فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًا فِطْرَتَ اللهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَاتَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللهِ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ وَلٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَايَعْلَمُوْنَ. (الرّوم : ٣٠)
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam) sesuai fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus tetapi pada umumnya manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Rum : 30)
Pesan yang terkandung dalam ayat di atas, ialah sesungguhnya Allah ingin mengingatkan kembali perintahnNya kepada manusia yang hidup di dunia. Maksudnya, perintah menghadapkan wajah (muka) artinya meluruskan tujuan tanpa menoleh kepada selainnya.
Kenapa ‘wajah’, karena itu merupakan tempat berkumpulnya semua panca indera, dan bagian tubuh yang paling dihormati. Sedangkan yang dimaksud dengan kata ‘fitrah’ disini ialah “agama Islam”. Jadi bisa diartikan judul tulisan di atas, ‘Luruskanlah Wajahmu Sesuai Fitrah Allah’ yakni sembahlah Allah sebagaimana Allah perintahkan.
Hal di atas wajib diingat dan dijaga sesuai dengan firman Allah yang popular itu dalam QS. Az-Zariyat : 56,
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya menyembah-Ku”.
Perintah Allah tersebut, harus benar-benar dilaksanakan dengan penuh keistiqomahan sampai akhir hayatnya. Mengingat, cobaan di dunia bisa membuat manusia bisa tergelincir ke dalam lembah kemaksiatan, jurang bahkan kemusyrikan. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Hijr : 99,
وَاعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتّٰى يَاۡتِيَكَ الۡيَـقِيۡنُ
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai maut datang kepadamu”.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa ajaran tauhid atau ajaran meng-ESA-kan Allah atau ajaran untuk menyembah Allah itu memang perintah Allah yang pertama kali disampaikan di alam kandungan. Perintah itu mengikat sampai hari kiamat betapapun banyak alibi lupa dari manusia itu sendiri. Dalam QS. Al-A’raf : 172 diterangkan,
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”
Terakhir, Janganlah sekali-kali ingin berpindah keyakinan dari agama Islam. Jangan pula sekali-kali ajaran tauhid ini dikotori dengan sifat-sifat tercela yang bisa membuat kemusyrikan dan kemaksiatan, seperti iri dengki, thoma’ dan sombong. Namun demikian, sebagaimana fitrah Allah, manusia sesungguhnya cenderung akan menerima kebenaran yang datang dari Allah. Kecuali bagi manusia yang sudah menutup dirinya sebab kesombongannya. Rasulullah SAW bersabda:
Baca Juga: 10 Pesan Untuk Mempelai Pria yang Akan Melangsungkan Pernikahan
إِنَّ اللهَ خَلَقَ آدَمَ وَبَنِيْهِ حُنَفَاءَ مُسْلِمِيْنَ. (رواه احمد)
“Sesungguhnya Allah telah menciptakan Adam dan anak cucunya cenderung kepada kebenaran dan Muslimin – patuh kepada Allah”. (HR. Ahmad).