Pojok PanturaPojok Pantura

Peristiwa Pembunuhan Yang Pertama Kali Terjadi Di Dalam Kehidupan Ini Adalah Hari Selasa

 Peristiwa Pembunuhan Yang Pertama Kali Terjadi Di Dalam Kehidupan Ini Adalah Hari Selasa | Peristiwa Pembunuhan Yang Pertama Kali Terjadi Di Dalam Kehidupan Ini Adalah Tragedi  pembunuhan Qabil terhadap Habil | Pojok Pantura

PojokPantura.Com - Peristiwa Pembunuhan Yang Pertama Kali Terjadi Di Dalam Kehidupan Ini Adalah, Dalam satu hadist dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW pernah ditanya tentang tragedi atau kejadian yang terjadi di hari Selasa. Beliau menjawab, hari Selasa ialah hari berdarah. Lalu para sahabat bertanya lagi, mengapa demikian ya Rasulullah? Beliau menjawab lagi, karena pada hari itulah Siti Hawa pertama kali haid dan putra nabi Adam AS membunuh saudaranya sendiri.

Hadist di atas menggambarkan kepada kita waktu atau hari dimana Peristiwa Pembunuhan Yang Pertama Kali terjadi Di Dalam Kehidupan Ini. Tragedi yang dimaksud adalah pembunuhan Qabil terhadap Habil. Kisah selengkapnya kami rangkum dari berbagai sumber seperti di bawah ini.

Nabi Adam AS dan Siti Hawa adalah sepasang manusia pertama kali menginjakan kaki di bumi setelah diturunkan dari surga oleh Allah SWT. Tak berselang lama, Allah mengkaruniai anak keturunan kepada mereka. Siti Hawa setiap kali melahirkan pasti selalu kembar laki-laki dan perempuan. Dikisahkan dari Ibnu Ishaq dalam Tafsir Baghowi dan Tafsir Al-Qurthubi bahwa Hawa melahirkan 40 anak dengan 20 kali mengandung. Wallahu a’lam.

Pertama Siti Hawa melahirkan anak kembar yang diberi nama Qabil dan Iqlimiya (ada yang mengatakan Iqlima). Saat kelahiran kedua, Hawa melahirkan lagi anak kembar lagi yang diberi nama Habil dan Layudha (ada yang mengatakan Damima). Mereka hidup dengan harmonis hingga dewasa sampai tragedi itu terjadi.

Peristiwa Pembunuhan Yang Pertama Kali terjadi Di Dalam Kehidupan Ini Adalah bermula ketika Allah SWT mensyariatkan kepada nabi Adam AS untuk menikahkan dua pasang anak kembarnya secara silang. Itu artinya Qabil dengan Layudha dan Habil dengan Iqlimiya. Namun setelah nabi Adam AS memberitahukan perintah dari Allah, Qabil protes kepada ayahnya. Qabil lebih suka kepada kembarannya yakni Iqlimiya yang punya paras cantik dari pada Layudha kembarannya Habil yang punya paras tak menarik.

Qabil berdalih bahwa dirinyalah yang berhak menikahi Iqlimiya saudara kembarnya, karena merasa lebih berhak atas saudara kembarnya. Setelah diprotes anaknya, nabi Adam AS menjadi bingung dan dilema. Beliau lalu bermunajat kepada Allah mengenai persoalan ini.

Tak berselang lama, Allah SWT memberikan wahyu kepada Nabi Adam AS yang isinya memerintahkan Qabil dan Habil untuk berkurban masing-masing apa yang ia punya. Nantinya barangsiapa yang diterima kurbannya, maka dialah yang berhak menikah dengan Iqlimiya.

Qabil dan Habil setuju untuk melakukan perintah kurban itu. Kala itu Qabil ialah seorang petani. Ia berkurban dengan seikat gandum dan biji-bijian lain. Namun apa yang dikurbankan itu berkualitas buruk. Ia sengaja memilih itu, karena sudah dikuasai perasaan sombong dan iri dengki.

Adapun Habil ketika itu adalah seorang peternak. Salah satu yang ia ternak yakni kambing. Habil lalu berkurban dengan seekor kambing yang sehat dan gemuk. Karena ia memang ingin mempersembahkan hewan kurban terbaik agar diterima di sisi Allah Ta’ala.

Mereka berdua mempersembahkan kurbannya masing-masing di atas gunung. Namun yang terjadi adalah Allah Ta’ala hanya menerima kurbannya Habil dengan menurunkan api berwarna putih dan dengan izin Allah, api itu membawa kambingnya Habil. Al-Qurthubi menukil dari Sa’id bin Jubair RA bahwa kambing itu diangkat ke surga dan hidup di sana hingga diturunkan lagi ke bumi untu dijadikan tebusan bagi Nabi Ismail AS ketika hendak disembelih oleh Nabi Ibrahim AS. Wallahu a’lam.

