Pojok PanturaPojok Pantura

Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Dengan Bermain Puzzle

Mas Popa
 Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Dengan Bermain Puzzle |  | Pojok Pantura

Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Dengan Bermain Puzzle Untuk Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Mekarsari Wungurejo

Ditulis Oleh: Sutrismiyati, S.Pd.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

Anak usia dini merupakan pondasi awal pembangunan karakter “Caracter building”. Dimana tumbuh kembang anak menyeluruh mencakup semua aspek perkembangan diantaranya aspek fisik, kognitif, sosial emosional, bahasa, agama, moral kemandirian dan seni. Sedangkan pembinaan dilakukan melalui rangsangan yang tepat dan benar, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Bahasa merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, yaitu untuk menyatakan pikiran dan perasaannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang bermakna dan sistematis. Kemampuan berbahasa ini berbeda antara satu individu dan individu lainnya serta sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan, khususnya lingkungan keluarga. Pengaruh lingkungan keluarga tidak hanya terbatas pada pola pikirnya secara dini dan pola mengekspresikan tetapi juga seluruh kondisi yang ada dirumah. Pengaruh tersebut akan memperlancar atau sebaliknya menghambat kemajuan berbahasa anak.

Salah satu pengenalan bahasa pada anak yaitu melalui pengenalan huruf. Menurut Mercer (dalam Harris, 1979 : 202) ada lima tahapan perkembangan membaca yaitu (1) kesiapan membaca, (2) membaca permulaan, (3) keterampilan membaca cepat, (4) membaca luas, dan (5)membaca yang sesungguhnya. Pada masyarakat sekarang terutama di lingkungan TK Mekarsari Wungurejo, anak usia 5-6 tahun yang akan memasuki jenjang sekolah formal diharapkan sudah mampu membaca. Paling tidak sudah banyak mengenal huruf- huruf, sehingga pembelajaran mengenal huruf dimasukkan kedalam kurikulum sekolah. Namun kenyataannya masih banyak anak yang kurang mampu mengenal huruf karena terlalu sulit untuk dipelajari. Faktor lain yang menghambat pengenalan huruf yaitu kurangnya dorongan dan motivasi belajar dari para orang tua yang rata-rata berpendidikan rendah sehingga menimbulkan rendahnya minat belajar mengenal huruf pada anak. Di sisi lain ada sebagian orang tua yang menghendaki anaknya agar cepat pandai mengenal huruf dengan memaksa anak untuk terus-menerus belajar huruf, keadaan ini justru akan menimbulkan kebosanan pada anak untuk belajar mengenal huruf itu sendiri. Keterbatasan alat peraga dalam pembelajaran di sekolah juga berdampak pada rendahnya minat atau ketertarikan anak untuk belajar mengenal huruf. Untuk itu sebagai pendidik di TK Mekarsari Wungurejo hendaknya memiliki strategi yang tepat atau kreativitas agar minat mengenal huruf dapat tumbuh dalam diri anak terutama kelompok B dengan jumlah siswa 29 anak pada tahun pelajaran 2021/2022. Yang terdiri dari 22 anak laki-laki dan 7 anak perempuan.

Dari permasalahan-permasalahan diatas, sehingga dirasakan perlu berbagai metode dan media yang dapat menunjang dan meningkatkan ketertarikan anak dalam mengenal huruf. Salah satunya dengan media bermain puzzle yang berwarna-warni. Melalui bermain diharapkan anak akan lebih mudah mencerna dan memahami sesuatu, seperti halnya mengenal huruf.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Dengan Bermain Puzzle Untuk Anak Usia 5-6 Tahun di TK Mekarsari Wungurejo”.

B. Identifikasi Masalah

Untuk mengidentifikasi masalah ini peneliti melihat kondisi di lapangan. Dari pengamatan sementara, maka persoalan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

  1. Masih banyak anak yang kurang mampu mengenal huruf, karena terlalu sulit untuk dipelajari.
  2. Kurangnya dorongan dan motivasi orang tua sehingga berdampak pada rendahnya minat belajar mengenal huruf pada anak.
  3. Adanya paksaan dari orang tua untuk belajar mengenal huruf secara terus-menerus sehingga menimbulkan kebosanan pada diri anak.
  4. Kurangnya alat peraga di sekolah sehingga menghambat terjadinya proses pembelajaran dalam mengenal huruf.
  5. Kurangnya kreativitas pendidik di TK Mekarsari Wungurejo melalui penggunaan media puzzle untuk meningkatkan pengenalan huruf pada anak.

