Pojok PanturaPojok Pantura

Sikap Nabi Muhammad Terhadap Orang yang Kurang Ajar

 Sikap Nabi Muhammad Terhadap Orang yang Kurang Ajar | Bahkan ketika ada orang-orang yang kurang ajar kepadanya, beliau tetap sayang dan memaafkan kekurang ajaran orang tersebut | Pojok Pantura

Nabi Muhammad memanglah sosok yang ideal untuk diteladani segala aspek kehidupannya. Tak akan pernah habis sosoknya untuk dipelajari sebagai uswatun khasanah. Sebab, tak mungkin sosok seagung beliau dapat digambarkan oleh satu atau dua sudut pandang dan perspektif. Beliau adalah sebagaimana manusia lain yang memenuhi ruang dan waktu tertentu. Akan tetapi nabi Muhammad SAW seakan hidup terus melewati batas-batas duniawi.

Faktor- factor yang membuat nabi Muhammad layak dihormati dan disegani, bahkan oleh musuhnya sekalipun adalah perasaan kasih sayangnya kepada semua orang. Beliau tak pandang bulu melakukannya. Bahkan ketika ada orang-orang yang kurang ajar kepadanya, beliau tetap sayang dan memaafkan kekurang ajaran orang tersebut.

Ada banyak kisah yang menggambarkan sikap nabi Muhammad terhadap orang yang kurang ajar. Karena memang nabi SAW diutus untuk memperbaiki akhlak orang-orang yang hidup di zaman itu yang terkenal bobrok. Memang nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan. Tentu atas anugerah dan karunia Allah nabi Muhammad bisa sekuat, sesabar dan sepenyayang yang telah dikisah-kisahkan orang.

Ketika nabi dan satu sahabatnya di utus Allah untuk berdakwah di kota Thaif, beliau langsung diusir oleh penduduk setempat. Tak tanggung-tanggung, pengusirannya dengan cara kurang ajar, yakni melempari beliau dengan batu dan kotoran. Anak-anak masyarakat Thaif pun diperintah oleh orang tuanya untuk menirukan kelakuan kurang ajar tersebut. Namun, bukan nabi Muhammad jika tak memiliki kesabaran yang kuat dan jiwa kasih sayang yang amat lembut. Ia malah memaafkan mereka dan mendoakan kebaikan untuk semua warga Thaif.

Padahal waktu itu, makhluk hebat sekelas malaikat Jibril AS pun menawari bantuan kepada beliau untuk menimpakan gunung Uhud kepada mereka semua. Sebagaimana kita tahu, nabi Muhammad menolak halus bantuan tersebut, walaupun sambal menahan rasa sakit pasca dilempari batu dan kotoran. Malahan, nabi Muhammad dengan tulus ikhlas mendoakan mereka semua agar mendapatkan kebaikan dan hidayah Allah, terutama anak keturunannya.

Pada saat pengikutnya mulai bertambah banyak, nabi SAW tak serta merta bersikap otoriter. Malahan beliau tak pernah mencaci maki dan memarahi pengikutnya tersebut ketika pengikutnya melakukan kesalahan atau bahkan sebuah kekurangajaran. Beliau dengan sangat lembut mengajari pengikutnya adab dan sopan santun tanpa mengerasi mereka, melainkan dengan contoh adab yang mulia. Seperti dalam sebuah kesempatan nabi Muhammad menjumpai ada dahak di masjid. Beliau kemudian menanyakan kepada sahabat yang ada disitu terkait siapa yang meludah di dalam masjid. Mereka menjawab tidak tahu.

Apa yang terjadi kemudian, Nabi Muhammad lantas membersihkan sendiri sisa-sisa dahak tersebut dengan dahan pohon kurma yang diolesi minyak wangi. Pasca itu, Nabi Muhammad lalu bersabda dengan lembut bahwa ‘apabila seseorang mengerjakan shalat, maka Allah berada di hadapannya. Oleh karenanya, mereka jangan meludah ke arah depan atau ke kanan. Tetapi meludahkan ke arah kiri, di bawah kaki kiri. Bila seseorang tersebut tidak bisa menguasai diri hingga didahului oleh ludah dan ingus, hendaklah melakukan dengan bajunya seperti ini’ .

Selain dua kisah di atas, ada satu peristiwa sangat parah kurang ajarnya dilakukan oleh orang badui dihadapan nabi Muhammad SAW. Ketika itu nabi berserta sahabatnya berada di masjid. Tiba-tiba datang seorang badui tanpa berkata apapun kepada jama’ah, ia langsung mengencingi masjid. Selain perbuatannya tak tahu malu dan menjijikan, itu membuat tempat yang dikencinginya menjadi najis.

Para sahabat sontak meresponnya dengan kemarahan, terutama sahabat Umar yang sudah menghunuskan pedang melihat tingkah polah badui tersebut yang kurang ajar. Namun di saat mereka hendak menghentikan badui dan memberi ‘pelajaran’ kepadanya, Nabi Muhammad mencegahnya. Malahan nabi SAW membiarkan badui tersebut menyelesaikan kencingnya. Apa yang terjadi kemudian, nabi SAW sendirilah yang mengambil bejana berisikan air dan menyiramkannya ke tempat kencing badui tersebut.

Para sahabatnya melihat sendiri, bahwa sosok yang diikutinya tersebut memang layak untuk diteladani. Pada saat itu juga, sesungguhnya Nabi memberikan pengajaran kepada badui yang tidak tahu tersebut dengan penuh kasih sayang. Tanpa disertai dengan caci maki dan hardikan, apalagi pukulan dan hunusan pedang seperti yang ingin dilakukan para sahabat ketika itu. Kepada badui tersebut, Nabi Muhammad berkata bahwa tidak pantas seseorang kencing dan buang air besar di masjid. Karena masjid merupakan tempat untuk dzikir kepada Allah, shalat, dan membaca Al-Qur’an.

Baca Juga: Anjuran Rasulullah: Saat Berdoa Mintalah Keselamatan, Jangan Minta Musibah

Begitu lah cara Nabi Muhammad bersikap kepada mereka yang kurang ajar. Beliau tidak marah dan menyebut badui dan orang-orang sepertinya melakukan penistaan agama—misalnya- karena telah kencing di dalam masjid. Malah, beliau menuntun, mengajari, dan mendidiknya sehingga dia menjadi tahu; mana-mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Sebagai pengikut beliau, kita seyogyanya mencontoh apa yang dilakukan nabi SAW tersebut. Mungkin susah, tetapi minimal ketika kita dihadapkan pada peristiwa semacam itu, kita tak boleh mengedepankan emosi dan kemarahan. Sebab, pasti itu nantinya akan memperburuk diri sendiri dan situasi.

Artikel ini ditulis oleh:

Muhammad Alfiyan Dzulfikar
Alumni Ponpes Lirboyo Al-Mahrusiyah dan Mahasiswa Pascasarjana UNUSIA Jakarta.