Pojok PanturaPojok Pantura

Meningkatkan Motorik Kasar Anak Dengan Bergelantungan

Mas Popa
 Meningkatkan Motorik Kasar Anak Dengan Bergelantungan |  | Pojok Pantura

 

PENINGKATAN MOTORIK KASAR ANAK DENGAN BERGELANTUNGAN DI TK JANNETA DESA GEBANGANOM KECAMATAN ROWOSARI


Oleh: KAMILATUL HIKAYAH,S.Pd  (PS85950680910)

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

TK Janneta Gebanganom Kecamatan Rowosari adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian tindakan kelas, tentang peningkatan motorik kasar anak dengan bergelantungan dengan media alat permainan bola dunia. Dikarenakan peningkatan motorik kasar anak masih rendah hanya sekitar 35 % dari 20 anak yang terdiri 12 anak laki – laki dan 8 anak perempuan, Khususnya kelompok B1. Hal ini diketahui pada tingkat motorik anak saat ini masih banyak anak yang malas untuk melakukan kegiatan – kegiatan dalam upaya peningkatan kemampuan motoriknya. Untuk itu peneliti memaksimalkan alat permainan bola dunia untuk kegiatan bergelantungan. Ternyata masih banyak anak yang belum berani dan belum menguasai keseimbanggannya, bahkan ada yang belum bisa karena belum tau cara bergelantungan pada media bola dunia.

Mengapa peneliti memilih metode bergelantungan untuk peningkatan motorik kasar? karena dengan metode bergelantungan aktifitas motorik kasar sangatlah kompleks antara lain : berjalan, memanjat, meluncur, mengayun dan melompat. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot – otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi kematangan anak itu sendiri contohnya kemampuan duduk, berjalan, berlari, meloncat, mengayun, melempar, menendang, menangkap, bergelantung dan sebagainya.

Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan sebagian besar bagian tubuh anak, gerakan motorik kasar melibatkan aktifitas otot – otot besar seperti otot tangan, otot kaki dan seluruh tubuh anak. Sujiono (2007:13) untuk mengembangkan motorik kasar yaitu dengan cara memberi anak waktu yang cukup untuk merasakan berbagai sensasi yang diperoleh dari aktifitas bermainnya. Dengan memanjat, melompat, melempar, menangkap, menendang, naik turun tangga dan sejenisnya. Anak akan memasuki proses mengalami dan merasakan serta melatih keterampilan motorik kasarnya,  Saeful Zaman (2009:22)

Keterampilan koordinasi motorik atau otot kasar meliputi kegiatan seluruh tubuh atau sebagian tubuh. Disamping itu keterampilan koordinasi motorik kasar juga mencakup ketahanan, kecepatan, kelenturan, ketangkasaan, keseimbangan dan kekuatan, Jamaris (2006:13)

Peningkatan motorik kasar melalui metode bergelantungan dengan media bola dunia, agar dapat terlaksana dengan baik maka anak dituntut memiliki perhatian atau ketertarikan dan daya tahan tubuh yang baik pula seperti disiplin, kerja sama, kecepatan bereaksi, jujur, berkonsentrasi sesuai dengan kemampuan anak. Melihat masalah tersebut di atas peneliti mengambil judul Peningkatan Motorik Kasar Anak Dengan Bergelantungan di TK Janneta Gebanganom Kecamatan Rowosari.

 

2.      Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1.        Bagaimana cara bermain bergelantungan?

2.        Apakah dengan bermain bergelantungan dapat meningkatkan motorik kasar pada anak?

3.        Mengapa bermain bergelantungan perlu diajarkan di TK Janneta Gebanganom?

 

3.             Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1.        Mengetahui peningkatan motorik kasar pada anak dengan bermain bergelantungan.

2.        Mengetahui pengembangan peningkatan motorik kasar melalui bermain bergelantungan pada anak.

3.        Untuk melatih gerakan motorik kasar, meningkatkankemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan ketrampilan tubuh.

 

4.             Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

Bagi Anak.