C. Fokus penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi permasalahan yaitu Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Dengan Bermain Puzzle Untuk Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Mekarsari Wungurejo, di kelompok B yang berjumlah 29 siswa pada tahun ajaran 2021/2022.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah upaya meningkatkan kemampuan mengenal huruf di TK Mekarsari Wungurejo?
  2. Bagaimanakah meningkatkan kemampuan pengenalan huruf pada anak usia 5-6 tahun di TK Mekarsari Wungurejo?
  3. Apakah bermain puzzle dapat meningkatkan kemampuan mengenal huruf di TK Mekarsari Wungurejo?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui upaya peningkatan kemampuan mengenal huruf di TK Mekarsari Wungurejo.
  2. Untuk mengetahui peningkatan mengenal huruf pada anak usia 5-6 tahun melalui media bermain puzzle di TK Mekarsari Wungurejo.
  3. ntuk mengetahui apakah puzzle salah satu media yang dapat menunjang peningkatan mengenal huruf peserta didik di TK Mekarsari Wungurejo.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

  1. Manfaat teoritis
    • Penelitian ini berguna untuk reformasi dalam penelitian sejenis berikutnya.
    • Sebagai sumbangan karya ilmiah bagi perkembangan pengajaran pada pembelajaran pra membaca.
  2. Manfaat praktis
    • Bagi siswa - Dengan adanya Puzzle huruf, anak akan selalu aktif sehingga akan berdampak pada kemampuan pengenalan huruf bagi anak usia pra membaca.
    • Bagi guru - Dapat mengembangkan media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan kebutuhan siswa.
    • Bagi sekolah - Sebagai bahan pertimbangan dalam menyediakan media pembelajaran yang menarik pada pembelajaran pra membaca bagi pendidikan anak.
    • Bagi orang tua - Sebagai panduan agar dapat memahami hal-hal apa saja yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf.

G. Landasan Teori

1. Pengenalan huruf

Menurut Merce (dalam Harris, 1979 : 202) ada lima tahap perkembangan membaca, yaitu (1) kesiapan membaca, (2) membaca permulaan, (3) ketrampilan membaca cepat, (4) membaca luas, dan (5) membaca yang sesungguhnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Huruf

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka (1999 : 362) huruf adalah tanda aksara atau tata tulis yang merupakan abjad yang melambangkan bunyi bahasa atau aksara.

Dari Kamus Bahasa Indonesia yang disusun oleh Poerwodarminto (1983 : 527), huruf adalah unsur abjad yang melambangkan bunyi.

Dari pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa huruf adalah tanda aksara atau unsur abjad yang melambangkan bunyi bahasa tertentu menurut model dan bentuknya. Huruf merupakan simbol dari bahasa. Dengan mengenalkan huruf demi huruf pada anak usia 5-6 tahun, penulis berharap dapat mengarahkan pada pembelajaran pra membaca.

2. Bermain Puzzle

a. Bermain

Bermain merupakan suatu kegiatan yang melekat pada dunia anak. Bermain adalah kodrat anak. Bermain dapat dipandang sebagai suatu kegiatan yang bersifat voluntir, spontan, terfokus pada proses, memberi ganjaran secara intrinsik, meyenangkan dan fleksibel. Kriteria dalam kegiatan bermain adalah memotivasi intrinsik, memiliki pengaruh positif, bukan dikerjakan sambil lalu. Cara bermain lebih diutamakan daripada tujuannya, serta bermain memiliki kelenturan.

Fungsi bermain bagai anak TK adalah: Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima seperti berperan sebagai pencuri. Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok gigi, serta untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah. Ditinjau dari dimensi perkembangan sosial, bermain digolongkan sebagai berikut: bermain soliter, bermain secara parallel, bermain asosiatif, dan bermain secara kooperatif.

b. Puzzle

Puzzle yang pertama kali dipopulerkan oleh John Spilsbury pada tahun 1760 ini ternyata sangat bermanfaat bagi anak-anak. Hampir semua Taman Kanak-Kanak (TK) dan kelompok bermain (playgroup) untuk sarana belajar dan bermain.