Qabil langsung marah kepada Habil mengetahui kurbannya masih utuh dan tak diterima oleh Allah. Kemarahannya sudah tak terbendung, karena ia terancam tak bisa menakihi Iqlimiya yang berparas cantik itu. Namun dalam ancaman pembunuhan kakaknya itu, Habil sempat berkata kepada Qabil bahwa Allah hanya menerima kurban dari orang-orang yang bertakwa. Hal ini terekam jelas dalam firman Allah di Surat Al-Maidah ayat 27.

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَىْ ءَادَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ اْلأَخَرِ قَالَ لأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Qabil dan Habil) dengan sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah satunya dan tidak diterima dari yang lainnya. Maka berkata yang tidak diterima kurbannya, ‘Sungguh aku akan membunuhmu.’ Dan berkata yang diteirma kurbannya, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima kurban dari orang-orang bertakwa.”

Di saat Peristiwa Pembunuhan Yang Pertama Kali Terjadi Di Dalam Kehidupan Ini Adalah mencekam, Habil mengambil sikap pasrah dan tak akan melawan ketika kakaknya sudah gelap mata karena kedengkiannya. Kata-kata Habil untuk mengingatkan Qabil agar ia mengurungkan niatnya itu sebagaimana dijelaskan oleh al-Qur’an surat al-Maidah ayat 28-29.

لَئِن بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَآأَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ {28} إِنِّي أُرِيدُ أَن تَبُوأَ بِإِثْمِي وَإِثْمِكَ فَتَكُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ وَذَلِكَ جَزَآؤُا الظَّالِمِينَ
“Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu untuk membunuhku, sekali-kali aku tidak menggerakkan tanganku aku membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Robb sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan membawa dosa (pembunuhan ini) dan dosa kamu sendiri yang lain, maka kamu menjadi penghuni neraka, dan yang demkian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim.”

Beruntunglah Habil ketiks itu tak jadi langsung dibunuh Qabil. Namun diriwayatkan dalam beberapa kitab tafsir, Qabil masih tetap berkeinginan kuat untuk membunuh saudaranya itu. Selanjutnya hari-harinya Qabil dipenuhi dengan amarah yang berkobar dalam hatinya.

Dan terjadilah tragedi memilukan itu pada hari Selasa, Qabil membunuh adiknya sendiri. Habil yang ketika itu setelah menggembala kambing lalu ia tertidur lelap, tiba-tiba datanglah Qabil dengan membawa batu besar, yang kemudian dengan beringas batu itu dilemparkan mengenai kepala Habil hingga terkapar dan meninggal seketika. Riwayat lain menyatakan bahwa Habil dicekik dan digigit sebagaimama binatang buas ketika menyantap mangsanya, wa Allahu a’lam.

Qabil kebingungan ketika melihat adiknya tergeletak meninggal bersimbah darah. Ia bingung mau diapakan jenazah adiknya, karena ini adalah jenazah pertama di bumi. Allah lantas mendatangkan dua burung gagak yang sedang bertarung, salah satunya mati. Maka yang hidup membuat lubang dengan paruhnya dan setelahnya burung gagak yang mati ditanam lalu dikubur. Qabil melihat dan mengambil pelajaran dari peristiwa itu tentang cara mengubur jenazah saudaranya itu.

Peristiwa Pembunuhan Yang Pertama Kali terjadi Di Dalam Kehidupan Ini Adalah yang dilakukan Qabil ini sesungguhnya melahirkan bencana yang besar bagi dia sendiri. Dia akan menanggung dosa dari pembunuhannya tersebut, karena dia tidak bertobat, ditambah dosa orang-orang yang menirunya yakni melakukan pembunuhan dengan jalan yang tidak benar.

Artikel Terkait: Dua Kisah Makar yang Terjadi di Hari Sabtu

Rasulullah SAW bersabda “Tidaklah dibunuh suatu jiwa dengan zalim melainkan dosa pembunuhan itu akan ditanggung pula oleh anak Adam yang pertama (Qabil) karena dialah yang pertama memberi contoh pembunuhan.” (HR. Bukhari Dua Kisah Makar yang Terjadi di Hari Sabtudan Muslim).

Peristiwa Pembunuhan Yang Pertama Kali terjadi Di Dalam Kehidupan Ini Adalah suatu contoh untuk kita semua agar kita mengingat betapa beratnya orang yang mengawali dalam berbuat kejahatan yang mana akan menerima sumbangan dosa dari orang-orang yang melakukan kejahatan yang sama setelahnya. Begitu pula jika kita adalah orang yang pertama dalam melakukan perbuatan baik, maka kita akan menerima sumbangan pahala dari orang yang melakukan kebaikan yang sama setelah kita.

Artikel ini ditulis oleh:

Muhammad Alfiyan Dzulfikar
Alumni Ponpes Lirboyo Al-Mahrusiyah dan Mahasiswa Pascasarjana UNUSIA Jakarta.