1.        Dengan diberikan motifasi dan kesempatan bermain maka anak akan berani bermain bergelantungan di alat permainan bola dunia.

2.        Dengan koordinasi gerakan tubuh dan menjaga keseimbangan saat bergelantungan dapat meningkatkan motorik kasar pada anak.

3.        Dengan meningkatkan motorik kasar pada anak, maka anak akan lebih aktif dan menyenangi kegiatan fisik.

 

Bagi Guru.

1.        Memperoleh pengetahuan bagaimana cara meningkatkan keberanian pada anak yang belum berani bermain bergelantungan pada alat permainan bola dunia.

2.        Memperoleh pengalaman baru pada perkembangan motorik kasar pada anak di TK Janneta Gebanganom Kecamatan Rowosari.

3.        Memperoleh pengetahuan sebagai bahan sumbangan pemikiran untuk peningkatan dibidang motorik kasar, khususnya dalam bermain bergelantungan.

 

Bagi Sekolah.

1.        Dengan penelitian tersebut, bagi sekolah memperoleh masukan untuk upaya mengembangkan kualitas model pembelajaran pada bidang motorik kasar khususnya bermain bergelantungan.

2.        Dengan pelaksanaan model dan metode pembelajaran yang berkualitas, maka sekolah akan diminati oleh masyarakat, karena telah memberikan layanan pendidikan yang baik.

BAB IV

PENELITIAN, HASIL DAN PEMBAHASAN

 

A.           Deskripsi Setting Penelitian

1.        Sejarah Berdirinya TK Janneta Gebanganom

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan, perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar) dan kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual). Selama ini kegiatan posyandu di Desa Gebanganom dalam pemberian layanan kepada balita baru memfokuskan pada upaya perbaikan gizi dan layanan kesehatan dasar untuk kelangsungan hidup. Pada hal pilar utama dalam pelaksanaan PAUD yang perlu dilakukan secara terpadu dan komprehensif adalah gizi, kesehatan dan pendidikan. Dan banyaknya anak – anak usia balita di Desa Gebannganom sebenarnya masih membutuhkan asuhan pendidikan yang merupakan hak yang seharusnya mereka dapatkan.

Untuk itulah sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab bersama masyarakat Desa Gebanganom, khususnya pengurus NU Ranting Gebanganom serta adanya kesadaran di dalam memahami betapa pentingnya pendidikan anak usia dini sehingga terbentuknya suatu wadah pendidikan anak usia dini yang di motori oleh pengurus NU Desa Gebanganom yaitu TK Janneta yang terintegrasi dengan Posyandu. Inilah TK Janneta  berdiri dan awalnya kegiatan layanan pendidikan usia dini berada disalah satu rumah warga. Seiring dengan berjalannya waktu akhirnya dibangunlah pusat gedung PAUD Janneta Gebanganom

PAUD Janneta memberikan layanan pendidikan, demi ketertiban dalam pemberian layanan maka di pilah – pilah sesuai dengan kelompok usia untuk memudahkan pemberian layanan. Adalah sebagai berikut :

2 – 3 tahun              PAUD (5 hari dalam seminggu)

3 – 4 tahun              Kelompok bermain (5  hari dalam seminggu)

4 – 5 tahun              Taman kanak – kanak  kelompok A

5 - 6 tahun               Taman kanak – kanak kelompok B

 

2.        Struktur Organisasi

Ketua Penyelenggara

Siti Musfujiatu,S.Pd

Kepala

Rixa Umami, S.Pd

Pendidik A1

1.      Siti Muntanah

2.      Siti Aminah

Pendidik A2

1.      Kodriyah

2.      Fadhilah

Pendidik B2

1.      Ririn Maskanah

2.      Musthofiyah

Pendidik B1

  1. Kamilatul Hikayah
  2. Tania Agustus Syarah

Penanggung Jawab

Muslimat NU

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Sumber data TK Janneta

 

B.            Hasil Penelitian

1.        Prasiklus

Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai bagaimana mengembangkan motorik kasar dengan bergelantungan di PAUD Janneta Gebanganom