Proses belajar pada anak usia balita lebih diarahkan untuk melatih mereka mengembangkan kecerdasan maupun keterampilan. Banyak ahli percaya bahwa masa balita merupakan masa yang sangat penting bagi perkembangan otak anak. Orang tua dapat membantu merangsang perkembangan otak anak dengan memberikan pembelajaran melalui permainan.

Salah satu mainan yang disukai oleb anak balita adalah puzzle. Banyak ahli pendidikan menyarankan orang tua untuk memberikan mainan puzzle kepada balita. Bermain puzzle selain menyenangkan juga meningkatkan keterampilan anak. Hampir semua sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) dan Kelompok Bermain (Playgroup) menggunakan sarana puzzle sebagai sarana belajar dan bermain.

Meningkatkan keterampilan sosial Puzzle dapat dimainkan lebih dan satu orang dan jika puzzle dimainkan secara berkelompok maka dapat meningkatkan interaksi sosial anak. Dalam kelompok, anak akan saling menghargai, saling membantu dan berdiskusi untuk menyelesaikan masalah. Anda juga dapat menemani anak saat bermain puzzle dan memberikan arahan untuk menyelesaikan puzzle. Keterampilan sosial berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Puzzle dapat dimainkan secara perorangan. Namun puzzle dapat pula dimainkan secara kelompok. Permainan yang dilakukan oleh anak-anak secara kelompok akan meningkatkan interaksi sosial anak. Dalam kelompok anak akan saling menghargai, saling membantu dan berdiskusi satu sama lain. Jika anak bermain puzzle di rumah orang tua dapat menemani anak untuk berdiskusi menyelesaikan puzzlenya, tetapi sebaiknya orang tua hanya memberikan arahan kepada anak dan tidak terlibat secara aktif membantu anak menyusun puzzle.

Dapat disimpulkan fungsi dan media Puzzle huruf adalah dapat membantu proses belajar mengajar terutama bagi anak usia dini, karena anak akan lebih tertarik dan mudah untuk menerima pesan yang disampaikan. Penggunaan media kartu bergambar diharapkan dapat membantu keberhasilan dalam pembelajaran pra membaca.

3. Anak Usia Dini (5-6 Tahun)

“Anak adalah pelabuhan hati kedua orang tua. Sosok anak ibarat jantung hati yang selalu terbayang di pelupuk mata. Pada seorang anaklah orang tua melabuhkan cita-cita dan harapan akan hari esok yang lebih baik. Oleh karena itu, bukan hanya pertumbuhan dan kesehatan fisik saja yang perlu diperhatikan melainkan juga kecerdasan, kemandirian, dan kedewasaan”.

Adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi orang tua jika mempunyai anak yang cerdas. Namun, untuk menjadi anak yang cerdas diperlukan stimulasi yang tepat, yang mendorong anak dari berbagai sudut kecerdasan : emosional, spiritual, verbal, numeric, musik, logic, kinestetik, social, dan alam. Mendorong kecerdasan multiperspektif semakin penting dirasakan bagi setiap orang tua agar anak mampu mengikuti tradisi dan modemitas yang demikian cepat tanpa kehilangan jati diri.

Menurut (M.Hariwijaya dan Atik Sustiwi, 2008 : 5) Anak-anak berkembang dimulai perubahan dan fisik, Intelektual, sosial, dan emosional yang terjadi dari lahir sampal dewasa. Manusia berubah sepanjang hidupnya, tetapi pada masa anak-anak manusia mengalami perubahan yang dramatis. Berawal dan seorang bayi yang tak berdaya dan bergantung pada orang dewasa, kemudian tumbuh berkembang menjadi anak muda yang cakap, percaya diri, dan berfikir, berargumentasi dengan canggih.(Wahyudi, CHA dan Dwi Retna Damayanti, 2005 : 2).

Dari definisi diatas, masa anak-anak adalah masa emas jadi sebagai orang tua atau tenaga pendidik harus hati-hati karena kesalahan sedikit akan berakibat fatal pada kehidupan dimasa datang. Bagai kertas putih yang belum diberi tulisan atau coretan, merah,hijau,hitam dll tergantung tinta yang di gunakan. Dan perlu diperhatikan anak-anak suka meniru orang yang lebih dewasa.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pengertian

Menurut Hadari Nawawi menyatakan bahwa metode penelitian adalah berkaitan erat dengan prosedur yang harus ditempuh seorang peneliti atau menjawab pertanyaan yang di ajukan dalam hipotesis (Hadari Nawawi 1995 : 3).

