Hari Santri Nasional (HSN) tiap tahun selalu dirayakan oleh kalangan santri dengan berbagai bentuk cara dan acaranya. Yang merayakan pun tidak hanya santri yang masih aktif di pondok pesantren saja. Melainkan juga para alumni pondok pesantren yang sudah mengabdi di tengah-tengah masyarakat.
Salah satu bentuk perayaan HSN selain upacara bendera, adalah bedah buku. Acara seperti ini dilaksanakan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan. Hari Jum'at (24/10) kemarin, berlokasi di ruangan Amarta Setda kota Pekalongan, Pemkot Pekalongan menggelar Bedah Buku berjudul “HM Saelany Machfudz SE Birokrat Santri yang Paham Aspirasi” karya HS Priyo Soeaedy.
Buku yang sudah terbit pertama kali pada bulan Juli 2020 lalu ini mengisahkan profil Walikota Pekalongan sekarang, yakni HM. Saelany Machfudz, mulai dari lahirnya beliau sampai kepada memerintah sebagai Walikota Pekalongan selama 3,5 tahun.
Selain berisi profil sang Walikota yang kebetulan seorang santri, buku ini juga menjelaskan betapa Kota Pekalongan memiliki sejarah yang panjang dan isinya pun sarat akan nilai-nilai luhur yang tercipta seiring dengan tumbuhnya peradaban di Pekalongan.
Lahirnya buku yang mengisahkan profil dan kepemimpinan dirinya, menurut HM. Saelany Machfudz itu tak lepas dari dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak.
“Sekda, para asisten, seluruh OPD, dan camat telah membantu saya dalam menata Kota Pekalongan ini”, jelas Saelany.
Perlu diketahui, HM. Saelany Machfudz termasuk salah satu cucu KH. Saelan. Beliau adalah pendiri Pesantren Ribatul Muta'allimin. Sedangkan sekarang, HM. Saelany Machfudz dipercaya menjadi ketua yayasan pesantren yang dibuat kakeknya tersebut.
Ia melihat dalam agenda bedah buku ini, banyak sekali yang antusias ingin belajar dari buku tersebut. Baik para pegiat literasi, siswa dan santri yang hadir saat itu.
“Semoga buku ini bermanfaat dan menginspirasi banyak orang”, harapnya.
Saat dimintai keterangan secara terpisah, si penulis buku “HM Saelany Machfudz SE Birokrat Santri yang Paham Aspirasi”, HS Priyo Soeaedy menjelaskan bahwa dengan mengamati dan belajar dari buku-buku arsip sejarah masa lalu akan memotivasi para generasi muda untuk bisa lebih baik dari para pendahulunya.
Ia juga menuturkan bahwa HM Saelany Machfudz merupakan sosok yang bisa diteladani. Maka dari itu, buku ini menjadi media penghubung antara generasi muda sekarang yang ingin belajar dari beliau. Apalagi beliau termasuk kalangan santri yang mempunyai tekad dan ketekunan yang hebat sehingga sekarang menjadi Walikota Pekalongan.
HS. Priyo juga mengaku bahwa isi dalam buku tersebut, ia menulisnya seobjektif mungkin dan tidak berlebihan dengan tanggung jawab moral ia sampaikan ke khalayak.
“Sosok Walikota Saelany memang patut diteladani, saya mengetahui pergerakan Walikota Saelany sejak awal, sosoknya memang layak jadi panutan, apa yang saya tulis sesuai dengan realitas, tidak berlebihan kalau saya sebut beliau adalah sosok santri yang paham tentang aspirasi”, ujar Priyo.