Berdasarkan hasil tersebut, diidentifikasi adanya masalah yang muncul yaitu motorik kasar anak masih kurang, ini di buktikan dengan hasil penelitian awal dari 20 anak dengan bergelantungan sesuai petunjuk dan pelaksanaan guru, anak yang berani memanjat bola dunia hanya 8 anak yang mendapatkan kategori baik, 5 anak mendapat kategori cukup dan 7 anak mendapat kategori kurang, yang seimbang saat bergelantungan dari 20 anak, 7 anak mendapatkan kategori baik, 7 anak mendapatkan kategori cukup, 6 anak mendapatkan kategori kurang. Yang mampu bermain bergelantungan dari 20 anak, 7 anak mendapat kategori baik, 5 anak mendapat kategori cukup dan 8 anak mendapat kategori kurang, sedang yang mampu bermain bergelantungan tanpa bantuan dari 20 anak, 6 anak mendapat kategori baik, 7 anak mendapat kategori cukup, 7 anak mendapat kategori kurang. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran anak jarang dilakukan dengan menggunakan media, jarang diberi stimulasi dengan bergelantungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan grafis di bawah ini.

 

Tabel 4.3

Hasil Pembelajaran Pra Siklus

 

No

Indikator

Pra Siklus

Baik

(%)

Cukup

(%)

Kurang

(%)

1

Keberanian anak memanjat bola dunia

8

40

5

30

7

35

2

Keseimbangan anak saat bergelantungan

7

35

7

35

6

25

3

Kemampuan anak didalam bermain bergelantungan

7

30

5

20

8

40

4

Kemampuan anak bermain bergelantungan tanpa bantuan

6

35

7

35

7

35

5

Rata – rata pra siklus

35,0

30,0

35,0

 

 

Sumber Data TK Janneta Gebanganom

 

 

Gambar 4.2

Grafik Kegiatan Pembelajaran Pra Siklus

 

 

Sumber Data TK Janneta Gebanganom

Gambar 4.3

Grafik Pra Siklus

 

 

 

Sumber Daata TK JANNETA Gebanganom

 

2.        Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Pada siklus I peneliti memberikan kegiatan bermain bergelantungan dengan media alat permainan bola dunia. Peneliti menjelaskan cara bergelantungan di alat permainan bola dunia. Peneliti juga mendemonstrasikan kepada anak – anak serta menyarankan agar bergantian dalam bermain mengingat alat peraga yang dimiliki cuma 1 buah. Selanjutnya peneliti menyusun langkah – langkah kegiatan yang akan dilakukan selama proses pembelajaran pada Siklus I yang meliputi tahap perencanaan, tindakan, pengamatan atau observasi dan repleksi yang di uraikan sebagai berikut :

1.         Perencanaan

Siklus I pertemuan 1 dilakukan pada hari Rabu tanggal 28 April 2021. Pada siklus I pertemuan 1 dimulai dengan tahapan perencanaan yang diawali dengan pengenalan permainan bergelantungan dengan media bola dunia, yang dilakukan oleh guru sebagai kolaborator, ada beberapa hal yang direncanakan pada siklus I pertemuan 1, yaitu peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) dengan indikator sesuai dengan lembar observasi baik anak maupun guru. Agar lebih fokus, guru mendemonstrasikan cara bermain bergelantungan di alat permainan bola dunia. Dengan mengajak anak keluar kelas sambil menyanyi dan menari untuk mengelilingi bola dunia dan bermain bergelantungan.

Siklus 1 pertemuan 2 dilakukan pada hari Kamis tanggal 29 April 2021. Pada siklus I pertemuan 2 dimulai dengan tahapan perencanaan yang diawali dengan mendemonstrasikan bermain bergelantungan dengan masuk ke dalam serta memanjat tangga dan menggelantungkan badannya kebawah dengan kedua  tangan keatas kemudian melompat turun. Adapun beberapa hal yang direncanakan pada siklus 1 pertemuan 2 adalah (1) peneliti membuat rencana pelaksannan pembelajaran harian (RPPH) dengan indikator sesuai dengan lembar observasi anak maupun guru. (2) menyiapkan media pembelajaran dengan mengajak anak keluar kelasdan memberikan materi pembelajaran. (3) peneliti menyiapkan lembar penelitian dan lembar observasi guru.