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipilih adalah kualitatif yaitu penelitian yang pelaksanaannya terjadi secara alamiah, apa adanya dalam situasi normal yang tidak manipulatif keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami. Pengambilan data atau penyaringan fenomena dilakukan dalam keadaan yang sewajarnya dan menuntut keterlibatan peneliti secara langsung di lapangan (Suharsimi Arikunto, 2006 : 12).

2. Subyek Penelitian.

Subyek yang akan diteliti adalah peserta didik TK Mekarsari Wungurejo semester II tahun pelajaran 2021/2022, dengan jumlah 29 anak yang terdiri dari 22 anak laki-laki dan 7 anak perempuan.

3. Objek penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi atau Tempat penelitian adalah tempat dimana suatu penelitian dilakukan sehingga didapatkan data dari objek penelitian. Penelitian ini dilakukan di TK Mekarsari Wungurejo tahun pelajaran 2021/2022.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II yang dimulai bulan April sampai bulan Juni 2021.

4. Data dan Sumber Data

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang kemampuan mengenal huruf dengan bermain puzzle untuk anak dalam hal mengajukan dan menjawab pertanyaan. Rentang perhatian yang panjang terhadap mengenal huruf mampu mengorganisaikan kemampuan diri yang terlihat pada saat kepercayaan diri anak untuk tampil didepan kelas. Data penelitian diperoleh dari beberapa sumber, antara lain:

  1. Informasi atau nara sumber adalah peserta didik dan guru TK Mekarsari Wungurejo.
  2. Tempat dan peristiwa atau kejadian berlangsungnya pembelajaran dengan media puzzle di TK Mekarsari Wungurejo.
  3. Dokumen atau arsip yang antara lain berupa pedoman observasi guru dan anak.

5. Teknik

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, test dan dokumentasi.

1. Metode Observasi

Observasi sering disebut sebagai metode pengamatan yang artinya memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata (secara langsung). Dan untuk mendapatkan observasi sccara sistematis peneliti harus mempunyai latar belakang tentang obyek penelitian, mempunyai ancer-ancer teori dan sikap yang objektif. Di antara hal-hal yang perlu di observasi antara lain: letak geografis, keadaan siswa, guru dan pegawai serta sarana prasarana yang ada di tk.

Menurut S. Margono, observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada penelitian mengenal tingkah laku dengan mengamati individu atau kelompok secara langsung.

Dengan menggunakan metode ini, penulis secara langsung dapat mengetahui tentang gejala atau penstiwa yang diamati, seperti proses pengenalan huruf pada anak usia dini melalui metode puzzle huruf bergambar, keadaan peserta didik, keadaan guru, dan lain-lain.

2. Wawancara

Interview atau wawancara adaiah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab untuk memperoleh keterangan dalam sebuah penelitian yang dilakukan antara pewawancara dengan responden sambil bertatap muka. Interview ini penulis tujukan kepada perangkat sekolah dan wali murid atau masyarakat untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya TK, bentuk-bentuk program TK, dan upaya mempersiapkan anak kejenjang Sekolah Formal di TK.

3. Dokumentasi

Berasal dan kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis, di dalam melaksanakan metode ini peneliti mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, Internet, notulen rapat, surat kabar, majalah, agenda, dokumen, buku-buku, dan peraturan-peraturan. Metode mi digunakan untuk mengumpulkan dokumen yang ada pada lembaga atau instansi yang terkait atau bahan-bahan yang tertulis yang bertalian dengan situasi latar belakang obyek penelitian dan ini sebagai pelengkap. Di antara dokumen-dokumen yang dibutuhkan antara lain: sejarah berdirinya TK, program-program TK, letak geografis, vlsi dan misi, struktur organisasi, keadaan siswa, guru dan pegawai serta sarana prasarana TK.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan catatan-catatan dan data tentang keadaan peserta didik di TK Mekarsari Wungurejo.

