PojokPantura.Com - Banyak orang yang salah paham mengenai definisi tawakkal. Karena masih banyak orang yang di dalam hidupnya tidak menyandarkan aktifitas atau ikhtiarnya kepada Allah. Sebagian orang lagi hanya menyandarkan hidupnya kepada Allah tanpa aktifitas atau ikhtiar. Inilah yang seringkali kita jumpai. Maka tulisan ini dibuat untuk kembali mengingatkan kepada kita semua apa itu tawakkal dan hal-hal yang dapat merusaknya.
Dalam kitab Risalah Qusyairiyah diterangkan bahwa tawakkal ada di dalam hati dan orang yang bertawakkal, hidupnya akan lebih tenang dan mudah.
وَاعْلَمْ أَنَّ التَّوَكُّلَ مَحَلُّهُ الْقَلْبُ وَالحَرَكَةُ بِالظَّاهِرِ لَا تُنَافِي اَلتَّوَكُّلَ بِالْقَلْبِ بَعْدَ مَا تَحَقَّقَ اَلْعَبْدُ أَنَّ التَّقْدِيْرَ مِنْ قِبَلِ اللّهِ تعالى وَإِنْ تَعَسَّرَ فَبِتَقْدِيْرِهِ وَإِنْ اِتَّفَقَ شَيْءٌ فَبِتَيْسِيْرِهِ
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya tawakal itu berada di dalam hati. Adapun upaya lahiriyah tidaklah menghapuskan keberadaan tawakal tersebut di hati, setelah seorang hamba mempercayai bahwa takdir hanyalah kehendak Allah SWT. Artinya, segala kesulitannya adalah kepastian Allah, dan jika suatu hal yang diinginkan bertepatan terjadi, adalah semata karena dimudahkan Allah SWT.”
Sekilas keterangan di atas sudah bisa menjadi gambaran bahwa segala ikhtiar kita harus di tawakkalkan (pasrahkan) kepada Allah dengan cara berdoa. Hal ini dilakukan agar nantinya hasil ikhtiar itu tidak membuat kita kecewa dan malah menyalahkan keadaan (takdir).
Jika ada orang benar-benar bertawakkal kepada Allah SWT setelah ikhtiarnya, maka segala apa hasil yang diraihnya akan membuat dirinya tetap berada dalam posisinya, yakni terus ikhtiar dan bertawakkal. Karena ia tahu bahwa hasil itu sudah menjadi ketetapan takdirnya dari Allah. Dan orang yang mengaku Islam harus mengimani (termasuk menerima) takdirnya.
Syaikh Abdul Karim al-Qusyairi dalam risalahnya pula mengingatkan kita bahwa semua orang yang mengaku umat nabi Muhammad SAW haruslah bekerja dan punya sifat tawakkal. Karena beliau melakukan itu semasa hidupnya.
وَقَالَ سَهْلُ بْنِ عَبْدِ اللّهِ اَلتَّوَكُّلُ حَالُ النَّبِي صلى الله عليه وسلم وَالْكَسْبُ سُنَّتُهُ فَمَنْ بَقِيَ عَلَى حَالِهِ فَلَا يَتْرُكَنَّ سُنَّتَهُ
“Sahl Ibn Abdillah berkata, ‘tawakal adalah sifat Nabi Muhammad saw, sedangkan bekerja adalah sunnah beliau. Maka, barang siapa yang mengikuti sifat beliau, janganlah sampai meninggalkan sunnah beliau.”