Siklus 1 pertemuan 3 dilakukan pada hari Jum’at tanggal 30 April 2021. Pada siklus I pertemuan 3 dimulai dengan tahapan perencanaan yang diawali dengan permainan bergelantungan di alat permainan bola dunia yang dilakukan oleh guru sebagai kolaborator. Beberapa hal yang direncanakan pada siklus 1 pertemuan 3 antara lain peneliti membuat rencana pelaksaan pembelajaran harian (RPPH) dengan indikator sesuai engan lembar observasi anak yaitu cara bermain bergelantungan di alat permainan bola dunia. Guru menyampaikan materi dan mendemonstrasikan.

 

2.      Pelaksanaan

Sesuai dengan perencanaan tindakan, maka pelaksanaan yang dilakukan pada siklus I pertemuan 1 pada hari Rabu tanggal 28 April 2021 adalah sebagai berikut :

Apersepsi yaitu menyiapkan anak mendekat dan berkumpul di alat permainan bola dunia dan memberikan materi  pembelajaran dan mendemostrasikan serta menyarankan agar bermain bergelantungan dengan cara berbaris.

Kegiatan inti peneliti melaksanakan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran yang tertulis dalam RPPH. Kegiatan ini adalah guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kegiatan harian yang disusun bersama antara peneliti dan kolaborator. Guru mengajak anak keluar kelas dan berbaris mengelilingi bola dunia kemudian guru memberikan materi dan mendemonstrasikan.

Kegiatan penutup, guru dan anak melaksanakan evaluasi dalam rangka untuk peningkatan motorik kasar anak dengan bermain bergelantungan di alat permainan bola dunia. Guru dan anak menarik kesimpulan dari kegiatan belajar, guru memberikan perbaikan dan bimbingan pada anak yang belum berani atau masih takut bermain bergelantungan, guru memberikan kesempatan anak untuk bermain bergelantungan dan membantu serta memotovasi anak agar mau mencoba bermain bergelantungan.

3.         Observasi

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh obsever adalah :

a.       Respon anak

Observasi dilakukan untuk mengetahui peningkatan motorik kasar anak selama mengikuti kegiatan bermain bergelantungan pada alat permainan bola dunia. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

(1)    Pada pertemuan pertama anak – anak masih merasa takut dan tidak berani memanjat dan menggelantung pada alat permainan bola dunia sehingga proses perkembangan motorik kasar anak sangat rendah.

(2)    Pada pertemuan kedua anak – anak sedikit memahami proses pembelajaran kegiatan bermain bergelantungan pada alat permainan bola dunia karena anak sudah mulai tertarik dalam kegiatan tersebut.

(3)    Pada pertemuan ketiga anak – anak mulai antusias dalam mengikuti pembelajaran kegiatan bermain bergelantungan karena anak sudah mulai mengerti dan senang dengan kegiatan memanjat dengan alat peraga bola dunia yang berwarna menarik.

Berdasarkan hasil pengamatan kondisi awal pada tiap indikator diketahui bahwa keberanian anak memanjat bola dunia dari 20 anak terdapat 6 anak mendapat kategori baik, 6 anak mendapat kategori cukup dan 8 anak mendapat kategori kurang. Yang seimbang saat bergelantungan dari 20 anak terdapat 4 anak mendapat kategori baik, 5 anak mendapat kategori cukup dan 11 anak mendapat kategori kurang. Yang mampu bermain bergelantungan dari 20 anak terdapat 4 anak mendapat kategori baik, 5 anak mendapat kategori cukup dan 11 anak mendapat kategori kurang. Sedangkan yang mampu bermain bergelantungan tanpa bantuan dari 20 anak terdapat 4 anak mendapat kategori baik, 5 anak mendapat kategori cukup dan 11 anak mendapat kategori kurang

 

 

Tabel 4.4

Hasil Pembelajaran Siklus I

 

No

Indikator

Pertemuan

Siklus I

Baik

(%)

Cukup

(%)

Kurang

(%)

1.