6. Keabsahan data

Sebelum instrumen digunakan perlu diuji keabsahannya terlebih dahulu agar diperoleh data yang akurat. Instrumen dapat dikatakan absah apabila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Menurut Suharsimi Arikunto (1996: 76) “Instrumen dikatakan absah apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, dapat mengungkap data dan variabel yang diteliti secara tepat. keabsahan berkenaan dengan permasalahan. Apakah instrumen yang dimaksud untuk mengukur sesuatu itu memang dapat mengukur secara tepat sesuatu yang akan diukur tersebut.”

Secara singkat dapat dikatakan bahwa keabsahan alat penelitian mempersoalkan apakah alat itu dapat mengukur apa yang akan diukur. (Burhan Nurgiantoro, 2000 : 296).

7. Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul yang dilakukan adalah analisis data. proses analisis data merupakan salah satu usaha untuk merurnuskan jawaban dan pertanyaan dari perihal perumusan-perumusan dan pelajaran adalah hal- hal yang kita peroleh dari obyek penelitian. Tujuan dari analisis data ini adalah untuk mencari kebenaran dari data-data yang telah diperoleh, sehingga dari sini bisa ditarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam suatu kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit.. melakukan sintesis. menvusun ke dalam pola. memilih mana yang penting yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam penelitian ini, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan tehnik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi) dan dilakukan terus-menerus. Dengan tehnik observasi. wawancara maupun tes digabung dengan sumber data yang telah ada, peneliti dapat mengumpulkan data yang diperlukan. Data-data tersebut dirangkum untuk memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan akan memberikan gambaran yang lebih jelas.

8. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Keseluruhan data yang terkumpul digunakan untuk menilai keberhasilan tindakan.

Ketuntasan anak dalam mengenal huruf melalui media puzzle huruf bergambar mencapai niiai 75 secara individual, sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas apabila terdapat lebih dan 80 % anak yang telah mencapai ketuntasan. yang diawali dengan kegiatan observasi sebagai penjajagan untuk memperoleh informasi dan gambaran terhadap permasalahan di kelas yang akan diteliti sebagal data awal dan dilanjutkan dengan membahas hasil observasi serta merencana dan menetapkan tindakan kelas.

Rancangan ini menggunakan model proses yang akan dilaksanakan dua siklus / putaran. Setiap siklus / putaran selama 3 (tiga) minggu . Adapun pelaksanan disesuaikan dengan jadwal yang ada. Pada setiap akhir siklus / putaran diadakan kegiatan refleksi untuk menentukan tindakan pada siklus / putaran berikutnya.

Proses peneliltian pada siklus I dilaksanakan mulai tanggal 1 April 2021 sampai dengan tanggal 30 Juni 2021.

9. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan yang dilakukan berbasis kolaboratif, dimana penulis juga sebagai peneliti bekerjasama dengan teman sejawat yang merupakan guru di TK Mekarsari Wungurejo. Guru atau peneliti bertindak sebagai penyaji (yang berinteraksi secara langsung dengan peserta didik ketika di lapangan) dan kolaborator sebagai mitra guru yang mengobservasi lapangan.

Prosedur penelitian tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri 4 tahapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Dengan Bermain Puzzle

10. Perencanaan Tindakan

Siklus I

  • Perencanaan
    1. Guru dan kolaborator secara kolaboratif merencanakan metode pembelajaran menggunakan puzzle untuk meningkatkan kemampuan pengenalan huruf pada anak usia dini.
    2. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai pedoman didalam proses pembelajaran kelas.
    3. Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pembelajaran (puzzle huruf bergambar dan bahan-bahan lainnya yang dapat menunjang proses belajar mengajar).
    4. Membuat dan merancang lembar observasi untuk mengetahui kondisi kelas ketika proses belajar berlangsung yang meliputi lembar observasi aktifitas peserta didik.
    5. Merancang evaluasi untuk mengetahui daya serap peserta didik dalam memahami dan menguasai konsep materi pembelajaran.
    6. Menyiapkan pendokumentasian, lembar refleksi, dan evaluasi.
  • Pelaksanaan - Pada siklus ini, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Adapun langkah-langkahnya meliputi:
    1. Kegiatan Awal
      • Guru memimpin do’a bersama.
      • Guru mencatat kehadiran peserta didik.
      • Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
    2. Kegiatan Inti
      • Guru bersama peserta didik menyanyikan lagu nama-nama huruf.
      • Guru menjelaskan materi singkat tentang nama-nama huruf vokal.
      • Guru menuliskan huruf-huruf vokal di papan tulis, peserta didik membaca nyaring huruf vokal yang ditulis guru.
      • Guru menjelaskan materi singkat tentang nama-nama huruf konsonan.
      • Guru menuliskan huruf-huruf konsonan di papan tulis, peserta didik membaca nyaring huruf konsonan yang ditulis guru.
      • Guru bersama peserta didik menyanyikan lagu nama-nama huruf sambil menunjuk huruf yang ditulis guru di papan tulis.
      • Guru memberikan post tes secara individu.
    3. Kegiatan Akhir
      • Peserta didik mengerjakan tes formatif.
      • Pemberian tugas
    4. Tindak Lanjut
      • Guru memberi perbaikan kepada peserta didik yang mendapat nilai <75.
      • Guru memberi pengayakan kepada peserta didik yang mendapat nilai >75.
      • Guru memberikan pekerjaan rumah.

