Nasional- Kamis (20/1/2022) Para Anggota DPR sudah mensahkan UU IKN (Undang-Undang Ibu Kota Negara) pada rapat paripurna ke-13 DPR masa sidang 2021-2022, hari Selasa (18/01) lalu. Hal ini ditandai oleh satu ketukan palu Ketua DPR RI Puan Maharani setelah mendapat persetujuan secara aklamasi oleh para anggota.
Berita ini menjadi ramai diperbincangan oleh masyarakat Indonesia, lebih-lebih terkait penetapan nama ibukota yang baru. Diketahui nantinya ibu kota Indonesia yang baru tersebut bernama Nusantara. Penamaan ini menurut banyak pihak diusulkan oleh Presiden Jokowi sendiri.
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur yang dipilih menjadi tempat dibangunnya ibu kota baru ini sudah mulai di bangun. Tentu pusat pemerintahan pun akan dipindahkan kesana menggantikan DKI Jakarta yang akan tetap menjadi kota metropolitan.
Namun demikian sesungguhnya, pemindahan ibu kota negara sudah pernah terjadi sebelumnya. Tercatat, nantinya ibu kota Nusantara akan menjadi yang ke empat dalam sejarah menjadi ibu kota Indonesia. Setelah sebelumnya Jakarta dan 3 daerah lainnya.
Namun diketahui pemindahan ibu kota ke 3 daerah ini terjadi dari tahun 1946-1949 M. Hal tersebut sebab perang pasca kemerdekaan, antara Republik Indonesia yang baru merdeka dengan Belanda dan sekutunya yang ingin merebut dan menjajah kembali seluruh wilayah Indonesia.
Memang kondisi kegentingan saat perang tersebut memerlukan pusat komando dan pemerintahan tetap terjaga. Sebab dalam perang, jika suatu ibu kota negara/kerajaan sudah dikuasai, hampir dipastikan berarti negara/kerajaan tersebut akan kalah. Perintah pemindahan ibu kota sendiri kala itu memang langsung dari Presiden Sukarno karena situasi yang tak aman dari serangan Belanda dan sekutu.
Jakarta memang ditetapkan menjadi ibu kota RI setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Tak bertahan lama, tahun 1946-1949 berpindah-pindah ke 3 daerah dan setelah itu kembali lagi ibu kota bertempat di Jakarta. Nah, di bawah ini, berikut 3 nama daerah yang sempat menjadi ibu kota Indonesia pada tahun 1946 hingga 1949:
1. Yogyakarta
Mengutip dari dpad.jogjaprov.go.id, Yogyakarta sempat menjadi Ibu Kota Indonesia pada masa perjuangan mulai dari 4 Januari 1946 hingga 17 Desember 1949. Pada tanggal 29 September 1945 pasca kemerdekaan Indonesia, Jakarta jatuh ke tangan Belanda. Pada saat itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengusulkan supaya ibu kota untuk sementara dipindahkan ke Yogyakarta. Akhirnya usulan tersebut diterima Presiden Soekarno dan mulai 4 Januari ibu kota secara resmi pindah dari Jakarta ke Yogyakarta.
2. Bukittinggi
Bukittingi merupakan salah kota terbesar kedua di Sumatera Barat yang hari jadinya diperingati setiap tanggal 22 Desember. Melansir dari laman bukittinggikota.go.id, pada zaman perjuangan kemerdekaan Indonesia, Bukittinggi dipilih sebagai Ibu Kota Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) menggantikan Yogyakarta yang jatuh ke tangan Belanda mulai Desember 1948 hingga Juni 1949.
Alasan pemindahan ibu kota sementara ke Bukittinggi disebabkan oleh agresi militer Belanda yang kedua dan Yogyakarta jatuh serta dikuasai Belanda. Sehingga, karena para pemimpin termasuk Soekarno ditangkap dan diasingkan, akhirnya Syafrudin Prawiranegara yang menjabat sebagai Menteri Kemakmuran RI ditunjuk untuk menjalankan pemerintahan di Bukittingi.
3. Bireun
Kota Bireuen, Aceh sempat menjadi ibu kota negara selama satu minggu sejak 18 Juni 1948. Walaupun sampai saat ini belum ada dokumen resmi terkait pemindahan ibu kota ke Bireun, tetapi disaat itu, Presiden Sukarno memang berada di Bireun setelah Jawa sudah tak aman lagi.
Disana, diketahui, Presiden Sukarno membuat rapat akbar dan menyusun stategi. Sebab Bireun sendiri memang waktu itu menjadi kota pusatnya kemiliteran Aceh. Namun, meskipun pusat pemerintahan tetap di pusat kota, pemilihan Bireuen sebagai ibukota yaitu karena Bireuen dianggap relatif aman, terlebih secara geografis, wilayahnya dikelilingi perbukitan yang menjadi benteng alam untuk melindungi pusat pemerintahan.
Baca Juga: Perlindungan Warga Sipil Non Muslim Pada Masa Rasulullah Dan Khalifah Abu Bakar
Ketiga daerah yang sempat menjadi Ibu Kota Negara Indonesia tersebut sesungguhnya jadi saksi heroic dan pantang menyerahnya pahlawan-pahlawan masa-masa perjuangan bangsa untuk merebut kembali kemerdekaan seutuhnya dari tangan penjajah. Dalam prosesnya ini, pemindahan ibu kota melibatkan support penuh dari pemerintah, masyarakat, dan unsur lain yang tak kalah pentingnya.