Keberanian anak memanjat bola dunia

I

30

30

40

II

40

35

25

 

 

III

50

30

20

Rata – rata Indikator 1

40%

31,6%

28,33%

2.

Keseimbangan anak saat bergelantungan

I

20

25

55

II

40

30

30

 

 

III

40

40

20

Rata – rata Indikator 2

33,3%

31,6%

35%

3.

Kemampuan anak didalam bermain bergelantungan

I

20

25

55

II

40

35

25

 

 

III

40

35

25

Rata – rata Indikator 3

33,3%

31,6%

35%

4.

Kemampuan anak bermain bergelantungan tanpa bantuan

I

20

25

55

II

40

30

30

 

 

III

40

35

25

Rata – rata Indikator 4

53,3%

30%

36,6%

Rata – rata Siklus I

34,6%

31,2%

33,1%

Sumber Data TK Janneta Gebanganom

 

Keterangan           :

B         = Baik (Skor 3)

C         = Cukup (Skor 2)

K         = Kurang (Skor 1)

b.      Kinerja Guru

Setelah diadakan observasi pada silkus I diperoleh hasil bahwa kinerja guru masih kurang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari :

(1)      Pada pertemuan pertama masih banyak aspek yang dikuasai guru dalam menyampaikan materi. Sehingga anak kurang mengerti cara bermain bergelantungan dan masih banyak anak yang takut dan tidak berani bermain bergelantungan.

(2)      Pada pertemuan kedua anak sudah mulai tertarik karena persiapan guru dalam  pembukaan pembelajaran sangat interaktif sehingga mampu memahami cara bermain bergelantungan sehingga anak berebut ingin bermain lebih dahulu akhirnya dengan kreatifitas guru dalam menarik perhatian anak maka anak mampu dan sabar bermain bergelantungan.

(3)      Pada pertemuan ketiga kemampuan guru dalam mengulas atau review kegiatan yang telah dilaksanakn lebih jelas danrinci serta sikap guru terhadap anak yang interaktif dan sportif dengan demikian maka anak termotivasi dengan ingin selalu mencoba untuk bermain bergelantungan.

Dari hasil kinerja guru ada peningkatan dari pertemuan pertama sebanyak 47,1% guru dalam memberikan materi kategori kurang,  35,3% kategori cukup 5,9% kategori baik. Pada pertemuan kedua guru dalam menyampaikan materi pelajaran 47,1% kategori kurang, 11,7% kategori cukup, 23,5% kategori baik. Dalam pertemuan ketiga kemampuan guru dalam mengulas kegiatan pembelajaran ada peningkatan karena kreativitas guru yang sportif dan interaktif maka 35,5% kategori kurang, 5,9% kategori cukup, 17,7% kategori kurang.

 

Tabel 4.5

Hasil Indikator Kinerja Guru Siklus I

 

No

Aspek yang dinilai

Skor

1.

Guru melakukan apresiasi

3

2.

Guru memberikan motivasi

2

3.

Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai

1

4.

Guru menyiapkan peralatan yang diperlukan

3

5.

Guru menjelaskan pembelajaran yang akan disampaikan dalam mengembangkan motorik kasar anak

3

6.

Guru mengamati kegiatan anak ketika anak bermain bergelantungan

2

7.

Guru melakukan pengembangan materi pembelajaran

2

8.

Guru intervensi terhadap kegiatan anak

1

9.

Guru mengulas kegiatan sehari

2

10.

Guru melakukan tanya jawab

2

Jumlah keseluruhan

21

Prosentase (20 : 30 x 100%)

70 %

 

 

 

 

c.       Hasil Observasi Guru

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer pada siklus I, kinerja guru dalam pembelajaran kurang baik, ini dapat dilihat dari aspek yang diamati bahwa guru masih kurang dalam menyiapkan anak untuk menerima materi pembelajaran diarenakan kondisi anak yang masih takut dan kurangnya motivasi guru dalam bermain bergelantungan.