Observasi

  1. Guru bekerja sama dengan peneliti mengawasi aktivitas kelompok peserta Jidik dan mengamati tingicat keberhasilan peserta didik dalam rnenyelesaikan tugas.
  2. Guru secara partisipatif mengamati jalannya proses pembelajaran.
  3. Mengamati komunikasi dan keriasama peserta didik dalam kelompok.
  4. Mengamati keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
  5. Mengamati hasil evaluasi yang diperoleh dan tes

Refleksi

  1. Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat kesimpulan sementara terhadap pembelajaran yang terjadi pada siklus I.
  2. Menganalisis dan mendiskusikan hasil pada pembelajaran siklus I untuk melakukan perbaikan pada pelaksanaan siklus II.

Siklus II

Pada prinsipnya, semua kegiatan yang ada pada siklus II hampir sama dengan kegiatan pada siklus 1, siklus II merupakan perbaikan dari siklus I, terutama didasarkan pada hasil refleksi pada siklus I.
  1. Tahapannya tetap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
  2. Materi pelajaran berkelanjutan.
  3. Diharapkan, kemampuan pengenalan huruf pada anak usia dini semakin meningkat.
Baca Juga: ###

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

  1. Anak usia dini mempunyai memori yang kuat untuk menyimpan segala sesuatu baik yang baru didapat, sehingga sebagai guru dan orang tua atau yang lebih dewasa harus hati-hati dalam menjaga perkataan perbuatan dihadapan anak-anak. untuk menjadi anak yang cerdas diperlukan stimulasi yang tepat, yang mendorong anak dan berbagai sudut kecerdasan emosional, spiritual, verbal, numerik, musik, logik, kinestetik, sosial, dan alam yang Mendorong kecerdasan multiperspektif.
  2. Dari hasil observasi dan penelitian pada proses pembelajaran di TK Mekarsari Wungurejo, bahwa dengan bermain puzzle akan meningkatkan kemampuan anak usia dini dalam mengenal huruf. Karena dengan mengajak anak membuat permainan puzzle sendiri dan dengan warna yang menarik sehingga anak lebih fokus dan mudah dalam mengenal huruf.

B. SARAN

Untuk mempermudah dalam pembelajaran sebaiknya guru menyiapkan materi sebelum proses belajar dimulai. Dan untuk materi pengenalan huruf terlebih dahulu disiapkan puzzle yang akan digunakan sesuai dengan tema yang disampaikan, disamping itu dengan penyajian gambar yang menarik akan lebih membuat anak mempunvai rasa ingin tahu yang lebih.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Soebani, Beni. 2008. Metode Penelitian. Bandung : Pustaka Setia.

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Permainan Membaca dan Menulis di Taman Kanak-Kanak. Jakarta.: Depdiknas.

Hurlock, Elizabeth. 1993. Perkembangan Anak Jilid 2 (terjemahan Meitasari tjandrasa ) Jakarta: Erlangga.

Moleong, Lexy, Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Ratnawati. Shinta. 2002. Sekolah Alternatif Untuk Anak. Jakarta: Buku Kompas.

S Mangiri, H herry dkk. Potensi Teknologi informatikan dan Komunikasi Dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran Di Kelas. Semarang : IKIP Veteran Semarang.

Sumadi Suryabrata, Sumadi. 1990. Metodologi Penelitian. Jakarta Raja Grafindo Persada.

Usman, M Basyiruddin. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta : Delia Citra Utama.