Setiap orang Islam dan ia beriman sepenuhnya kepada Allah, tentu ia hanya akan bertawakal kepada Allah. Artinya orang beriman akan percaya dan mengamalkan segala perintah dan menjauhi larangan Allah, baik itu lewat firman Allah di Al-Qur’an maupun lewat Rasulullah dengan hadist-nya. Namun mirisnya, banyak yang mengaku percaya kepada Allah, tetapi di waktu bersamaan, mereka tidak percaya janji Allah? Salah satunya terkait rezeki.
Sebelumnya perlu dipahami bersama bahwa, Allah menciptakan dunia dan seisinya itu untuk mainan senda gurauNya. Artinya Allah-lah yang menciptakan segala kenikmatan dan kesengsaraan di dunia. Di samping itu juga, Allah membuat pedoman yang namanya agama untuk makhlukNya agar ia tak mendapatkan kesengsaraan. Jadi dunia itu ibarat ujian yang Allah ciptakan untuk makhluk-makhlukNya. Yang lulus, mereka-lah yang selalu beriman dan mengamalkan agamanya. Yang tak lulus, mereka-lah yang tak beriman dan tak mau mengamalkan agamanya.
Tulisan ini berupaya untuk secara singkat menjelaskan betapa Allah sesungguhnya telah menjamin rezeki setiap makhluknya di dunia ini. Kendati demikian banyak orang yang mungkin kurang percaya atau bahkan tak percaya hal tersebut dengan mengejar harta, tahta dan hal dunia lainnya. Janganlah khawatir, Allah-lah yang lebih tahu hajat tiap hambaNya. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Hud : Ayat 6,
وَمَا مِنْ دَاۤ بَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَ يَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
Dan tidak satu pun makhluk bergerak ( bernyawa ) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua ( tertulis ) dalam Kitab yang nyata ( Lauh Mahfudz ).
Buanglah jauh-jauh ketakutan yang senantiasa menghantui benak kita untuk tidak meyakini janji, pertolongan, petunjuk dan taqdir dari Allah. Lalu kurangilah sedikit demi sedikit kecenderungan kerakusan kita pada dunia. Jangan ikuti tipu daya setan dan kenikmatan dunia yang semu alias sekejap. Sebab Jika diikuti, kita akan sangat merugi. Karena kita di-sisi yang lain menjauh dari Allah.
Banyak manusia yang dengan sadar mengalihkan tujuan hidupnya bukan kepada Allah.Ciri-ciri manusia yang seperti ini adalah rakus terhadap rezeki/kenikmatan, berharap rezeki/kenikmatan bukan kepada Allah dan mengejar dunia/harta dengan meninggalkan ibadahnya. Manusia yang memiliki ciri-ciri semacam ini, nantinya cenderung punya sifat sombong dan tak percaya taqdir Allah. Padahal Allah sendiri yang menjamin akan memberikan rezeki di dunia, bahkan dari arah dan waktu yang tak disangka-sangka. Sebagaimana firman Allah Q.S. At-Talaq : Ayat 3
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بَا لِغُ اَمْرِهٖ ۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.
Makanya tetaplah bersama Allah dengan meyakini-Nya dan mengabdi kepada-Nya. Curahkan segala kekuatan untuk memperjuangkan agama-Nya. Dengan begitu, suatu saat nanti ketika meninggalkan dunia, kita tidak akan menyesal. Di alam kubur kita akan tenang. Semua ayat di atas sesungguhnya dapat menyadarkan kegilaan kita pada dunia. Pada tawar manis kenikmatan dunia. Bahwa semua itu akan sirna. Apabila kita masih terbuai dengan seluruh perhiasan dunia, maka yang akan didapat adalah sengsara dan duka nestapa.
Namun meski kita diperintah untuk tidak bergantung atau mengejar dunia, bukan berarti Allah mencela apabila kita menikmati sajian dunia. Tidak begitu. Bahkan di beberapa ayat al-Quran, Allah telah membentangkan keindahan dunia untuk kita nikmati dan syukuri sebagai bentuk kasih sayang-Nya. Yang dilarang adalah apabila mentambatkan hati kita pada kenikmatan dunia, seakan-akan kebahagiaan tak akan di dapat apabila tidak mengejar dan memiliki dunia. Yang dilarang juga ialah jika mempercayai bahwa yang memberi rezeki, pertolongan dan kebahagiaannya itu bukan datang dari Allah.
Baca Juga: Ingatlah Pada Allah Maka Allah Akan Mengingatmu
Kepercayaan atas janji Allah termasuk pemberian rezekiNya kepada makhluk ini menjadi salah satu indikator ketauhidan kita. Semakin percaya pada Allah dan segala taqdir serta janjiNya berarti kita semakin bertauhid. Sebaliknya, jika kita malah tak percaya pada janji Allah dan cenderung mengejar dunia. Maka ia telah memilih jalan yang salah dengan hatinya dibutakan oleh keduniawian.