4.         Tahap Refleksi dan Analisis

Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru melakukan analisis terhadap proses pembelajaran bermain bergelantungan. Analisis ini dilakukan oleh guru kelas dan peneliti dengan cara berdiskusi dan mengevaluasi proses pembelajaran telah dicapai serta melihat kekurangan – kekurangan yang ada.

Adapun hasil analisis menunjukkan bahwa :

a.       Sudah ada peningkatan motorik kasar anak jika dibandingkan sebelum melakukan tindaan, akan tetapi hasil tersebut belum maksimal dan memuaskan. Itu berarti bahwa peneliti dan guru perlu memperbaiki proses pembelajaran.

b.      Kemampuan peningkatan motorik kasar anak dengan bergelantungan belum merata, ada anak yang masih takut dan belum berani bermain bergelantungan.

c.       Untuk guru masih perlu ditingkatkan karena belum mencapai maksimal dalam proses mengajarnya.

Dari hasil analisis tersebut peneliti dan guru masih bahwa hasil penelitian ini masih perlu diperbaiki. Pada siklus II diharapkan guru dapat menjelaskan cara bermain bergelantungan pada alat permainan bola dunia untuk mengembangkan motorik kasar anak.

Hasil observasi penilaian guru menunjukkan pada pertemuan pertama ada peningkatan dari prasiklus 11,7% menjadi 11,7% dan pada pertemuan kedua meningkat 17,7% menjadi 17,7% dalam pertemuan ketiga mencapai 41,1%. Rata – rata dari ketiga pertemuan tersebut yaitu 25%.

Karena hasil belum mencapai indikator keberhasilan yang di inginkan yaitu 70% maka perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.4

Grafik Kegiatan Pembelajaran Siklus I

 

Sumber Data TK Janneta Gebanganom

 

3.        Deskripsi Siklus II

Pada siklus II perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan oleh peneliti sebanyak 3 kali pertemuan yaitu rabu, kamis, jum’at yaitu tanggal 19, 20, 21 Mei 2021 dengan perencanaan sebagai berikut :

1.         Perencanaan Tindakan

Ada beberapa hal yang direncanakan dalam siklus II yaitu :

a.       Peneliti menyiapkan terlebih dahulu media yang ada dihalaman sekolah bola dunia.

b.      Peneliti mengkondisikan dimana peneliti, kolaborator dan guru kelas sebagai pendamping observator.

c.       Peneliti membuka pembelajaran dengan salam, do’a dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

d.      Peneliti mengkomunikasikan aturan yang harus dipatuhi selama kegiatan bermain bergelantungan pada bola dunia.

e.       Peneliti memulai kegiatan bermain bergelantungan, dalam kegiatan ini dibantu oleh guru kelas dan kepala sekolah untuk mengamati aktifitas anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran terutama untuk peningkatan motorik kasar anak dengan bergelantungan  pada alat permainan bola dunia dengan tuntas yaitu dri memanjat bola dunia, mengelantung dengan keseimbangan dan kemampuan tanpa  bantuan yang diakhiri dengan meloncat. Kegiatan ini dicatat untuk pedoman observasi.

2.         Pelaksanaan Tindakan

Sesuai dengan perencanaan tindakan, maka pelaksanaan pada siklus II pertemuan 1 pada hari Rabu tanggal 19 Mei 2021 pada proses pembelajaran mengacu pada skenario pembelajaran yang telah dibuat sesuai dengan RPPH.

Apersepsi yaitu anak untuk berkumpul dan mengelilingi alat permainan bola dunia dan memberikan materi pembelajaran dan menyarankan anak  agar tertib dan urut maka anak berbaris dan antrian dimulai dari arah kanan satu persatu secara bergantian.

