias
dalam mengikutu kegiatan bermain bergelantungan.
(3)
Pada pertemuan ketiga setelah diberi
kesempatan dan motivasi anak lebih lancar dan trampil dalam bergelantungan.
Berdasarkan
hasil pengamatan kondisi awal pada tiap indikator diketahui 7 anak kategori
baik dari 20 anak, 6 anak kategori cukup dan 7 anak kategori kurang. Yang
seimbang saat bergelantungan dari 20 anak terdapat 8 anak mendapat kategori
baik, 7 anak mendapat kategori cukup dan 5 anak mendapat kategori kurang. Yang
mampu bermain bergelantungan dari 20 anak terdapat 9 anak mendapat kategori
baik, 6 anak mendapat kategori cukup dan 5 anak mendapat kategori kurang.
Sedangkan yang mampu bermain bergelantungan tanpa bantuan dari 20 anak terdapat
10 anak mendapat kategori baik, 8 anak mendapat kategori cukup dan 2 anak
mendapat kategori kurang.
Tabel 4.6
Hasil
Pembelajaran Siklus II
No |
Indikator |
Pertemuan |
Siklus
I |
||
Baik (%) |
Cukup (%) |
Kurang (%) |
|||
1. |
Keberanian anak memanjat bola dunia |
I |
60 |
20 |
20 |
II |
80 |
10 |
10 |
||
|
|
III |
85 |
5 |
10 |
Rata
– rata Indikator 1 |
75% |
11,6% |
13,3% |
||
2. |
Keseimbangan anak saat bergelantungan |
I |
50 |
30 |
20 |
II |
70 |
20 |
10 |
||
|
|
III |
80 |
10 |
10 |
Rata
– rata Indikator 2 |
66,6% |
20% |
13,3% |
||
3. |
Kemampuan anak didalam bermain
bergelantungan |
I |
30 |
30 |
20 |
II |
70 |
15 |
15 |
||
|
|
III |
75 |
15 |
10 |
Rata
– rata Indikator 3 |
58,3% |
20% |
15% |
||
4. |
Kemampuan anak bermain bergelantungan
tanpa bantuan |
I |
50 |
30 |
20 |
II |
70 |
15 |
15 |
||
|
|
III |
75 |
15 |
10 |
Rata
– rata Indikator 4 |
65% |
20% |
15% |
||
Rata
– rata Siklus I |
88,3% |
23,8% |
56,6% |
Sumber Data TK Janneta Gebanganom
Keterangan :
B = Baik ( Skor 3 )
C = Cukup ( Skor 2 )
K = Kurang ( Skor 1 )
b.
Kinerja
Guru
Setelah
diadakan observasi pada silkus II diperoleh hasil bahwa kinerja guru mengalami
peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari :
(1) Pada pertemuan pertama guru membawa reward Pada
pertemuan kedua guru sudah tidak kerepotan lagi dalam menjaga dan mengawasi
anak dalam kegiatan bermain bergelantungan.
(2) Pada pertemuan ketiga keseimbangan kemampuan
memanjat dan menggelantung tanpa bantuan sangatlah lancar dan trampil.
Dari
hasil kinerja guru ada peningkatan dari pertemuan pertama yaitu sebanyak 29,51%
guru dalam memberikan materi kurang baik, dan sebanyak 11,7% baik, dan sebanyak
58,8% guru dalam memberikan materi sangat baik. Pada pertemuan kedua yaitu sebanyak 17,7% cukup baik, sebanyak 11,7%
baik dan sebanyak 70,6% guru balam memberikan materi sangat baik. Pada pertemuan
ketiga sebanyak 11,7% guru dalam
memberikan materi dengan baik, dan sebanyak 88,3% guru memberikan materi dengan
sangat baik.
Tabel 4.7
Hasil
Indikator Kinerja Guru Siklus II
No |
Aspek
yang dinilai |
Skor |
1. |
Guru
melakukan apresiasi |
3 |
2. |
Guru
memberikan motivasi |
2 |
3. |
Guru
menjelaskan tujuan yang akan dicapai |
3 |
4. |
Guru
menyiapkan peralatan yang diperlukan |
2 |
5. |
Guru menjelaskan pembelajaran
yang akan disampaikan dalam mengembangkan motorik kasar anak |
3 |
6. |
Guru mengamati kegiatan anak
ketika anak bermain bergelantungan |
2 |
7. |
Guru melakukan pengembangan
materi pembelajaran |
3 |
8. |
Guru intervensi terhadap
kegiatan anak |
3 |
9. |
Guru mengulas kegiatan sehari |
3 |
10. |
Guru melakukan tanya jawab |
2 |
Jumlah keseluruhan |
26 |
|
Prosentase (20 : 30 x 100%) |
86,66
% |
Perbandingan
Peningkatan Kinerja Guru
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Hasil
penelitian peningkatan motorik kasar anak usia dini melalui bergelantungan pada
alat permainan bola dunia di
TK
Janneta Gebanganom kecamatan Rowosari meningkat secara signifikan, terbukti
dari hasil persentase sebelum di beri tindakan dan setelah di beri tindakan
dapat dilihat perkembangan yang signifikan pada setiap anak. Dimana sebelum
pada penelitian sebelum tindakan diperoleh persentase 35% prasiklus. Hasil
peningkatan pada siklus I dalam 3 pertemuan mengalami peningkatan sebesar 15%
dengan 4 indikator dalam skor penilaian anak adalah sebagai berikut (1)
keberanian anak memanjat bola dunia (2) keseimbangan anak saat bergelantungan
(3) kemampuanan anak dalam bermain bergelantungan (4) kemampuan anak bermain
bergelantungan tanpa bantuan.
Hasil
penelitian pada siklus II yang dilaksanakan 3 pertemuan juga mengalami
peningkatan karena dipengaruhi oleh kinerja guru yang aktif dan inovatif dalam
memotifasi dan memberikan kesempatan anak bermain bergelantungan hingga
mencapai 30%.
Berdasarkan
penjabaran di atas dengan adanya kemajuan dari setiap siklus dapat disimpulkan
bahwa kegiatan peningkatan motorik kasar anak usia dini melalui bergelantungan pada
alat permainan bola dunia berhasil mencapai ketuntasan.
B.
Saran – saran
1.
Berdasarkan
pengalaman melaksanakan pembelajaran melalui bergelantungan ini, diharapkan
guru dapat mengembangkan model pembelajaran serupa untuk indikator – indikator
atau pokok bahasan lainnya serta dapat mentransfer pengalamannya dengan guru
lain.
2.
Supaya
siswa mempunyai pengalaman dalam pembelajaran dan lebih meningkat motorik
kasarnya, hendaklah guru – guru kelompok bermain memberikan kesempatan kepada
anak didiknya untuk bermain yang bisa merangsang perkembangan motorik kasarnya,
serta membimbing dan mengarahkan anak.
Karena dengan bimbingan
dan arahan guru, anak akan saling bekerja sama dan tidak saling berebut dan
dapat mengantisipasi yang tidak kita inginkan ( seperti : terjatuh dan tabrakan
karena saling berebut ).