Pojok PanturaPojok Pantura

Ketika Allah SWT Tangguhkan Hujan Karena Satu Orang yang Bermaksiat di Masa Nabi Musa AS

 Ketika Allah SWT Tangguhkan Hujan Karena Satu Orang yang Bermaksiat di Masa Nabi Musa AS | ada seseorang di antara kalian yang terang-terangan berbuat maksiat di hadapanKu. Perintahkan dia keluar, karena dialah Aku tangguhkan hujan pada kali | Pojok Pantura

PojokPantura.Com - Hujan ialah penanda rahmat Allah. Banyak makhluk Allah akan mengalami kesusahan ketika hujan tak turun dalam waktu yang lama, apalagi mereka yang berada di daerah gersang. Air hujan memang sangatlah diperlukan oleh semua makhluk agar roda kehidupan tetap berjalan normal tanpa adanya masalah kekeringan.

Beruntunglah kita sekarang karena seringnya hujan turun mengguyuri Indonesia. Selain itu, Indonesia adalah negara tropis bukan termasuk daerah gersang dan kering, yang membuat kita memiliki cadangan air, tanaman yang masih bisa berbuah dan hewan yang masih mendapati air untuk diminum. Maka sesungguhnya kita harus bersyukur akan nikmat yang tiada tara ini.

Tahukah kalian, di zaman nabi-nabi terdahulu seringkali ada kondisi hujan tak turun dalam waktu lama. Beberapa di antaranya di masa nabi Yusuf AS, nabi Muhammad SAW dan nabi Musa AS. Ketika terjadi kondisi tak hujan lama yang mengakibatkan kekeringan, masyarakat saat itu berbondong-bondong datang kepada nabi selaku kekasih Allah untuk meminta doa agar turun hujan untuk mereka.

Di masa nabi Musa AS Juga pernah terjadi sebagaimana kondisi di atas. Namun saat itu setelah nabi Musa AS beberapa kali berdoa meminta hujan, Allah tak kunjung mengabulkan doanya. Ternyata ada sebab ditangguhkan doanya beliau. Hal tersebut karena ada seorang yang ahli maksiat di antara mereka. Kisah selengkapnya ada di dalam kitab Multaqotul hikayat.

Diceritakan, pada masa Nabi Musa AS. pernah terjadi kekeringan akibat lama tak adanya hujan. Maka kaumnya yakni bani Israil mendatangi beliau dengan berkata,“Wahai Kalimullah (gelar Nabi Musa) berdoalah pada Tuhanmu supaya menurunkan hujanNya pada kami.” Mendengar permintaan itu, Nabi Musa langsung berdiri dan keluar dari kediamannya bersama mereka ke sebuah gurun pasir. Saat itu jumlah kaum yang mengikuti beliau sebanyak 70 ribu orang lebih.

Setelah sampai di tempat yang dituju, Nabi Musa memulai berdoa, “Ya Tuhanku, berilah kami hujan. Sebarkanlah bagi kami rahmatMu. Kasihanilah bayi-bayi yang sedang menyusui, binatang yang digembala, dan orang-orang tua yang masih bersujud.” Setelah doa itu selesai, nampak langit tidak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan turunnya hujan. Melainkan matahari bersinar tambah panas.

Mengetahui keadaan itu, nabi Musa berdoa lagi, “Ya Tuhanku, kehormatanMu ada di sisiMu, Engkau bagiku adalah yang Maha Mulia.” Tak berselang lama Allah SWT merespon dengan berfirman, “wahai Musa, akan tetapi ada seseorang di antara kalian yang terang-terangan berbuat maksiat di hadapanKu. Perintahkan dia keluar, karena dialah Aku tangguhkan hujan pada kalian.” Nabi Musa bertanya, “Ya Tuhanku, aku seorang hamba yang lemah dan suaraku juga lemah, bagaimana mungkin bisa terdengar oleh mereka yang berjumlah 70 ribu lebih?” Lalu Allah menjawab keluh kesah nabi Musa AS dengan berfirman, “serukanlah dan nanti Aku yang akan menyampaikannya.”

Lantas Nabi Musa berseru pada umatnya, “Wahai hamba yang sudah terang-terangan berbuat maksiat di hadapan Allah SWT selama 40 tahun, keluarlah dari kami, karena kami tidak mendapatkan hujan karenamu.” Hamba yang bermaksiat itu pun menoleh ke kiri dan kanan tapi tidak ada seseorangpun yang keluar, dia sadar bahwa dirinyalah yang dimaksud. Seketika, ia merasa bimbang, ia pun berkata dalam hati, “Jika aku keluar dari perkumpulan ini maka terbukalah aibku di kalangan Bani Israil. Namun jika aku tidak keluar, maka mereka tidak akan mendapatkan hujan karenaku.”

Kemudian orang yang ahli maksiat ini pun memutuskan untuk keluar dari barisannya. Ia melakukan itu dengan memasukan kepala ke dalam baju yang dikenakan seraya berkata, “Ya Tuhanku, aku telah bermaksiat padaMu selama 40 tahun, tapi Engkau tangguhkan siksa padaku. Aku menghadapMu dengan rasa taat maka terimalah aku.”

Sebelum selesai hamba itu berbicara, tiba-tiba mendung mulai terlihat, dan turunlah hujan dalam sekejap. Melihat fenomena itu, Nabi Musa berkata, “Ya Tuhanku, tidak ada seseorangpun yang keluar dari kami.” Allah SWT. berfirman, “wahai Musa, aku menurunkan hujan kepada kalian sekaligus kepada orang yang menyebabkan hujan itu tidak turun karenanya.”

Nabi Musa yang masih penasaran sosok orang yang ahli maksiat yang sudah diterima taubatnya itu, lalu bertanya, “Ya Tuhanku, tunjukanlah hamba yang taat ini,” Allah SWT. berfirman, “sesungguhnya aku tidak menghinakannya karena dia bertaubat kepadaku. Apakah aku akan menghinakan seseorang yang taat kepadaku? Wahai Musa, sesungguhnya aku sangat membenci kepada orang-orang yang suka mengadu domba.”

Baca juga: Peringatan Kepada Orang yang Abai Terhadap Hamba-hamba Allah yang Lemah

Kisah di atas salah satu yang dapat diambil hikmahnya ialah rahmat dan kasih sayang Allah SWT begitu luas. Padahal hamba yang sudah taubat tersebut sudah bermaksiat selama 40 tahun tapi masih diampuni olehNya. Maka sudah seharusnya kita sebagai hambaNya pula memohon ampunan kepada Allah dari segala salah dan khilaf yang telah dilakukan. Karena pastinya kita akan dimaafkan Allah SWT.

Artikel ini ditulis oleh:

Muhammad Alfiyan Dzulfikar
Alumni Ponpes Lirboyo Al-Mahrusiyah dan Mahasiswa Pascasarjana UNUSIA Jakarta.