Kegiatan inti yaitu peneliti melaksanakan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran yang tertulis dalam RPPH. Pada kegiatan ini guru melaksanakan pembelajaran bersama peneliti dan teman sejawat, guru memberi salam kepada anak – anak “HALO” anak – anak serentak menjawab “HEI” kemudian guru mengucapkan salam “Assalamualaium warah matullahi bawarokatuh” anak – anak menjawab” Waalaikum salam warohmatullahi wabarokatuh” guru dan anak – anak menyanyikan lagu Indonesia Raya setelah menyanyikan anak – anak mulai  mengikuti  pembelajaran dengan tertib sesuai dengan aturan yang telah disepakati bersama. Guru mempersilahkan anak bermain bergelantungan sebelumnya anak berbaris agar antrian bisa tertib.

Kegiatan penutup, guru bertanya kepada anak – anak “Bagaimana anak – anak senang tidak bermain bergelantungan?” anak – anak menjawab “Senang bu guru”, takut tidak kalau memanjat dan mengelantung? Anak menjawab “Tidak bu guru”, kemudian guru memberikan pujian “Alhamdulilah anak TK Janneta Gebanganom semua sehat, cerdas dan sholeh sholekah Amin”.

3.         Observasi

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh obsever adalah :

a.       Respon anak

Observasi dilakukan untuk mengetahui peningkatan motorik kasar anak selama mengikuti kegiatan bermain bergelantungan pada alat permainan bola dunia. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

(1)    Pada pertemuan pertama anak sudah lancar bermain bergelantungan dengan kemampuan dan keseimbangan yang dimulai dari memanjat tangga bola dunia kemudian menggelantung dan diakhiri dengan meloncat.

(2)    Pada pertemuan kedua anak sangat antusias dalam mengikutu kegiatan bermain bergelantungan.

(3)    Pada pertemuan ketiga setelah diberi kesempatan dan motivasi anak lebih lancar dan trampil dalam bergelantungan.

Berdasarkan hasil pengamatan kondisi awal pada tiap indikator diketahui 7 anak kategori baik dari 20 anak, 6 anak kategori cukup dan 7 anak kategori kurang. Yang seimbang saat bergelantungan dari 20 anak terdapat 8 anak mendapat kategori baik, 7 anak mendapat kategori cukup dan 5 anak mendapat kategori kurang. Yang mampu bermain bergelantungan dari 20 anak terdapat 9 anak mendapat kategori baik, 6 anak mendapat kategori cukup dan 5 anak mendapat kategori kurang. Sedangkan yang mampu bermain bergelantungan tanpa bantuan dari 20 anak terdapat 10 anak mendapat kategori baik, 8 anak mendapat kategori cukup dan 2 anak mendapat kategori kurang.

 

 

Tabel 4.6

Hasil Pembelajaran Siklus II

 

No

Indikator

Pertemuan

Siklus I

Baik

(%)

Cukup

(%)

Kurang

(%)

1.

Keberanian anak memanjat bola dunia

I

60

20

20

II

80

10

10

 

 

III

85

5

10

Rata – rata Indikator 1

75%

11,6%

13,3%

2.

Keseimbangan anak saat bergelantungan

I

50

30

20

II

70

20

10

 

 

III

80

10

10

Rata – rata Indikator 2

66,6%

20%

13,3%

3.

Kemampuan anak didalam bermain bergelantungan

I

30

30

20

II

70

15

15

 

 

III

75

15

10

Rata – rata Indikator 3

58,3%

20%

15%

4.

Kemampuan anak bermain bergelantungan tanpa bantuan

I

50

30

20

II

70

15

15

 

 

III

75

15

10

Rata – rata Indikator 4

65%

20%

15%

Rata – rata Siklus I

88,3%

23,8%

56,6%

Sumber Data TK Janneta Gebanganom

 

Keterangan           :

B         = Baik ( Skor 3 )

C         = Cukup ( Skor 2 )

K         = Kurang ( Skor 1 )

b.      Kinerja Guru

Setelah diadakan observasi pada silkus II diperoleh hasil bahwa kinerja guru mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari :

(1)      Pada pertemuan pertama guru membawa reward Pada pertemuan kedua guru sudah tidak kerepotan lagi dalam menjaga dan mengawasi anak dalam kegiatan bermain bergelantungan.

