Pojok PanturaPojok Pantura

Bertetangga Menurut Rasulullah SAW

 Bertetangga Menurut Rasulullah SAW |  | Pojok Pantura

Kita hidup di dunia pastilah memerlukan bantuan orang lain. Sebab seseorang walaupun sesempurna apapun tak bisa melakukan semua hal sendirian. Oleh karenanya, agama Islam mengharuskan pemeluknya untuk senantiasa berbuat baik ke semua orang, terutama kepada orang-orang terdekatnya.

Yang dimaksud orang-orang terdekat bisa keluarga, saudara, tetangga dan teman. Namun yang akan dibahas kali ini ialah tetangga. Kita harus mencontoh dan mengamalkan apa yang diucapkan dan dilakukan Rasulullah SAW dalam hal bertetangga. Sebab tak dipungkiri beliau adalah teladan terbaik umat Islam.

Bertetangga sesungguhnya erat kaitannya dengan keimanan seorang muslim. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadist:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهً أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهً عَلَيْهِ وَسَلَّمْ قَالَ: (وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ! قِيْلَ: مَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: الذِيْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ)
Diriwayatkan dari Abi Hurairah Ra. Bahwa Rasulullah bersabda : “Demi Allah, dia tidak beriman. Demi Allah, dia tidak beriman. Demi Allah dia tidak beriman (dengan sempurna). Sahabat beliau menanggapi “Siapa dia Rasulallah?.” “Yakni orang yang tetangganya tidak merasa tenang dan aman dari perbuatan buruknya.”

Hadist di atas sebenarnya jelas mengindikasikan bahwa setiap muslim diharuskan untuk berbuat baik kepada tetangganya. Jangan sampai kita membuat tetangga kita merasa resah dan tidak nyaman akan keberadaan kita didekatnya. Jika kita berpikir sebaliknya pun sama, kita akan merasa tidak nyaman dan resah apabila tetangga memperlakukan kita dengan tidak baik. Jadi butuh kesadaran bersama akan berbuat baik dalam bertetangga.

Tetangga yang dimaksud disini yakni jangkauan 40 rumah di empat penjuru mata angin di sekitar rumah kita. Berarti merekalah yang sebetulnya lebih dekat secara fisik dan social dengan kita dari pada saudara dan teman kita. Sebab kurang lebih mereka tahu aktivitas dan kebutuhan kita. Tak jarang, mereka juga tahu aib dan kekurangan kita.

Makanya, keharmonisan bertetangga wajib diciptakan sehingga lahirnya keamanan dan ketentraman bertetangga. Rasulullah SAW sangat memperhatikan urusan bertetangga. Beliau menekankan sahabatnya agar melihat kanan-kiri rumah. Adakah dari mereka yang membutuhkan. Adakah dari mereka yang sedang menahan lapar. Makanya Rasulullah mengharuskan ketika kita sedang dalam kondisi lebih atau saat kita ada acara, untuk memberikan sedikit apa yang kita punya atau mengundangnya.

Lalu apa saja hak-hak tetangga yang harus kita penuhi? Rasulullah pernah ditanya, “Ya Rasulallah, apa saja hak-hak tetangga?” Beliau menjawab dengan begitu rinci dalam sebuah hadis “Diantaranya, jika mereka (tetangga) ingin menghutang, maka hutangilah. Jika mereka meminta pertolongan, tolonglah. Ketika sakit, jenguklah. Ketika membutuhkan sesuatu, bantulah. Ketika mereka mendapatkan kabar baik, maka ucapkanlah selamat. Jika mereka tertimpa musibah, hiburlah sebagai pelipur lara. Jika dari mereka ada yang meninggal, maka ikutlah mengiring jenazahnya. Janganlah bangunan kalian terlalu tinggi sehingga membuat sirkulasi udara yang ada di rumah tetangga kita tidak stabil, tanpa izin dari mereka.”

Maksud hadist di atas adalah keberadaan tetangga kita itu juga tak kalah penting dibanding kerabat sedarah kita. Mereka juga mempunyai hak atas kita. Layaknya kita menyayangi saudara dan kerabat sendiri, tetangga kita pun memiliki hak untuk kita perlakukan demikian. Pentingnya bertetangga yang baik pun membuat perlu malaikat Jibril AS menasehati Rasulullah SAW. Sebagaimana sabda beliau:

مَا زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِيْ بِالْـجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
Jibril tak henti-hentinya menasehatiku tentang tetangga, hingga aku mengira bahwa tetangga itu juga akan mendapat bagian harta warisku.
(HR. Bukhari-Muslim)

Kita saksikan, bagaimana beliau amat sangat menjunjung tinggi keberadaan tetangga dan orang-orang terdekatnya. Begitulah pemimpin yang benar-benar mengayomi dunia akhirat. Sekarang kita introspeksi diri, apakah kita sudah berperilaku baik dengan tetangga kita? Dengan berbagi kenikmatan yang sudah Allah karuniakan, membantu mereka yang membutuhkan, mengurangi kesusahan yang menimpa mereka. Atau malah sebaliknya, kita tak mau tahu dengan kondisi mereka. Bahkan tidak mengenal mungkin. Yang paling buruk, apa mungkin kita pernah berbuat jahat kepada mereka.

Baca Juga: KH. Abdul Karim: Tokoh Teladan dan Pensyiar Islam Randudongkal

Islam sangat menjunjung tinggi atas rasa aman dari harta benda seseorang, setiap jiwa sekaligus harga diri. Apabila sudah terkonstruk tatanan sosial bertetangga yang saling menghargai, saling menjaga, tidak menaruh curiga kepada tetangga, tidak mencuri dengar maupun curi pandang, selalu berupaya berbaik sangka dan menepis hal-hal yang dapat merusak kerukunan, maka ketentraman mana lagi yang patut disyukuri? Semoga Allah selalu menolong kita dengan menjalankan perintah-Nya, Amin.