(2)      Pada pertemuan ketiga keseimbangan kemampuan memanjat dan menggelantung tanpa bantuan sangatlah lancar dan trampil.

Dari hasil kinerja guru ada peningkatan dari pertemuan pertama yaitu sebanyak 29,51% guru dalam memberikan materi kurang baik, dan sebanyak 11,7% baik, dan sebanyak 58,8% guru dalam memberikan materi sangat baik. Pada pertemuan kedua yaitu  sebanyak 17,7% cukup baik, sebanyak 11,7% baik dan sebanyak 70,6% guru balam memberikan materi sangat baik. Pada pertemuan ketiga sebanyak  11,7% guru dalam memberikan materi dengan baik, dan sebanyak 88,3% guru memberikan materi dengan sangat baik.

 

 

 

 

Tabel 4.7

Hasil Indikator Kinerja Guru Siklus II

 

No

Aspek yang dinilai

Skor

1.

Guru melakukan apresiasi

3

2.

Guru memberikan motivasi

2

3.

Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai

3

4.

Guru menyiapkan peralatan yang diperlukan

2

5.

Guru menjelaskan pembelajaran yang akan disampaikan dalam mengembangkan motorik kasar anak

3

6.

Guru mengamati kegiatan anak ketika anak bermain bergelantungan

2

7.

Guru melakukan pengembangan materi pembelajaran

3

8.

Guru intervensi terhadap kegiatan anak

3

9.

Guru mengulas kegiatan sehari

3

10.

Guru melakukan tanya jawab

2

Jumlah keseluruhan

26

Prosentase (20 : 30 x 100%)

86,66 %

 

Perbandingan Peningkatan Kinerja Guru

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

A.           Kesimpulan

Hasil penelitian peningkatan motorik kasar anak usia dini melalui bergelantungan pada alat permainan bola dunia di TK Janneta Gebanganom kecamatan Rowosari meningkat secara signifikan, terbukti dari hasil persentase sebelum di beri tindakan dan setelah di beri tindakan dapat dilihat perkembangan yang signifikan pada setiap anak. Dimana sebelum pada penelitian sebelum tindakan diperoleh persentase 35% prasiklus. Hasil peningkatan pada siklus I dalam 3 pertemuan mengalami peningkatan sebesar 15% dengan 4 indikator dalam skor penilaian anak adalah sebagai berikut (1) keberanian anak memanjat bola dunia (2) keseimbangan anak saat bergelantungan (3) kemampuanan anak dalam bermain bergelantungan (4) kemampuan anak bermain bergelantungan tanpa bantuan.

Hasil penelitian pada siklus II yang dilaksanakan 3 pertemuan juga mengalami peningkatan karena dipengaruhi oleh kinerja guru yang aktif dan inovatif dalam memotifasi dan memberikan kesempatan anak bermain bergelantungan hingga mencapai 30%.

Berdasarkan penjabaran di atas dengan adanya kemajuan dari setiap siklus dapat disimpulkan bahwa kegiatan peningkatan motorik kasar anak usia dini melalui bergelantungan pada alat permainan bola dunia berhasil mencapai ketuntasan.

B.            Saran – saran

1.        Berdasarkan pengalaman melaksanakan pembelajaran melalui bergelantungan ini, diharapkan guru dapat mengembangkan model pembelajaran serupa untuk indikator – indikator atau pokok bahasan lainnya serta dapat mentransfer pengalamannya dengan guru lain.

2.        Supaya siswa mempunyai pengalaman dalam pembelajaran dan lebih meningkat motorik kasarnya, hendaklah guru – guru kelompok bermain memberikan kesempatan kepada anak didiknya untuk bermain yang bisa merangsang perkembangan motorik kasarnya, serta membimbing dan mengarahkan anak.

Karena dengan bimbingan dan arahan guru, anak akan saling bekerja sama dan tidak saling berebut dan dapat mengantisipasi yang tidak kita inginkan ( seperti : terjatuh dan tabrakan karena saling berebut ).